Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Fenomena Panggilan “Mbak” Berubah Jadi “Cece” Karena Terdengar Lebih Lucu, lebih Kota, dan Lebih Estetik

Andre Rizal Hanafi oleh Andre Rizal Hanafi
22 Juni 2025
A A
Cece Itu Kota dan Estetik, Mbak Kampungan Jawa Medok (Unsplash)

Cece Itu Kota dan Estetik, Mbak Kampungan Jawa Medok (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Di tengah bisingnya suara klakson, konten TikTok yang nggak ada habisnya, dan diskonan ojol yang selalu menggoda iman, ada satu fenomena kecil tapi menarik di kalangan perempuan muda. Khususnya dari pedesaan Jawa, para mbak, yang sedang merantau ke kota. fenomena itu bernama nama panggilan cece.

Iya, kamu nggak salah baca. Cewek-cewek yang dulunya dipanggil “mbak” atau “kak”, sekarang lebih senang dipanggil “cece”. Bukan karena mereka punya marga Zhang atau punya sepupu yang menikah dengan orang di Pecinan, tapi karena, katanya, “cece” itu kedengarannya lebih lucu, lebih kota, lebih esthetic.

Padahal kita tahu, beberapa dari mereka dulunya bernama Siti dari sebuah desa di Kendal. Yang tiap pagi bantu ibunya nyabit rumput, sore bantu tetangga bikin jenang. Tapi setelah pindah ke kota, semua berubah. Nama, dandanan, dan sapaan berubah. Nggak lagi “Mbak Siti”, tapi “Cece Stefani.”

Antara suntik putih dan liptint Korea

Kalau cuma soal panggilan sih, sebenernya nggak ada yang salah. Semua orang berhak memilih cara mereka ingin dipanggil. Tapi lucunya, perubahan ini kadang dibarengi dengan upaya-upaya lain yang lebih dalam dari suntik putih, cushion glowing, sampai eyeliner ditarik ke atas biar matanya keliatan sipit.

Bedak Kelly dan pensil alis merk Viva mulai ditinggalkan. Sekarang gantinya liptint Korea shade coral blossom dan cushion merek yang cuma bisa dibeli di live TikTok pukul 1 pagi. Cita-citanya satu kepingin tampil kayak “cece” chindo di Instagram, lengkap dengan outfit berkelas dari atas sampai bawah.

“Kaos 70k, rok 95k, heels 120k, self-love, priceless.”

Latar fotonya tentu kafe dengan latte art, caption-nya berbahasa Inggris, “You ARe My Wonderwall Beb!”

Pindah kota, pindah identitas?

Masuk ke kota memang kadang bikin orang berubah. Tapi yang bikin heran, kenapa perubahannya justru ke arah budaya yang bukan milik mereka sendiri?

Baca Juga:

Rumah Joglo Memang Unik, tapi Nggak Semua Orang Cocok Termasuk Saya

8 Kosakata Boyolali yang Susah Diterjemahkan Warga Lokal dari “Horok” Sampai “Nine”

Kawan-kawan Chindo aja banyak yang tetap nyaman dipanggil “mbak” atau “kak”, bahkan logat Jawanya masih kental. Tapi sebagian cewek Jawa justru ngotot ingin dipanggil “cece”, lengkap dengan nama-nama baru yang terdengar internasional.

Sulastri jadi Chelsea. Wagiyem ganti jadi Monica. Kadang yang lebih absurd Karsini jadi Kayla Zhang.

Padahal baru 2 minggu lalu masih update story pakai caption, “Halah, angel e gawe ketupat.”

Apa salahnya jadi Jawa?

Kalau dipikir-pikir, ini bukan cuma soal gaya-gayaan ganti dari mbak ke cece. Ada yang lebih dalam dari itu soal penerimaan terhadap diri sendiri.

Banyak yang merasa logat Jawa itu kampungan, warna kulit sawo matang itu kurang menarik, dan nama-nama khas Jawa itu nggak “menjual” di dunia digital. Jadi semua harus di-upgrade biar dianggap keren. Yang padahal ya nggak segitunya juga.

Siapa bilang cewek Jawa nggak keren? Mbak dengan logat medok itu unik, sopan santun nggak ada lawan, dan biasanya jago masak. Bahkan banyak cowok ibu kota yang justru lebih nyari cewek Jawa karena katanya “nggak neko-neko.”

Yang hilang dan yang tersisa dari perubahan mbak ke cece

Tentu nggak semua cewek desa yang hijrah ke kota ikut pengin dipanggil cece. Banyak juga yang tetap bangga dengan identitasnya. Tapi nggak bisa dimungkiri, tren ini nyata. Dan kadang menyisakan kegelisahan soal budaya yang makin hari makin kabur bentuknya.

Lucunya, pas momen Lebaran tiba, kenyataan suka menyadarkan. Si “Cece Angel” yang biasa ngopi cantik dan pakai tone kulit porcelain white, begitu pulang kampung tetap disuruh ngulek sambel sama ibunya.

Dan bude-bude tetap manggil, “Mbak Wati, tolong ambilin piring, ya.”

Followers boleh ratusan ribu, feed Instagram bisa sehalus kulit editan, tapi pas di kampung halaman, kamu tetap “anak e Bu Saminah”. Dan kamu harus menerima dengan ikhlas.

Cece bukan masalah, asal tahu akar

Boleh aja kamu dipanggil cece. Nggak ada yang melarang kamu pakai skincare Korea atau ngopi di rooftop sambil nonton drakor. Tapi, sebelum ganti nama dan sapaan, coba tanya ke diri sendiri ini karena suka, atau karena merasa malu jadi diri sendiri?

Kalau jawabannya karena malu, itu yang perlu direnungkan. Karena identitas bukan buat disembunyikan, tapi dirawat. Mbak Jawa bisa tetap cantik tanpa harus putih. Bisa tetap anggun tanpa harus sipit. Dan bisa tetap keren meski cuma dipanggil “mbak”.

Jadi diri sendiri, nggak pernah ketinggalan zaman

Zaman boleh berubah. Kota boleh ramai. Tren boleh datang dan pergi. Tapi yang selalu relevan adalah jadi diri sendiri.

Nggak usah repot-repot jadi cece kalau jadi mbak aja udah cukup keren. Ngapain ngaku-ngaku Zhang kalau jadi Ning Sulastri aja udah punya pesona yang nggak bisa dibeli di Shopee.

Karena pada akhirnya, yang paling mahal dari kita adalah keaslian. Dan itu, nggak bisa dipoles pakai cushion atau caption aesthetic.

Kalau artikel ini bikin kamu merasa “tertampar halus”, ya mungkin memang kita butuh refleksi kecil soal siapa kita sebenarnya. Nggak buat nyalahin, cuma ngajak mikir mau sejauh apa pun kamu melangkah, asal-muasal nggak pernah bisa kamu hapus. Dan itu justru yang bikin kamu punya warna.

Jadi, masih mau dipanggil cece, atau udah rindu dipanggil mbak lagi?

Penulis: Andre Rizal Hanafi

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Kata Siapa Panggilan Mbak Bermakna Rendahan?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 22 Juni 2025 oleh

Tags: cececewek jawaciri-ciri cewek jawagadis jawaJawakampunganpanggilan mbakzhang
Andre Rizal Hanafi

Andre Rizal Hanafi

Pemuda dari Kendal yang dulunya kuliah perhotelan tapi sekarang lebih sering nulis dan tidur siang. Bisa diajak diskusi soal telur gosong dan masa depan yang gagal diracik.

ArtikelTerkait

pernikahan jawa terhalang weton mitos mbangkel ponorogo suro mojok.co

Selain Weton Tak Cocok, Mitos Mbangkèl Juga Bisa Menggagalkan Pernikahan Orang Jawa

13 Juli 2020
Mempertanyakan Orang Jawa Tulen yang Masih Bingung dengan Istilah Bahasa Jawa “Selawe”, “Seket", dan “Sewidak” Mojok.co

Mempertanyakan Orang Jawa Tulen yang Masih Bingung dengan Istilah Bahasa Jawa “Selawe”, “Seket”, dan “Sewidak”

22 Mei 2024
bahasa jawa krama inggil syekh subakir jawa tumbal ki semar mojok

Sabda Palon, Sebuah Perjanjian Antara Syekh Subakir dengan Mbah Semar

24 Oktober 2020
Ketika Pendidikan “Layak” Harus Dibayar dengan Luka yang Dalam (Unsplash)

Ketika Pendidikan “Layak” Harus Dibayar dengan Luka yang Dalam

19 Juni 2025

 “Bodho” hingga “Congok”, Ini Cara Membedakan Level Kebodohan dalam Bahasa Jawa Suroboyoan

28 Oktober 2024
Jauh-jauh KKN UGM ke Maluku, Isinya Malah Orang Jawa Semua, Serasa di Bantul!

Jauh-jauh KKN UGM ke Maluku, Isinya Malah Orang Jawa Semua, Serasa di Bantul!

25 Agustus 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.