Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Luar Negeri

Orang Inggris Nggak Percaya Polisi, Percayanya sama Siskamling

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
5 Oktober 2022
A A
Orang Inggris Nggak Percaya Polisi, Percayanya sama Siskamling

Orang Inggris Nggak Percaya Polisi, Percayanya sama Siskamling (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Hari ini kita melihat polisi sebagai sebuah kewajaran. Seolah-olah sistem pengamanan sipil ini sudah ada sejak peradaban terbentuk. Kita juga memandang segala peristiwa buruk yang melibatkan kepolisian adalah sebuah kewajaran. Namun, ide adanya polisi juga tidak mulus. Bahkan rakyat salah satu negara superpower (baca: arogannya minta ampun) pernah menolak kehadiran polisi. Negara itu adalah Inggris.

Ini menarik menurut saya. Sebagai negara pengimpor (baca: pemaksa) kebudayaan dan sistem kepemerintahan, polisi di Inggris telat hadir. Bahkan sudah didahului negara lain di Eropa. Namun, alasan polisi Inggris telat hadir ini patut diingat. Agar kita bisa memahami alasan mengapa polisi dibutuhkan masyarakat.

Sebelum lahirnya polisi, sistem keamanan sipil di Inggris masih menerapkan model abad klasik. Model ini melibatkan kelompok masyarakat yang berkenan terlibat sebagai penjaga keamanan. Mungkin bisa disamakan dengan sistem siskamling yang sudah mati di banyak kampung.

Untuk menggenjot keamanan, parlemen Inggris menerbitkan bounty untuk setiap pelaku kejahatan yang tertangkap. Ini memunculkan thief-takers alias penangkap maling. Mereka bekerja secara independen, dari menangkap pelaku sampai mengembalikan barang curian. Maka banyak orang menjadikan thief-takers ini sebagai profesi. Selain mendapat bounty dari pemerintah, mereka mendapat uang tambahan dari korban yang ingin mendapatkan barang yang dicuri.

Sistem thief-takers ini penuh dengan korupsi. Salah satu thief-takers korup paling kondang adalah Jonathan Wild. Ia adalah thief-takers senior sekaligus dalang dari berbagai kejahatan terutama pencurian. Ia menjadikan posisi thief-takers menjadi alat untuk memukul gangster pencuri rival. Singkat cerita, sindikat Jonathan Wild terbongkar. Ia dihukum gantung saat koma akibat racun yang ia minum di penjara.

Kita bisa membayangkan bagaimana ruwetnya sistem pengamanan sipil ini. Tapi, mengapa rakyat Inggris tidak menuntut sistem polisi yang lebih terstruktur? Penolakan terhadap polisi ini diakibatkan sistem polisi di Prancis. Pasca revolusi, polisi Prancis menjadi perpanjangan tangan militer dan negara. Polisi hadir bukan sebagai kekuatan keamanan sipil, tapi sering menjadi alat pukul negara terutama musuh politik.

Sentimen terhadap polisi ini juga diperkuat dengan penolakan terhadap sistem surveillance. Mayoritas rakyat Inggris tidak ingin hajat pribadi mereka ada dalam pengawasan pemerintah. Maka sistem thief-takers dan keamanan seperti watchmen dan magistree masih dipelihara.

Salah satu model polisi yang muncul (dan dinilai berhasil) adalah Bow Street Runners. Kelompok keamanan sipil ini didirikan pada tahun 1749 oleh Sir Henry Fielding. Blio mengawali karir sebagai novelis dan pengacara. Banyak karya Sir Henry Fielding yang terinspirasi oleh kejahatan Jonathan Wilde.

Baca Juga:

4 Salah Kaprah Jurusan Sejarah yang Terlanjur Melekat dan Dipercaya Banyak Orang

Dari Sekian Banyak Jurusan Pendidikan, Pendidikan Sejarah Adalah Jurusan yang Tidak Terlalu Berguna

Bow Street Runners sendiri tidak hanya berhenti sebagai thief-takers seperti era Jonathan Wild. Kelompok ini juga melakukan penyidikan sebelum diserahkan ke pengadilan. Meskipun agensi swasta, namun Bow Street Runners sudah melakukan peran polisi modern. Reorganisasi ini dilakukan Sir John Fielding, saudara Sir Henry Fielding yang dikenal sebagai “Si Buta dari Bow Street.” Sedikit trivia, Sir John Fielding bisa mengenali 3000 pelaku kriminal hanya dari suara saja.

Kelemahan Bow Street Runners ada pada kekuatan dan wewenang. Sebagai badan swasta, mereka mendapat pendanaan hanya dari bounty. Maka bisa dimaklumi jika Bow Street Runners tidak memiliki anggota yang cukup. Terutama ketika dihadapkan pada kerusuhan sipil.

Beberapa kali kerusuhan di Inggris diselesaikan oleh militer. Dan bisa ditebak, banyak orang tewas dalam kerusuhan jika ditangani oleh militer. Salah satunya adalah Kerusuhan Gordon pada 1780. Kerusuhan yang lebih dikenal sebagai “King Mob Movement” ini mengakibatkan 200-300 orang tewas. Semua diakibatkan oleh tindakan represif oleh militer Inggris.

Kerusuhan Gordon ini menjadi sorotan parlemen. Mereka menyayangkan model penanganan militer terhadap kerusuhan sipil. Bisa dipahami, karena militer dilatih untuk berperang. Membunuh adalah solusi yang dipelajari mereka saat pendidikan. Tentu relevan ketika dihadapkan pada kekuatan militer musuh, tapi bukan untuk melawan rakyat sipil.

Usulan untuk membentuk instansi kepolisian dengan model polisi Prancis pun lahir. Namun pada akhirnya, Bow Street Runners dilebur dalam instansi kepolisian baru ini. Penggunaan pentungan diprioritaskan daripada pedang selayaknya militer. Bahkan ada pembatasan penggunaan senjata api. Pada akhirnya, kepolisian Inggris lahir sebagai kekuatan keamanan sipil yang terpisah dari militer.

Sejarah lahirnya polisi di Inggris ini menarik. Polisi memang jangan sampai menjadi bagian dari angkatan militer. Ketakutan rakyat Inggris abad ke-18 sampai 19 ini bisa dimaklumi. Kekuatan militer tidak pernah tepat untuk menangani gesekan sipil. Kemunculan sistem thief-takers ini menjadi jawaban agar kejahatan sipil diselesaikan oleh masyarakat sipil juga.

Seperti Kerusuhan Gordon, metode militer jelas bukan solusi masalah sipil. Korban yang berguguran diakibatkan penanganan yang sama seperti menangani tentara musuh. Maka polisi Inggris hadir bukan sebagai perpanjangan tangan militer, tapi sebagai kekuatan dan perlindungan warga sipil dari tindak kejahatan.

Penggunaan pentungan alih-alih pedang ini juga penting. Peran polisi adalah mengamankan, bukan membunuh. Pentungan ini menjadi simbolis dan praktis. Simbolis karena melambangkan kehadiran mereka yang (seharusnya) tidak membunuh rakyat. Praktis karena lebih mudah mengamankan pelaku kriminal daripada menggunakan pedang.

Masyarakat butuh polisi sebagai bagian dari mereka. Dan polisi harus hadir dari, oleh, dan bagi masyarakat sipil. Dan jangan sampai malah hadir sebagai kekuatan militer yang bergerak semau mereka karena mereka punya wewenang untuk itu.

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Sikat Polisi Hedon di Medan, Kompol Hoegeng Iman Santoso Disantet

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2022 oleh

Tags: inggrispolisisejarahsiskamling
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

Pemulangan Prasasti Pucangan: Batu kok Dipulangin, Pentingnya Apa?

Pemulangan Prasasti Pucangan: Batu kok Dipulangin, Pentingnya Apa?

8 November 2022
Rasanya Menempuh 150 Kilometer dengan Motor Chopper: Keren sih, tapi Bikin Punggung Merintih

Rasanya Menempuh 150 Kilometer dengan Motor Chopper: Keren sih, tapi Bikin Punggung Merintih

2 Agustus 2023
Pak Polisi, Apakah Demonstran Juga Harus Belajar Jurus Smackdown? terminal mojok.co

Pak Polisi, Apakah Demonstran Juga Harus Belajar Jurus Smackdown?

14 Oktober 2021
Selama Kepemilikan Tanah Masih Dikuasai Segelintir Orang, Konflik Berdarah Akan Terus Lahir dan Dunia Makin Getir dago elos

Selama Kepemilikan Tanah Masih Dikuasai Segelintir Orang, Konflik Berdarah Akan Terus Lahir dan Dunia Makin Getir

21 Agustus 2023
Walau Sempat Berseteru karena Warnanya Sama, Bendera Indonesia dan Monako Beda di Banyak Aspek terminal mojok.co

Walau Sempat Berseteru karena Warnanya Sama, Bendera Indonesia dan Monako Beda di Banyak Aspek

25 Februari 2021
ranggalawe bendera majapahit berdiri tahun 1293 M bonek bondho nekat mentalitas asal-usul surabaya sejarah madura menakjingga mojok

Mentalitas Bonek Sudah Ada Sejak Awal Berdirinya Majapahit

22 April 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.