Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Uang Kaget: Eksploitasi Orang Miskin Berkedok Memberi Bantuan

Rahadian oleh Rahadian
22 Mei 2022
A A
Uang Kaget: Eksploitasi Orang Miskin Berkedok Memberi Bantuan

Uang Kaget: Eksploitasi Orang Miskin Berkedok Memberi Bantuan (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Saya yakin, pembaca Mojok yang lumayan berumur tahu dan familiar dengan acara Uang Kaget. Namanya sempat berganti beberapa kali, tapi konsepnya masih tetap sama. Uang Kaget ini lumayan booming waktu pertama muncul. Sebab, acara itu dikemas dengan bagus: memberi kesempatan untuk orang yang kurang beruntung membeli barang yang mereka butuhkan dengan waktu yang dibatasi.

Sekilas, acara ini terlihat bagus. Memberi orang yang beruntung tak bisa dikatakan buruk kan? Memang. Namun, coba lihat acara ini dengan lebih jernih dan mendalam. Anda akan mendapati bahwa acara ini tak lebih dari eksploitasi orang-orang kelas bawah untuk rating.

Uang kaget (Shutterstock.com)

Bayangkan pria atau wanita usia lanjut disuruh lari-lari untuk berbelanja agar bisa menggunakan uang 10 juta untuk berbelanja. Kasihan, kan? Kalo pria atau wanita yang masih muda disuruh lari-lari buat belanja, saya masih bisa terima. Mereka masih punya tenaga cukup kuat untuk lari-lari. Nah, gimana kalo di antara pria dan wanita paruh baya ini ada yang memiliki penyakit jantung atau penyakit lainnya?

Selain itu, acara ini sebenarnya nggak membantu-bantu banget. Kalau memang membantu, mestinya tak perlu diberi batasan waktu. Tim produksi pasti sudah mempelajari siapa yang akan dibantu selanjutnya, jadi mereka bisa mengetahui apa yang orang tersebut butuhkan. Bisa jadi mereka tak butuh barang, tapi karena tak mau menyia-nyiakan uang dan kesempatan, mereka jadi membeli barang yang tak mereka butuhkan.

Hal lainnya yang bikin saya resah, karena terburu-buru menggunakan uang tersebut untuk berbelanja sebelum waktunya habis, pastinya si penerima uang ini nggak akan tenang. Gimana mau tenang, toh dibatasi waktu 30 menit. Dalam kondisi nggak tenang, pastinya dia nggak akan bisa mempertimbangkan secara logis untuk mengambil keputusan barang mana yang sebenarnya dibutuhkan dan barang mana yang sebenarnya nggak dibutuhkan. Nyambung kan sama paragraf saya sebelumnya?

Uang (Pixabay.com)

Untuk memperkuat argumen saya, mari kita simak salah satu episode acara reality show ini. Ada penerima uang, seorang ibu-ibu, yang bekerja sebagai pedagang gorengan. Ibu ini menceritakan kalo seluruh anaknya bekerja di luar kota sebagai buruh bangunan. Ibu yang tinggal sendiri ini pun menceritakan kalo penghasilan berjualan gorengan tak terlalu mencukupi. Gara-gara itu, ia  punya utang yang banyak. Sedangkan suaminya sudah lama meninggal. Lalu, si penerima uang ini ini berlari-lari ke toko terdekat untuk membeli barang dengan ditemani beberapa orang dari tim dari acara tersebut.

Saat berbelanja, ada orang dari tim yang menyarankannya membeli kompor. Sebabnya, kompor yang digunakan untuk berjualan goreng sudah menurun kualitasnya. Ada juga dari mereka yang menyarankan agar membeli kulkas. Ibu ini sambil ngos-ngosan malah jadi bingung. Akhirnya, ia terpaksa memilih kulkas. Sebabnya, ibu ini nggak punya kulkas. Setelah waktu membeli barang habis, dia mengakui menyesal memilih kulkas. Ia mengutarakan bahwa ia sebenarnya membutuhkan kompor yang lebih bagus untuk berjualan.

Padahal beliau punya utang. Kenapa tak memberikan uangnya untuk membayar utang? Kenapa harus diminta beli barang? Lalu, ketika membeli barang, kenapa harus diberi sugesti terlalu banyak? Sudah tahu bingung, malah dibikin makin bingung. Apa memang itu tujuannya: memperlihatkan betapa “lucunya” orang miskin ketika diberi uang banyak?

Baca Juga:

Memori Tubuh Kami oleh Fadiyah Alaidrus: Menghadapi Diskriminasi dan Eksploitasi Seksual

Akui Saja, Pariwisata Jogja Memang Sudah Menemui Titik Jenuhnya

Hamparan seratus ribuan (Shutterstock.com)

Kalau iya, jahat banget. Pol.

Jadi, kesimpulannya, sekaligus sebagai poin yang harus digarisbawahi, reality show Uang Kaget sebaiknya ditiadakan saja dari televisi. Bila acara ini tetap disiarkan, maka sama saja dengan membiarkan eksploitasi terhadap orang-orang yang kurang beruntung. Dan tak ada yang lebih jahat ketimbang itu.

Penulis: Taufik
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Nggak Cuma di Jogja: Malioboro Juga Punya Cabang di Beberapa Kota

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 22 Mei 2022 oleh

Tags: eksploitasiuang kaget
Rahadian

Rahadian

Gemar berbagi melalui tulisan.

ArtikelTerkait

Bahaya Laten Lingkungan Kerja Kekeluargaan

Bahaya Laten Lingkungan Kerja Kekeluargaan

19 Oktober 2022
reality show uang kaget soraya rasyid uang kaget seksis rating mojok.co

Reality Show ‘Uang Kaget’ dan Seksisme yang Mengitarinya

1 Juni 2020

Andai ‘Uang Kaget’ Bisa Dibelanjakan Lewat e-Commerce

10 Juni 2021
Gara-gara Sinetron 'Di Sini Ada Setan', Lagu ‘Antara Ada dan Tiada’ Berubah Jadi Lagu Horor terminal mojok.co

Setan: Awalnya Menakutkan, Kini Jadi Komoditas yang Menggiurkan

16 Desember 2022
Memori Tubuh Kami oleh Fadiyah Alaidrus: Menghadapi Diskriminasi dan Eksploitasi Seksual

Memori Tubuh Kami oleh Fadiyah Alaidrus: Menghadapi Diskriminasi dan Eksploitasi Seksual

Saya Justru Menyesal Tidak Jadi Kuliah di Jogja pariwisata jogja caleg jogja

Akui Saja, Pariwisata Jogja Memang Sudah Menemui Titik Jenuhnya

27 Mei 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.