Bagi saya, memperhatikan bagaimana dunia sekaligus usaha kuliner berkembang selalu menarik untuk diperdebatkan. Mulai dari perdebatan basi soal cara makan bubur diaduk atau nggak, sampai yang terkini soal perkopisusuan duniawi. Tentu saja, Janji Jiwa & Jiwa Toast nggak bisa di-skip begitu saja dari topik menarik ini.
Bukan tanpa alasan. Menu yang tersedia di Janji Jiwa & Jiwa Toast cukup beragam dan sangat variatif. Mulai dari ragam kopi, teh, tanpa kopi, dan the one and only Jiwa Toast dengan segala varian rasanya.
Sebagian di antara kalian barangkali sudah terbiasa berdebat dan mungkin juga sepakat, rasa kopi Janji Jiwa kurang memikat pelanggan. Bahkan cenderung biasa saja dibanding kopi lain dengan varian serupa, meski berbeda merek. Jika merujuk pada selera, lumrah saja pada akhirnya setiap orang memiliki pendapat sekaligus penilaiannya masing-masing.
Lebih dari itu, mari kita bersepakat nggak suka atau nggak selera dengan Kopi Janji Jiwa adalah satu hal. Nggak perlu diperdebatkan lagi. Nggak usah ribut-ribut lagi. Namun, menjadikan Jiwa Toast sebagai favorit sekaligus pilihan utama saat memesan di Janji Jiwa & Jiwa Toast itu persoalan lain.
Jujur saja, saya termasuk ke dalam golongan yang satu ini. Tiap kali memesan atau datang ke outlet Janji Jiwa, alih-alih pesan kopi, saya lebih suka ngemil Jiwa Toast-nya. Sebagai salah satu sajian terbaik yang pernah ada dalam menu Janji Jiwa & Jiwa Toast, eksistensi Jiwa Toast memang wajib dipertahankan.
Boleh dibilang harganya memang mahal untuk varian roti panggang dengan segala isiannya. Setidaknya itu yang terbesit di pikiran saya saat kali pertama melihat menunya. Harganya berkisar antara Rp28-35 ribuan. Lha, gimana? Dengan nominal harga yang sama, kita bisa dapat es kopi susu dua cup. Akan tetapi, harga bukan lagi persoalan ketika rasa sudah mengambil alih kuasa. Percaya sama saya, dengan harga segitu, rasanya worth it banget! Nggak ada lawan dan nggak akan kepikiran lagi berapa uang yang sudah dikeluarkan di tiap gigitannya.
Makanya nggak heran kalau di media sosial sebagian orang lebih ramai menggaungkan Jiwa Toast ketimbang menu kopi Janji Jiwa itu sendiri. Ya, gimana yaaa, rasa nggak akan mengkhianati indra pengecap, sih.
Dan yang ajaib dari varian Jiwa Toast ini adalah rasanya enak dan saling melengkapi. Rotinya lembut, kemudian dipanggang, dan sensasi manisnya pas. Kombinasi antara saus mentai dan saus kejunya betul-betul melengkapi rasanya. Coleslaw tipis-tipisnya juga nggak bisa disepelekan. Topping utama seperti daging ayam, daging sapi, dan irisan tuna seakan menyatu dengan pelengkap lainnya. Belum lagi selipan omelete yang lembut. Kolaborasi dengan topping utama menghasilkan sensasi juicy tiada tanding, tiada banding. Nggak ada celah untuk dicela! Nggak heran juga kalau Jiwa Toast jadi menu andalan Janji Jiwa, sih, no debat!
Coba bandingkan dengan para kompetitornya. Rasa kopi boleh saja bersaing satu sama lain. Namun, sampai dengan saat ini, dengan harga yang setara, rasanya belum ada varian roti yang rasanya menyaingi Jiwa Toast. Roti di salah satu kompetitor Janji Jiwa? Mohon maaf sebelumnya. FYI saja, untuk ukuran roti, rasanya terlalu biasa dan bukan tandingan yang setara.
Nih, ya, saking istimewa dari segi rasa, Jiwa Toast ini sangat cocok dan bisa jadi alternatif pengganti donat atau pizza sewaktu ada acara di kantor. Apa pun momennya. Naik jabatan kek. Rekan kerja yang resign kek, apa pun itu lah. Biar cemilannya nggak itu-itu saja dan ada variasi.
Kalau pengin sedikit berinovasi lagi dari sisi memperluas pasar, selain sudah punya banyak pelanggan, Jiwa Toast bisa banget, lho, bikin versi lite khusus buat acara atau momen tertentu di kantor. Rasanya tetap sama, tapi harganya lebih terjangkau. Sebab, bukan rahasia lagi jika karyawan kantoran memilih donat atau pizza sebagai cemilan favorit. Bukan hanya karena harganya yang murah, tapi juga porsinya bisa dibagi-bagi dengan banyak orang. Kalau perlu lho, ya. Siapa tahu. Peluang bisnis biar bisa semakin eksis, lho.
Sumber Gambar: YouTube Wisky ID