Beauty influencer yang bilang glowing-glowing aja patut diwaspadai.
Dunia influencer juga KOL jadi salah satu bisnis yang cukup legit di era sekarang ini. KOL specialist atau manajemen biasanya memilih influencer yang cocok untuk campaign suatu produk. Keberadaan influencer juga sering dibutuhkan oleh para penggiat brand untuk memasarkan produk mereka dengan harapan lebih banyak pembeli untuk datang.
Lain dengan food vlogger yang pernah saya bahas di Terminal Mojok sebelumnya, beauty influencer juga jadi salah satu yang paling banyak penggiatnya. Tapi salah dalam mengenali aturan skincare dan asal menerima brand sebenarnya cukup fatal efeknya.
Jika food vlogger bisa asal nyeplos dengan kosakata yang simple saja, asal tidak harus menjatuhkan nama rumah makan dengan celotehan ngasalnya, rasanya ya sudah saja. Rugi uang untuk yang sudah datang karena rasanya tidak cocok, masih bisa cukup ditoleransi. Tapi, soal skincare atau makeup agaknya dibutuhkan orang yang harusnya kompeten untuk memberi pengaruh. Sudahlah rugi uang untuk beli, rugi juga kalau tidak cocok bisa bikin muka gradakan.
Inilah pentingnya mengenali beauty influencer dan pilih yang kiranya mengedukasi, bukan sekadar mengajak untuk FOMO. Beauty influencer itu paling tidak ya harus paham soal kecantikan, bukan cuma asal cantik dan modal cuap-cuap hasilnya glowing.
Daftar Isi
Beauty influencer yang berlebihan menyampaikan suatu produk
Bukannya apa, kadang hiperbola mungkin juga request dari brand agar terlihat meyakinkan. Tapi, hati-hati saja kalau ada yang begini, ya.
Katanya langsung kinclong dan glowing, parfum wangi sampai seorang orang nengok padahal nggak juga, foundation bisa menutup seluruh bekas jerawat padahal bekasnya cuma satu kecil pula. Nah, yang seperti ini efeknya jadi FOMO ikutan beli, padahal namanya skincare dan produk kecantikan kan cocok-cocokkan.
Makanya di samping melihat gaya influencer yang menyampaikan efek bagus dari penggunaan skincare, kita juga perlu melihat apakah beauty influencer tersebut juga memberikan edukasi seputar ingridients dari produk. Tiap influencer yang punya kontrak dengan brand pasti ada yang memberikan review sedikit dilebihkan, tapi kalau influencer paham dan menyampaikan apa saja kandungan dalam produk, kita bisa tahu apakah kita perlu mengikutinya atau tidak. Akhirnya kita tidak asal FOMO
Bohong tentang hasil review produk
Kalau ini sudah jelas dosa sekali. Dibilang cocok padahal aslinya tidak cocok. Dibilang hasilnya memuaskan padahal harus diberi efek biar kulit lebih glowing, bersinar, dan bercahaya. Jelas ini konten yang menipu. Hati-hati ya sama yang seperti ini. Kita perlu melihat apakah hasilnya benar-benar karena hasil penggunaan rutin skincare atau hanya mengada-ada untuk bahan marketing.
Konon banyak slentingan yang mengatakan kalau wajah beberapa beauty influencer jadi iritasi karena produk endorse. Padahal di konten mereka bilang produk aman dan hasil maksimal, padahal wajah mereka juga jadi korban. Nah, kalau ini sudah pasti tipe beauty influencer yang banyak makan dosa.
Tidak paham dengan apa yang akan disampaikan
Menurut KOL specialist, mereka akan memberikan brief pada influencer untuk membaca jurnal terlebih dulu sebelum melakukan konten promosi. Gunanya agar tidak melenceng jauh dan brand tetap mendapat review yang diinginkan. Misalnya, ada brand skincare menggunakan ceramide sebagai bahan utama. Nah, beauty influencer bisa mencari terlebih dulu apa itu ceramide agar ketika menyampaikan review harapannya bisa dipahami oleh audiens.
Akan tetapi tidak semua beauty influencer mau, jadi ya ada yang suka-suka saja. Asal jeplak mengatakan produk skincare bikin kinclong, putih, dsb., tanpa memahami soal ceramide itu. Jadi sebaiknya para beauty influencer bisa memahami dulu ingridient suatu produk supaya bisa mengedukasi audiens dengan baik. Masa bilangnya beauty influencer tapi tidak paham soal kecantikan.
Beauty influencer sok tahu yang malah berujung bahaya
Beauty influencer itu harus tahu dan paham ya, bukan sok tahu yang ujung-ujungnya membahayakan audiens. Kasus seperti ini sudah lama terjadi dan biasanya dipaparkan dalam video TikTok yang cuma beberapa detik itu. Iming-iming hasilnya juga pasti membuat kulit glowing atau putih.
Padahal sudah banyak beauty influencer yang paham bahwa memutihkan kulit itu bukan hal yang bagus, lho. Skincare itu baiknya mencerahkan tone kulit saja tanpa harus mengubahnya menjadi putih. Kemudian cara eksfoliasi harus berapa menit agar kulit tidak tipis. Menggabungkan dua skincare untuk memutihkan padahal ada kandungan yang tidak bisa digabungkan juga berbahaya. Sampai sini sudah paham kan kenapa beauty influencer itu harusnya paham tentang dunia kecantikan bukan sekadar cantik.
Memang tidak banyak dosanya, tapi efek bagi audiens bisa luar biasa. Ditambah akhir-akhir ini marak yang namanya fast beauty sampai mafia skincare yang sebenarnya mengandung bahan yang bahaya. Sebagai audiens, kita perlu pintar-pintar memilih konten beauty influencer. Kalau kita punya masalah kulit atau masih awam, cukup cari beauty influencer yang mengedukasi seputar bahan-bahan dari skincare. Jangan yang bisanya cuma bilang glowing-glowing.
Penulis: Arsyanisa Zelina
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 3 Rekomendasi Beauty Vlogger No Bacot, Review Selalu Top.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.