Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Profesi

Gaji Guru 25 Juta per Bulan Itu (Baru) Masuk Akal, Kualitas Baru Bisa Ditingkatkan kalau Sudah Sejahtera!

Nurhadi Mubarok oleh Nurhadi Mubarok
24 Mei 2025
A A
Kata Siapa Gaji Guru Swasta itu Bercanda? Gaji Kami Gede kok (Syarat dan Ketentuan Berlaku)!

Kata Siapa Gaji Guru Swasta itu Bercanda? Gaji Kami Gede kok (Syarat dan Ketentuan Berlaku)! (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

“Gaji guru standarnya harus 25 juta per bulan. Ini baru akan ideal di Indonesia, dan minat menjadi guru akan meningkat.”

Begitu pernyataan mengejutkan dari Juliatmono, anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Golkar, yang belakangan mengundang perdebatan. Di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih, angka tersebut terdengar bombastis. Tapi jika kita mau berpikir jernih, ucapan itu justru mencerminkan sebuah keberanian untuk menyampaikan kebenaran yang selama ini sering disembunyikan bahwa pendidikan berkualitas memerlukan investasi yang serius, terutama pada guru.

Jika kita benar-benar ingin mencetak generasi cerdas, berpikiran kritis, dan siap menghadapi tantangan masa depan, kualitas guru harus menjadi prioritas. Dan kualitas itu tak bisa lepas dari kesejahteraan.

Ada harga, ada rupa

Pepatah “ada harga, ada rupa” mungkin terasa klise, tapi tetap relevan. Kita tak bisa berharap guru bisa bekerja sepenuh hati, maksimal dan profesional, jika kehidupan dasarnya saja masih penuh kekhawatiran. Banyak guru yang harus merangkap sebagai penjual online, tukang ojek, atau membuka les privat hanya untuk menambal kebutuhan bulanan.

Ketika gaji tak mencukupi, otomatis fokus guru terpecah. Antara menyusun RPP dan menjemput orderan, antara memperbaiki soal ulangan dan memikirkan cicilan motor. Ini bukan sekadar soal ekonomi, tapi menyangkut kualitas pengajaran yang diterima siswa. Di ruang guru, topik yang paling sering muncul bukan lagi soal metode pembelajaran, tapi justru soal sertifikasi, tunjangan, atau strategi mempercepat kenaikan pangkat. Semua demi satu tujuan: meningkatkan penghasilan.

Guru harus bisa fokus mengajar

Idealnya, guru adalah profesi yang bisa didedikasikan sepenuh hati. Tapi bagaimana bisa sepenuh hati kalau dapur saja belum tentu mengepul? Bila pemerintah benar-benar serius dalam meningkatkan mutu pendidikan, sudah selayaknya gaji guru ditingkatkan secara signifikan.

Gaji yang layak bukan hanya membuat guru bisa hidup tenang, tapi juga memberi ruang bagi mereka untuk berkembang. Daripada waktu dihabiskan untuk mengobrolkan sertifikasi, kenaikan pangkat, tunjangan dan hal menjemukan lainnya, bukankah lebih baik waktu luang digunakan untuk hal yang lebih substansial? Misalnya menyusun strategi pembelajaran baru, memperkaya diri dengan membaca buku, atau mengikuti pelatihan yang benar-benar dibutuhkan.

Kenapa harus 25 juta?

Gaji guru 25 juta memang terdengar sangat besar, tapi itu bukan sesuatu yang berlebihan. Guru hari ini tidak hanya diminta untuk mengajar, tapi juga berinovasi, beradaptasi, dan menciptakan pembelajaran yang menarik. Apalagi dengan diberlakukannya Kurikulum Merdeka, yang mengedepankan pembelajaran berbasis proyek dan berpusat pada peserta didik.

Baca Juga:

Jangan Bilang Gen Z Adalah Generasi Anti Guru, Siapa pun Akan Mikir Berkali-kali untuk Jadi Guru Selama Sistemnya Sekacau Ini

Kantin Sekolah Adalah Penyelamat Guru yang Gajinya Rata dengan Tanah

Mau tidak mau, guru harus kreatif. Tapi kreativitas juga butuh biaya. Misalnya untuk membuat video pembelajaran yang menarik, guru butuh aplikasi edit video berbayar. Untuk membuat media berbasis augmented reality, ada biaya lisensi aplikasi. Bahkan untuk sekadar membeli tripod atau ring light agar proses mengajar daring lebih maksimal, uangnya harus dari uang pribadi.

Belum lagi saat guru ingin membawa siswa belajar di luar kelas, seperti ke museum atau tempat bersejarah, guru harus keluar uang pribadi demi menghindari tuduhan pungli dari orang tua. Situasi ini tak sehat dan tidak adil. Guru dituntut kreatif, tapi tidak diberi dukungan yang memadai.

Kesejahteraan guru pelosok

Kita juga tak boleh lupa pada para guru yang mengabdi di pelosok negeri. Mereka harus menghadapi akses jalan yang buruk, fasilitas sekolah yang minim, bahkan harus mengajar multi-grade (satu kelas diisi siswa dari berbagai tingkat). Untuk makan saja mereka harus hemat, belum lagi biaya sewa tempat tinggal, transportasi, dan kebutuhan sehari-hari. Gaji pas-pasan jelas tak cukup.

Jika benar-benar ingin pendidikan merata, guru-guru di daerah tertinggal pun harus diberikan kompensasi yang lebih besar. Bukan cuma sekadar tunjangan daerah terpencil yang cairnya bisa telat berbulan-bulan, tapi gaji pokok yang benar-benar layak agar mereka tetap punya semangat mengajar tanpa dibebani kekhawatiran ekonomi.

Menjadi guru bukan jalan hidup yang menyedihkan

Saat ini, hanya segelintir orang yang benar-benar menjadikan profesi guru sebagai panggilan jiwa. Banyak lainnya justru melihatnya sebagai pilihan terakhir setelah gagal di tempat lain. Kenapa? Karena menjadi guru sering kali identik dengan hidup pas-pasan, penuh tekanan administratif, dan minim penghargaan. Ini ironi besar bagi profesi yang sebenarnya menyangkut masa depan bangsa.

Jika gaji guru bisa mencapai 25 juta rupiah per bulan, bukan tidak mungkin profesi guru akan kembali menjadi primadona. Anak-anak muda cerdas akan berbondong-bondong memilih pendidikan keguruan. Mereka akan melihat bahwa menjadi guru bukan hanya pekerjaan mulia, tetapi juga menjanjikan secara finansial.

Pendidikan yang baik tidak bisa dibangun di atas fondasi guru yang lapar. Sudah saatnya negara berhenti berhemat pada sektor yang paling strategis. Gaji 25 juta untuk guru bukan soal kemewahan, tapi soal kelayakan. Dan layak itu bukan hanya soal angka, tapi soal menghargai kerja keras dan tanggung jawab mereka dalam mencetak masa depan bangsa.

Penulis: Lintang Pramudia Swara
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Jogja Berhenti Nyaman karena Banjir dan Jalan Berlubang yang Menyebabkan Kecelakaan Lalu Lintas

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 24 Mei 2025 oleh

Tags: dprgaji gurugaji guru 25 jutapeningkatan kualitas guru
Nurhadi Mubarok

Nurhadi Mubarok

melepaskan diri dari belenggu overthinking

ArtikelTerkait

IDI Bisa Saja Bubar kalau DPR Minta Bubar. Ingat Omnibus Law?a(Creativa Images via Shutterstock.com)

IDI Bisa Saja Bubar kalau DPR Minta Bubar. Ingat Omnibus Law?

8 April 2022
Curhat Seorang Fakboi yang Diputusin karena Ikut Demo terminal mojok.co RUU Ciptaker

Apa Bedanya Demo 1998 dengan Demo 2020?

15 Oktober 2020
Selama Gaji Guru Tidak Naik, Universitas Pendidikan macam UNY Hanya Akan Jadi Pencetak Orang Miskin Baru

Kenapa (Bisa) Orang-orang Menolak Kenaikan Gaji Guru?

3 Oktober 2024
Kok Bisa Ada Pejabat Kepikiran Bikin Guyonan OTT Telepon Dulu, di Acara Penting Lagi

Kok Bisa Ada Pejabat Kepikiran Bikin Guyonan OTT Telepon Dulu, di Acara Penting Lagi

26 November 2024
puan maharani dpr Pak RT mojok

Puan Maharani, ketimbang Menambah Periode Jabatan Presiden, Mending Lakukan 3 Hal Ini

29 Desember 2020
Mempertanyakan Kebiasaan Peluk Bantal Guling Orang Indonesia Saat Tidur Terminal mojok

Desain Interior Ruang Rapat Paripurna MPR/DPR RI Bikin Gagal Fokus, Pantes Anggotanya Sering Tidur

17 Agustus 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

2 Desember 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.