ADVERTISEMENT
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Newsletters
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • Nusantara
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • Nusantara
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Loker

Begini Cara Dokter Menyatakan yang Benar Itu “Benar” dan yang Salah Itu “Salah”

Damar Prasetya Ajie Putra oleh Damar Prasetya Ajie Putra
3 April 2020
A A
Begini Cara Dokter Menyatakan yang Benar Itu "Benar" dan yang Salah Itu "Salah"
Share on FacebookShare on Twitter

Ketika saya memulai sekolah kedokteran, saya membayangkan akan langsung mempelajari tubuh manusia dan penyakit-penyakit yang bisa hinggap di sana. Ternyata hal-hal tersebut baru dipelajari pada semester dua saya bersekolah. Hanya ada tiga hal yang saya pelajari pada semester pertama saya menyandang status mahasiswa kedokteran. Hal pertama adalah ilmu komunikasi karena pekerjaan dokter sangat melibatkan pelayanan. Kedua adalah ilmu komputer karena hampir informasi dan literatur ada di sana, biar saya tidak perlu beli buku kedokteran yang mahal-mahal itu.

Hal ketiga yang saya pelajari pada awal studi adalah metode ilmiah dan penelitian, suatu hal saat itu asing bagi saya. Selama satu bulan lamanya kami mempelajari metode ilmiah hingga akhirnya perspektif saya terbuka.

Saya baru menyadari bahwa mencari fakta medis bukanlah tindakan mudah. Berani menyatakan rokok meningkatkan risiko kanker paru ternyata membutuhkan perjuangan bertahun-tahun. Proses paracetamol bisa diklaim menurunkan demam juga sulit bukan main. Semua fakta tersebut harus didapatkan melalui penelitian dan metode ilmiah yang harus bisa dipertanggungjawabkan, dibuktikan, atau jika diulangi oleh orang lain, kesimpulannya tetap serupa.

Inilah yang membedakan kedokteran modern dan pengobatan alternatif. Pengobatan alternatif seperti yang dilakukan Ningsih Tinampi, Jeng Jumaroh, atau Mak Erot mendapatkan pengakuannya melalui testimoni. Kalau kita lihat brosur pengobatannya atau acara talkshow-nya di televisi, kita akan digiring bahwa perkataan mereka benar karena adanya testimoni dari orang-orang yang bilang: “Kanker saya sembuh setelah bertahun-tahun berobat!”, “Kemaluan saya lebih besar sekarang!”, atau “Badan saya lebih enteng!”

Nah, di dunia kedokteran, sekadar omongan orang mau dalam bentuk seratus testimoni pun tidak ada artinya sebelum ada pembuktian lewat metode ilmiah. Lalu apakah kita sepenuhnya menolak mentah-mentah pengobatan alternatif? Tidak juga. Dunia kedokteran modern saat ini telah mengenal istilah complementary and alternative medicine. Akupuntur dulu diragukan kebenarannya oleh kedokteran Barat, tetapi setelah dibuktikan melalui penelitian-penelitian, kini mulai diterima secara resmi bisa mengobati nyeri dan stres. Di Indonesia pun sudah ada pendidikan dokter spesialis akupuntur yang berbasis bukti ilmiah.

Selain pengobatan, sama halnya pula dengan suatu pernyataan. Sebelum dokter berani bilang “Kegemukan meningkatkan risiko kencing manis” atau “Alkohol meningkatkan risiko penyakit hati”, penelitian harus membuktikannya terlebih dahulu.

Suatu pernyataan atau kesimpulan biasanya didapat melalui suatu penelitian. Nah, penelitian ini jenisnya bermacam-macam. Ada satu konsep penting bernama tingkatan bukti atau level of evidence dari beragam jenis penelitian. Dulu, sebelum mengenal hal ini, saya selalu percaya dan merasa keren mendapatkan informasi dari apa pun yang dikatakan suatu jurnal kedokteran. Saya juga pasti iya-iya saja kalau dosen saya memberi tahu mengenai sesuatu. Padahal, ternyata tidak semudah itu. Jurnal kedokteran pun banyak yang metodenya salah. Apalagi berita-berita yang di luar jurnal ilmiah tersebut.

Dunia kedokteran mengenal suatu senjata sakti berupa segitiga bernama level of evidence yang membantu menjawabnya. Terdapat setidaknya lima tingkat kepercayaan dengan level 5 yang paling rendah atau meragukan, dan level 1 yang paling tinggi alias hampir pasti benar.

Kita mulai dengan level 5 atau tingkat kepercayaan yang paling rendah. Level yang dulu mencengangkan saya ini adalah “pernyataaan para ahli”. Kaget bukan main saya bahwa testimoni seorang ahli saja sifatnya paling rendah dibandingkan jenis penelitian lainnya. Apalagi kalau testimoninya bukan dari ahli.

Lalu kita naik ke tingkat kepercayaan di atasnya. Level 4 ini adalah pernyataan yang didapat dari serial kasus. Artinya, suatu hal dikatakan benar atau salah hanya berdasarkan laporan beberapa kasus yang terpercaya yang biasanya jumlahnya masih sedikit.

Level 3 adalah pernyataan yang didapat dari penelitian yang dinamakan “kasus-kontrol”. Penelitian jenis ini sifatnya retrospektif atau melihat ke belakang. Jenis ini berbeda dengan level di atasnya, bernama kohort, yang bersifat prospektif atau melihat ke depan. Sedangkan level yang paling tinggi pada suatu penelitian disebut randomized controlled trial (RCT) atau uji acak terkendali.

Nah, biar tidak makin bingung dan tidak keruan, saya coba buatkan analogi atau contoh awamnya. Bayangkan kamu seorang peneliti atau dokter yang masuk ke suatu desa. Kamu mendengar desas-desus bahwa ada satu buah, sebut saja namanya buah bulat, yang bisa membuat seseorang awet muda. Dengan contoh seperti ini, bagaimana kamu bisa membuktikan bahwa buah tersebut benar-benar berkhasiat?

Kamu bisa saja mempercayai pendapat seorang ahli atau dokter. Kita anggap saja kamu mendatangkan seorang ahli buah nan sakti mandraguna. Ia bilang, “Ya, buah ini benar-benar membuat orang awet muda!”. Nah, ini adalah contoh tingkat bukti level 5 atau yang paling rendah, meragukan, dan kalau bisa dihindari. Sedangkan pada level 4, yang kamu lakukan adalah menemukan 10 orang awet muda yang ternyata benar-benar sering makan buah bulat. Namun, tentu saja kamu masih ragu karena jumlahnya masih sedikit.

Kalau yang lebih bagus lagi atau level 3, kamu sebagai peneliti akan melakukan penelitian kasus-kontrol. Caranya dengan mengumpulkan semua orang yang saat ini awet muda dan yang tidak. Lalu kamu tanyakan apakah ia sejak dulu mengonsumsi buah bulat dan kemudian kamu bandingkan. Namun, karena sifatnya melihat ke belakang, tentu saja kekurangan metode ini adalah mereka bisa lupa apakah mereka benar-benar rajin makan buah itu atau tidak. Kamu juga tidak tahu pasti seberapa banyak yang mereka makan karena makan siang kemarin hari saja kita sudah lupa, bukan?

Nah, pada level 2, permasalahan ini bisa dijawab dengan lebih akurat karena pada level ini, yang disebut kohort, kamu mengumpulkan semua orang yang saat ini rutin makan buah bulat dan akan kamu lihat sepuluh tahun lagi mengenai seberapa banyak dari mereka yang benar-benar jadi awet muda.

Lalu kita tiba pada level 1. Tingkat yang paling tinggi dalam mengambil kesimpulan ini disebut uji acak terkendali. Pada level ini, kamu akan membagi orang-orang menjadi dua kelompok. Satu kelompok akan mendapat konsumsi rutin buah bulat dan yang satu lagi tidak. Namun, mereka berdua akan seolah-olah mendapat buah bulat. Anggap saja bahwa satu kelompok mendapat jus asli buah bulat dan satu kelompok lain mendapat jus tomat yang dibuat rasa, bau, dan teksturnya sama persis dengan buah bulat. Idealnya, yang membuat jus tersebut adalah orang lain selain kamus ehingga baik orang-orang yang kamu teliti dan kamu sendiri benar-benar tidak tahu apa yang seseorang dapatkan. Itu akan menjadikan penelitianmu benar-benar objektif. Pada akhir penelitian, barulah dibuka dan dinilai apakah buah bulat benar-benar membuat awet muda pada kelompok yang mendapatkannya.

Hal inilah yang dijelaskan dalam segitiga level of evidence. Hal ini juga yang membuat seorang dokter harus benar-benar hati-hati dalam menyatakan sesuatu. Hal ini pula setidaknya bisa membuka wawasan orang-orang awam untuk bisa menelaah pernyataan-pernyataan yang tiap hari berseliweran di laman media sosial dan WhatsApp. Semoga dengan sedikit paham segitiga ini, setidaknya kita mulai mempertanyakan bagaimana sesuatu hal dalam kedokteran disebut benar dan bagaimana suatu obat benar-benar berkhasiat dan bukan kaleng-kaleng.

BACA JUGA Diimbau Jangan Mudik Tapi Boleh Mudik Itu Maksudnya Gimana, sih?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 7 November 2021 oleh

Tags: kedokteranlevel of evidencemetode ilmiahpenelitian ilmiah
Damar Prasetya Ajie Putra

Damar Prasetya Ajie Putra

Penulis merupakan mahasiswa double degree di Magister Ilmu Kedokteran Klinik dan Pendidikan Dokter Spesialis Anak, Universitas Gadjah Mada.

ArtikelTerkait

3 Contoh Variabel Penelitian Bermodalkan Scroll Timeline dan Trending di Twitter terminal mojok.co

3 Contoh Variabel Penelitian Bermodalkan Scroll Timeline dan Trending di Twitter

27 Januari 2021
hamil satu jam penjelasan kehamilan samar cryptic pregnancy mojok.co

Hamil Satu Jam Lalu Melahirkan Bukan Keajaiban, Malih. Itu Namanya Kehamilan Samar.

24 Juli 2020
Kisah-kisah Horor dalam Ruang Bedah Mayat Fakultas Kedokteran terminal mojok.co

Kawanku, Tak Harus Kuliah Kedokteran untuk Jadi Mulia

11 Mei 2023
bahasa latin kadaver kuliah anatomi mojok

Kuliah Anatomi Jauh Lebih Mengerikan ketimbang Ketemu Makhluk Halus

4 September 2021
Begini Cara Dokter Menyatakan yang Benar Itu "Benar" dan yang Salah Itu "Salah"

Gagal Masuk FK dan Menjadikan Jurusan Biologi Sebagai Pelarian Adalah Kesalahan

26 September 2020
Menerka Karakter Jurusan Kuliah kalau Ia Adalah Manusia Terminal Mojok.co

Menerka Karakter Jurusan Kuliah kalau Ia Adalah Manusia

17 Mei 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Salut Buat Mahasiswa yang Nolak Pulkam Karena Corona

Salut Buat Mahasiswa yang Nolak Pulkam Karena Corona

Alya, Pemegang Kunci Cerita AADC yang Katanya “Lebih Baik” daripada Cinta anak sd jatuh cinta anak kecil pacaran suka lawan jenis cara menyikapi orang dewasa orang tua panduan mojok.co

Adik Saya Masih SD dan Ia Mengaku Sedang Jatuh Cinta. Ini Respons Saya

fall in love with people we can't have

Keluar dari Jebakan Fall in Love with People We Can’t Have Kayak Jo Yi Seo di Drakor "Itaewon Class"



Terpopuler Sepekan

Apa Efek Politik Dinasti dan Korupsi? Tentu Saja Warga yang Tak Bahagia. Bukan Begitu, Banten?

Apa Efek Politik Dinasti dan Korupsi? Tentu Saja Warga yang Tak Bahagia. Bukan Begitu, Banten?

oleh Maryza Surya Andari
8 Desember 2023

3 Alasan Jangan Selalu Salahkan Pemerintah kalau Ada Jalan Rusak! Mojok.co

3 Alasan Jangan Selalu Salahkan Pemerintah kalau Ada Jalan Rusak!

oleh Ahmad Arief Widodo
9 Desember 2023

Honda PCX 160 Berbagi Stigma Menyebalkan Milik Honda Scoopy (Unsplash)

Honda PCX 160 Ternyata Setara dengan Honda Scoopy: Keduanya Termasuk Motor yang Menyebalkan!

oleh Muhammad Arifuddin Tanjung
8 Desember 2023

Penjual Es Teh Sesat yang Menambahkan Es Batu Lebih Banyak daripada Tehnya Bukan Licik, Mereka Justru Peduli sama Kesehatan Pembeli

Penjual Es Teh Sesat yang Menambahkan Es Batu Lebih Banyak daripada Tehnya Bukan Licik, Mereka Justru Peduli sama Kesehatan Pembeli

oleh Finaqurrota
8 Desember 2023

Magelang Boleh Kurang Ini Itu, tapi Perkara Kemudahan Birokrasi, Magelang Juara karena Mal Pelayanan Magelang

Magelang Boleh Kurang Ini Itu, tapi Perkara Kemudahan Birokrasi, Magelang Juara!

oleh Lia Budiarti
9 Desember 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=auMw4xKznj8

DARI MOJOK

  • Lagi Laris-larisnya, Malaysia Malah Larang Kopi Joss ala Jogja, Penjual Diancam Denda Rp33 Juta
  • Geliat Kecamatan Depok Sleman dengan 24 Kampus dan Deretan Pusat Hiburan, Bisa Jadi Kabupaten Tersendiri?
  • Pendapatan Manusia Silver Sehari Bisa Tembus Sejuta tapi Cairannya Punya Risiko Mengerikan
  • Curhat Warung Soto Pak Prie, Sempat Mendadak Sepi karena Tuduhan Telur Lalat di Menfess Mahasiswa Undip
  • Rentetan Kematian Mahasiswa Jogja di Kos Sepanjang 2023, Tragedi Memilukan di Kota Pendidikan
  • Susahnya Memotret Perilaku Pemilih Generasi Z untuk Pemilu 2024
ADVERTISEMENT
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Newsletters
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Sapa Mantan
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .