Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Arteria Dahlan Tak Layak Dapat Gelar Terhormat Bukan Karena Dia Cucu PKI

Aliurridha oleh Aliurridha
10 September 2020
A A
Arteria Dahlan Tak Layak Dapat Gelar Terhormat Bukan Karena Cucu PKI terminal mojok.co

Arteria Dahlan Tak Layak Dapat Gelar Terhormat Bukan Karena Cucu PKI terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Sejak diungkapkan bahwa Arteria Dahlan adalah cucu dari elite PKI atau cucu dari pendiri PKI Sumatera Barat, nama Arteria Dahlan menjadi trending dan menyeret nama Emil Salim yang pernah berdebat dengannya di Mata Najwa. Netizen ramai-ramai menyerang Arteria Dahlan. Namun sayang, kebanyakan serangan yang ditujukan kepada yang mulia Arteria Dahlan justru menjurus pada logical fallacy.

Berbagai argumen ad hominem mengalir deras di lini masa Twitter. Karakternya yang dikatakan tidak beretika adalah karena buah dari garis keturunannya, yaitu cucu elite PKI. Ia disebut tidak pantas menyandang status yang terhormat dan yang mulia, status yang pernah dimintanya.

Padahal bukan karena cucu dari elite PKI sehingga ia tidak layak menyandang status tersebut. Tapi dikarenakan memang sedari awal ia sudah tidak pantas meminta itu semua. Saya akan jelaskan perlahan alasannya biar tidak menjadi logical fallacy.

Sebelumnya, ruang publik kita memang telah lama dicemari oleh berbagai klaim dan argumen logical fallacy baik dari golongan politisi, figur publik, dan mereka yang seharusnya memberikan contoh dan pendidikan politik yang baik kepada warga negara. Mereka malah memberikan pendidikan politik yang buruk dengan berbagai contoh yang buruk pula.

Maka dari itu jangan heran jika lini masa media sosial kita penuh dengan berbagai klaim maupun argumen yang tercemar wabah logical fallacy. Saya rasa penting, bahkan sangat penting, figur-figur ini memperlihatkan cara berargumen yang baik. Setidaknya bisa memotong dosa jariyah agar semua orang tidak terus-terusan mereproduksi argumen cacat logika.

Ketika seseorang menyebut nama Arteria Dahlan, ingatan saya segera dibawa ke sebuah kejadian lucu ketika ia minta anggota DPR dipanggil dengan embel-embel “yang terhormat” atau “yang mulia”. Alasannya agar kelakuan para wakil rakyat menjadi terhormat juga mulia. Di sini ia telah memberikan contoh yang menjurus pada post hoc fallacy.

Saat itu Arteria Dahlan menyimpulkan sebuah pernyataan melalui rangkaian sebab akibat yang salah atau terdistorsi. Ia menyebut dan menyimpulkan bahwa anggota DPR kelakuannya tidak terhormat dan tidak mulia karena mereka tidak disebut sebagai “yang terhormat” atau “yang mulia”.

Ini jelas post hoc (ergo propter hoc) fallacy. Gelar “yang terhormat” dan “yang mulia” itu didapat bukan diberi. Ia didapat dari sikap terhormat dan mulia yang ditunjukkan dari pribadinya.

Baca Juga:

5 Istilah di Jurusan Ilmu Politik yang Kerap Disalahpahami. Sepele sih, tapi Bikin Emosi

4 Salah Kaprah tentang Jurusan Ilmu Politik yang Sudah Terlanjur Dipercaya

Memaksa warga negara menyebut mereka dengan sebutan “yang mulia” atau “yang terhormat” tidak akan mengubah sikap mereka. Apalagi jika sedari awal memang sudah tidak menunjukkan sikap demikian, ya sudah. Kita tidak sedang hidup di zaman feodal, Bung Arteria. 

Jika memang tujuannya untuk membangkitkan kembali feodalisme dan membuat oligarki semakin berjaya, elite politik, wakil rakyat, bahkan Arteria Dahlan sekalipun boleh memaksa warga negara untuk menggunakan embel-embel tersebut terhadapnya. Namun jika bukan itu tujuannya, kita tidak perlu diminta untuk menyebut mereka yang berdiri di kursi empuk legislasi sebagai orang yang terhormat dan mulia.

Sekali lagi harusnya status itu diberi bukan diminta. Ia buah dari sikap bukan sesuatu yang dipaksakan. Malah jika kita melihat kembali apa yang dilakukan oleh Arteria Dahlan kepada Emil Salim saat debat di Mata Najwa, tentu saja ia jauh dari kata layak untuk menyandang embel-embel tersebut. Tidak ada hormat-hormatnya dan tidak ada mulia-mulianya sama sekali.

Dalam perdebatan dengan Emil Salim, Arteria Dahlan yang mengaku wakil rakyat, membanggakan dirinya bahwa ia telah dipilih secara terhormat. Tapi ironi muncul ketika ia dengan tidak terhormatnya berdiri, menunjuk-nunjuk, membentak-bentak, dan tidak memberikan kesempatan Emil Salim kesempatan berbicara dengan memotong nyaris semua yang dikatakannya.

Emil Salim yang saat itu berstatus sebagai warga negara, sebagai seseorang yang seharusnya diwakilkan oleh  wakil rakyat kok malah diperlakukan sedemikian tidak terhormatnya. Apalagi jika kita melihat profil Emil Salim yang adalah orang tua.

Arteria Dahlan tidak layak menyandang status terhormat dan mulia bukan karena garis keturunannya yang memiliki pertalian darah dengan tokoh PKI. Bahkan jika ia adalah anak seorang bromocorah, pelacur, atau koruptor sekalipun itu tidak ada urusannya dengan pribadinya. Etikanya, terhormat atau tidak terhormatnya kelakuannya, mulia atau tidak sikapnya itu adalah buah dari pribadinya dan sikapnya sendiri. Kritiklah dia karena kelakuannya, bukan karena garis keturunannya.

BACA JUGA Membully Zara Adhisti Tidak Sama dengan Membela Kekeyi: Keadilan Sosial bagi Seluruh Warga Good Looking dan tulisan Aliurridha lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 10 September 2020 oleh

Tags: Politikwakil rakyat
Aliurridha

Aliurridha

Pekerja teks komersial yang sedang berusaha menjadi buruh kebudayaan

ArtikelTerkait

Bila Alumni 212 Sudah Muncul di Media, Siapkan Diri Anda, sebab Iklim Politik Akan Makin Panas

Bila Alumni 212 Sudah Muncul di Media, Siapkan Diri Anda, sebab Iklim Politik Akan Makin Panas

9 September 2023
Kalau PAN Melempar-lempar Kursi Itu Bukan karena Brutal, Itu Namanya Dermawan!

Kalau PAN Melempar-lempar Kursi Itu Bukan karena Brutal, Itu Namanya Dermawan!

15 Februari 2020
Gedung DPR Dikabarkan Terbakar, Masyarakat Bersorak Menertawakan

Gedung DPR Dikabarkan Terbakar, Masyarakat Bersorak Menertawakan

25 Februari 2020
Dalam Politik, Konsep Relawan Paslon Adalah Hal yang Paling Menjengkelkan terminal mojok.co

Dalam Politik, Konsep Relawan Paslon Adalah Hal yang Paling Menjengkelkan

27 November 2020
Alasan Yogyakarta Layak Disebut sebagai Kota Terbaik untuk Berdiskusi terminal mojok.co

Dekadensi Organisasi Eksternal Mahasiswa di UIN Jakarta

22 September 2020
Saya Nggak Mau Terlalu Bahagia Mendengar Kabar Revisi UU ITE terminal mojok.co

Saya Nggak Mau Terlalu Bahagia Mendengar Kabar Revisi UU ITE

18 Februari 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.