Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kuliner

Kebingungan Orang Kampung Pertama Kali Jajan Starbucks, Kebanyakan Penawaran dan Istilah Aneh

Iqbal AR oleh Iqbal AR
12 Juni 2025
A A
Orang Kampung Pertama Kali Jajan Starbucks Kebingungan, Kebanyakan Tawaran Tambahan dan Penamaan Ukuran Minuman yang Aneh. Bikin Kapok! Mojok.co

Orang Kampung Pertama Kali Jajan Starbucks Kebingungan, Kebanyakan Tawaran Tambahan dan Penamaan Ukuran Minuman yang Aneh. Bikin Kapok! (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Banyak orang menganggap Starbucks perlu dicicipi setidaknya sekali seumur hidup. Walau bukan suatu keharusan, saya merasa tidak ada salahnya sebagai penggemar kopi mencicipi kopi dari salah satu jaringan gerai kopi terbesar di dunia itu. Setidaknya bisa sebagai pengalaman dan pembanding ketika mencicipi kopi-kopi lainnya.

Sebagai orang kampung seperti saya, Starbucks jelas sebuah kemewahan. Bagaimana tidak, gerainya terletak di mal atau titik-titik strategis didesain sedemikian rupa hingga tampak elegan dan nyaman. Tidak hanya itu, menu yang ditawarkan jauh melampaui kemampuan kantong ini. Bahkan, untuk sekadar beli es teh yang tergolong murah dibanding menu lain. Namun, sekali lagi, kembali ke niat awal, tidak ada salahnya mencicipi kopi “mewah” satu ini, apalagi kalau dompet sedang lumayan tebal. 

Begitulah hubungan saya dengan kopi Starbucks, sebatas minuman yang dibeli di tanggal muda atau pas punya uang. Itupun sebelum gerakan Boycott, Divestment, and Sanction (BDS) terhadap Starbucks menyeruak karena dianggap ikut andil dalam genosida rakyat Palestina. Walau Starbucks sudah melakukan klarifikasi bahwa tuduhan itu, hati kecil saya masih belum bisa menerimanya. Itu mengapa, setelah isu boikot menyebar, saya memilih aman dengan tidak pernah mencicipi waralaba kopi yang satu ini. 

Alhasil pengalaman jajan ke Starbucks sebelum boikot menjadi pertama dan terakhir kali. Tapi, sebenarnya tanpa ada isu boikot pun, orang kampung seperti saya sebenarnya lumayan kapok jajan di waralaba kopi yang satu ini. Sudah harganya nggak ramah di kantong, beli kopi ini ribet dan membingungkan. 

Starbucks terlalu banyak tawaran adds-on

Buat orang kampung seperti saya, kopi itu nggak boleh ribet. Kopi hitam atau kopi susu panas/es. Kalau mau yang agak moderen, ya cappuccino, ice latte, atau americano. Di kedai kopi langganan saya, pilihan saya untuk kopi ya sebatas ini aja. Dan itu sempurna buat saya. Nggak yang aneh-aneh, nggak yang ekstra ini itu. Karena itu, ketika saya pertama kali coba beli kopi di Starbucks, saya sudah bingung, bahkan sejak kaki saya pertama kali menginjak Starbucks.

Ketika saya masuk di Starbucks yang berada di salah satu mal di Malang, saya sudah dihadapkan dengan beberapa kebingungan. Pertama, vibes-nya “nggak saya banget”. Starbucks ini terlalu mewah, terlalu fancy, dan orang-orangnya terlalu rapi. Kayak bukan tempat yang bakal asik kalau dipakai nongkrong. Starbucks ini asing bagi saya, mungkin karena ini adalah pengalaman pertama saya.

Lalu saya ikut antre yang untungnya nggak terlalu panjang. Sambil antre, saya dihadapkan dengan kebingungan kedua, yaitu soal tampilan menu yang banyak banget, dengan beberapa istilah yang nggak saya pahami, serta harga yang nggak murah. Untungnya, saya nggak terlalu lama tenggelam dalam kebingungan. Sebelum antrean usai, saya sudah memutuskan, saya mau pesan iced caffe latte saja.

Sampai di kasih, saya langsung bilang kalau saya mau beli Iced Caffe Latte. Lalu muncul lagi kebingungan lainnya. Petugas kasih langsung menanyakan apakah saya mau ekstra espresso atau tidak? Apakah saya mau ganti susunya dengan jenis susu lain atau tidak? Apakah saya mau ekstra vanila, cokelat, dsb. Pokokonya segala macam tawaran adds-on dan upaya upselling digelontorkan di depan saya.

Untungnya saya bukan tipikal orang yang gampang nurut kalau lagi bingung. Ditawarkan segala macam adds-on dan upaya upselling, saya menolak dan tetap dengan pesanan saya Iced Caffe Latte yang biasa aja, tanpa tambahan apapun.

Istilah ukuran short, tall, grande, venti yang membingungkan

Salah satu yang bikin saya mangkel dengan Starbucks adalah banyak istilah yang asing di kuping. Salah satunya, istilah yang mereka gunakan untuk menyebut ukuran kopi. Starbucks punya berbagai ukuran kopi yang istilahnya aneh, dan ini ditanyakan juga ke saya oleh pelayan kasir. “Iced caffe latte-nya mau yang short, tall, grande, atau venti?”

Penamaan istilah ukuran kopi ini bikin saya jengkel. Maksudnya, kenapa nggak pakai istilah normal seperti small, medium, large, dan extra-large aja, sih? Yang gampang-gampang aja, yang orang-orang langsung paham apa maksudnya nggak perlu tanya-tanya lagi gitu. Istilah short, tall, grande, dan venti itu lumayan asing di kuping.

Untungnya saya sudah tahu sedikit soal penamaan istilah ukuran kopi yang aneh dan sok asik di Starbucks. Jadinya, saya langsung bilang mau yang tall saja. Setelahnya, pelayannya mengulangi pesanan saya, saya iyakan, dan keluarlah harga hampir Rp50 ribu itu. Saya agak kaget dikit, Iced Caffe Latte gini doang kok bisa sampai hampir Rp50 ribu. Tapi nggak papa, cek tau kalau kata orang Jawa. 

Nggak lama kemudian, iced caffe latte saya jadi yang ternyata cukup besar ukurannya, tahu gitu saya pesan ukuran yang lebih kecil. Saya kemudian pergi, sambil menyeruput Iced Caffe Latte yang rasanya nggak spesial itu. Rasanya bahkan nggak jauh beda dengan Iced Caffe Latte di kedai kopi langganan saya yang harganya cuma Rp18 ribu. Nggak papa dan sekali lagi, cek tau kalau kata orang Jawa.

Itulah pengalaman saya pertama kali beli kopi di Starbucks. Apakah saya kapok? Iya. Beli kopi di Starbucks ini ribet, membingungkan, dan kebanyakan fafifu. Udah gitu, harganya mahal pula. Apakah saya mau beli kopi lagi di Starbucks? Tentu tidak. Apalagi setelah beredar boikot Starbucks. Niat saya makin bulat untuk tidak membelinya lagi. 

Penulis: Iqbal AR
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA 4 Menu Solaria yang Gagal, Sebaiknya Dihindari Pembeli daripada Menyesal

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 12 Juni 2025 oleh

Tags: Kopikopi starbucksStarbucks
Iqbal AR

Iqbal AR

Menulis, menulis, menangis

ArtikelTerkait

Rasa Minuman Tomoro Coffee Sama dengan Starbucks? Ya Enakan Starbucks ke Mana-mana, lah, Situ Halu?

Rasa Minuman Tomoro Coffee Sama dengan Starbucks? Ya Enakan Starbucks ke Mana-mana, lah, Situ Halu?

9 Desember 2023
Alasan Orang Jogja Malas Kulineran di Kopi Klotok Mojok.co

Alasan Orang Jogja Malas Kulineran di Kopi Klotok

6 November 2024
29 Istilah Soal Kopi yang Sering Muncul di Coffee Shop terminal mojok.co

29 Istilah Soal Kopi yang Sering Muncul di Coffee Shop

13 Februari 2022
Mempertanyakan Alasan Santri Suka Ngerokok dan Ngopi Terminal mojok

Mempertanyakan Alasan Santri Suka Ngerokok dan Ngopi

29 Januari 2021

Warkop Tidak Akan Kalah Bersaing dengan Kafe Kekinian

26 Juli 2020
5 Makanan Starbucks yang Rasanya Gagal Mojok.co

5 Makanan Starbucks yang Rasanya Gagal

29 November 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Benang Layangan Melintang di Jalan, Bahaya Mematikan yang Tak Terlihat dan Sayangnya Kerap Diabaikan Mojok.co

Benang Layangan Melintang di Jalan, Bahaya Mematikan yang Tak Terlihat dan Sayangnya Kerap Diabaikan

12 Juli 2025
Lampu Merah Simpang 5 UNY Samirono Jogja Nggak Guna, Lalu Lintasnya Masih Ruwet Mojok.co

Lampu Merah Simpang 5 UNY Samirono Jogja Nggak Guna, Lalu Lintasnya Masih Ruwet

9 Juli 2025
Perempatan Sukorejo Memang Pantas Mendapat Julukan Perempatan Maut di Situbondo

Perempatan Sukorejo Memang Pantas Mendapat Julukan “Perempatan Maut” di Situbondo

9 Juli 2025
Transjakarta Bikin Trauma, Sopir Buta Arah dan Jadi Tahanan (Unsplash)

Pengalaman Buruk Naik Transjakarta Koridor 2 Monas, Driver Nggak Tahu Jalan dan Penumpang Bus Menjadi Tahanan

12 Juli 2025
Peterpan Mending Nggak Usah Reuni kalau Nggak Ada Ariel dan Uki, Bikin Kecewa Aja Mojok.co

Peterpan Mending Nggak Usah Reuni kalau Nggak Ada Ariel dan Uki, Bikin Kecewa Aja

10 Juli 2025
Stop Kagum Berlebihan dengan Konten Romantisasi Abdi Dalem Kraton Jogja yang Melarat. Menjijikkan!

Stop Kagum Berlebihan dengan Konten Romantisasi Abdi Dalem Kraton Jogja yang Melarat. Menjijikkan!

15 Juli 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=ek8g_0FrLQM

DARI MOJOK

  • Hak Prerogatif Tuhan di Ponpes Waria Al Fatah
  • Sheila On 7, HIVI!, dan Suasana Riang di Bawah Panggung JVWF Music Fest 2025
  • Hari-hari Terasa Berat bagi Petugas Atlantis Land Surabaya, Lebih Suka Debat dengan Pengunjung daripada Kerja di Wahana Mangkrak
  • Saat Negara Turut Campur Aura Farming Pacu Jalur, Semua Jadi Terasa Cringe dan Nggak Seru Lagi
  • 4 Dosa Warmindo yang Bikin Tempat Ini Nggak (Perlu) Lagi Jadi Top of Mind Tempat Makan Mahasiswa, Mending Penyetan!
  • Orang Berpostur Tinggi Sering Dikira Banyak Privilese seperti Gampang Cari Kerja, padahal Penuh Kerepotan

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.