Sebentar lagi kita menyambut ulang tahun negara tercinta. Berbagai persiapan hingga perayaan siap meramaikan seluruh sudut negeri hingga ke pelosok. Bendera merah putih mulai terlihat gagah di depan rumah-rumah penduduk.
Belum lagi kantor pemerintahan hingga pusat keramaian dengan baliho-baliho bertemakan merah putih. Tak mau kalah, para pelaku bisnis juga berpartisipasi dengan mengadakan promo bertemakan kemerdekaan. Mulai dari promo nama Agus, hingga promo bagi yang lahir tanggal 17 Agustus.
Semua bergembira, semua bersuka cita menyambut hari kemenangan Indonesia. Sebuah hari bersejarah dimana 74 tahun lalu para tokoh pejuang kemerdekaan memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Hasil jerih payah ratusan tahun berjuang melawan penjajah.
Sebuah perayaan harus kita sambut dengan penuh suka cita. Masing-masing daerah memiliki cara tersendiri untuk menyambut hari kemerdekaan. Mulai dari karnaval, festival seni budaya, berbagai macam perlombaan, hingga yang tak boleh ketinggalan upacara detik-detik Proklamasi 17 Agustus.
Salah satu perlombaan yang sering dilombakan menyambut 17 Agustus yaitu panjat pinang. Kalau di daerah saya orang biasa menyebut jambeyan. Pada beberapa daerah kalau saya boleh koreksi sebenarnya nama yang paling tepat yaitu panjat bambu. Karena yang dipanjat adalah sebatang pohon bambu, bukan pohon pinang.
Saya sendiri pernah dua kali mengikuti jambeyan ini. Kesempatan pertama ikut pada tahun 2015, saya dan tim gagal total. Namun, kami berhasil meraih puncak dan mengibarkan bendera merah putih di kesempatan berikutnya di tahun 2016.
Berbagai macam hadiah kami peroleh, mulai dari pakaian, alat-alat dapur, minuman bersoda, hingga uang tunai. Meski badan penuh dengan oli bekas, semua itu tak terasa saking antusiasnya menyambut hari kemenangan bangsa. Apalagi mampu menjadi pemenang dalam lomba panjat bambu tersebut. Sebuah momen yang kini sangat saya rindukan. Momen yang belum mampu saya temui kembali di perantauan.
Sebenarnya, bagaimana sih sejarah perlombaan panjat pinang? Konon katanya, panjat pinang merupakan sebuah perlombaan yang diadakan Belanda dengan peserta dari orang pribumi. Mereka saling berlomba untuk merebut hadiah sementara pihak Belanda hanya menonton dari bawah sembari tertawa dan menghina para peserta. Katanya sih begitu.
Okelah, dari narasi tersebut dapat dilihat orang Belanda terkesan melecehkan orang pribumi. Mereka seolah tertawa melihat penderitaan rakyat yang saling berebut untuk hadiah yang tak seberapa. Tapi ya kita tidak tau juga tujuan sebenarnya permainan itu, apakah memang benar-benar untuk melecehkan atau sekadar hiburan dan permainan semata.
Namun sayangnya, kini hal itu seakan diungkit kembali. Sejak tahun lalu (atau sudah sejak tahun-tahun sebelumnya namun saya tidak tahu) menjelang 17 Agustus banyak beredar postingan mengenai sejarah panjat pinang hingga makna di balik perlombaan itu. Bahkan ada himbauan agar tak melakukannya lagi karena panjat pinang merupakan sebuah penghinaan kaum penjajah terhadap rakyat Indonesia. Lihat saja dalam beberapa waktu ke depan, di sosial media pasti juga bakal dijumpai postingan serupa.
Gimana ya, mbok ya jangan baper gitu ah. Emang yang membuat postingan seperti itu dulu saat masih ada penjajah ikut menjadi pesertanya? Kalau saya sih lebih memilih mengambil sisi positifnya saja. Jangan samakan gambaran kini dan masa lalu.
Faktanya, semua orang menyambut 17 Agustus khususnya perlombaan panjat pinang dengan penuh suka cita. Dari peserta, dan saya sendiri yang pernah mengalami langsung tak pernah sama sekali merasa dilecehkan. Justru ada kebanggaan tersendiri ketika mampu meraih kemenangan. Rasa bangga walau hanya sekadar bergembira menyambut kemerdekaan bangsa.
Dari kalangan penonton pun juga tidak ada yang terlihat melecehkan para peserta. Mereka bersuka cita, tertawa karena melihat tingkah lucu para peserta. Ada yang celananya melorot, ada yang tergelincir karena batang bambu terlalu licin, dan kebahagiaan-kebahagiaan yang mungkin tak didapat oleh mereka yang hanya bisa nyinyirin perlombaan ini.
Sudahlah, tidak perlu sedikit-sedikit cocoklogi mengaitkan setiap kegembiraan rakyat dengan ini itu, apalagi hingga ancaman dosa. Masyarakat kita butuh hiburan. Masyarakat sudah jenuh dengan keadaan bangsa kita akhir-akhir ini. Masyarakat sudah capek dengan hiruk pikuk pesta demokrasi yang melelahkan. Sudah saatnya kita bergembira bersama, kembali berangkulan menyambut kemenangan bangsa Indonesia. Buah perjuangan para pahlawan bangsa. Dan jangan lupa ikut lomba panjat pinang ya, rasakan keseruannya. (*)
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) yang dibikin untuk mewadahi sobat julid dan (((insan kreatif))) untuk menulis tentang apa pun. Jadi, kalau kamu punya ide yang mengendap di kepala, cerita unik yang ingin disampaikan kepada publik, nyinyiran yang menuntut untuk dighibahkan bersama khalayak, segera kirim naskah tulisanmu pakai cara ini.