MOJOK.CO – Memancing adalah salah satu kegiatan menyenangkan yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu luang. Tapi ceritanya jadi beda kalau kamu mancing ditungguin pocong.
Bambang selalu menekankan kepada anaknya, Cempe, bahwa dia tidak boleh takut kepada gelap dan cerita-cerita horor. Tentu saja karena Bambang tidak ingin reputasinya sebagai sopir mobil jenazah tercoreng. Masak bapaknya chill boncengin mayat tapi punya anak penakut. Maka dari itu, Cempe punya keberanian yang berlebih. Oh ya, anaknya Bambang dipanggil Cempe karena suaranya mirip anak kambing.
Tapi setinggi apa pun keberanian Cempe, dia punya ketakutan terhadap pocong. Cempe belum pernah melihat banaspati, tapi cerita-cerita tentang pocong membuat Cempe bergidik juga. Melihat jenazah dimandikan saja sudah lumayan ngeri, apalagi melihat mayat dengan bungkus sugus.
Pada Jumat siang hari yang cerah saat itu, Cempe mengajak Redup, Jembat, dan Cebok untuk memancing. Mereka memilih Waduk Gajah Mungkur sebagai tujuan memancing karena terkenal banyak ikannya. Berangkatlah mereka saat itu meski hari masih panas, takut keduluan pemancing lain. Posisi menentukan prestasi berlaku juga untuk memancing je.
Mereka berempat memilih untuk memancing di daerah waduk yang sepi. Daerahnya lumayan jauh dari pemukiman dan menurut penduduk setempat daerah itu memang angker. Tapi ada pegangan pasti: tempat angker berarti ikannya banyak. Mereka sempat ragu karena takut ketemu hantu, apalagi pocong. Tapi rasa takut mereka dengan mudah ditebus dengan ikan, jadi mereka tep gas wae.
Ketika sampai di spot memancing, mereka dengan bahagia segera menyiapkan alat-alat pancing dan juga perabotan lainnya. Ketika kail sudah dilempar, tugas mereka selanjutnya adalah menunggu. Namun angan tinggal angan, empat pemancing itu sudah memancing selama dua jam namun hanya menarik empat ikan, itu pun hanya sebesar tiga jari. Muka mereka makin lesu setelah mendekati magrib tetap saja perolehan mereka tidak sebanyak yang mereka pikirkan.
“Bali wae yo, boncos iki, tuku wader wae neng nduwur malah setil” ujar Cebok sebagai satu-satunya pemancing yang tidak merasakan strike dari awal datang. Mereka setuju karena azan Magrib sudah berkumandang. Takut juga mereka kalau mau lanjut sampai malam, daripada ketemu pocong atau genderuwo lain mending pulang.
Mereka membereskan alat pancing dan bergegas ke motor mereka. Tempat parkir motor mereka tidak jauh dari tempat memancing. Karena jauh dari pemukiman, lebih baik membawa motor, toh ada jalan setapak untuk motor. Hari sudah lumayan gelap, namun tidak membuat mereka kesulitan mencari motor mereka.
Tiba di parkiran, mereka segera bergegas menghidupkan motor. Tapi tiba-tiba Jupiter MX milik Cempe tidak mau hidup. Cempe mengecek tangki bensin dan aki, semua dalam keadaan baik. Jembat yang berada di samping Cempe menunggu sambil melihat sekeliling. 10 menit sudah percobaan namun tetap tidak menemui hasil.
Tiba-tiba Jembat berteriak, “BUAJINGAN, EH, ASTAGHFIRULLAH!” Cempe yang masih nyelah motor dan yang lainnya seketika melihat Jembat. Jembat mematung sambil menunjuk depan motor Cempe. Tepat saat Jembat menunjuk depan, motor Cempe hidup dan otomatis lampunya menyala. Di depan motor Cempe, ada 3 pocong tersorot lampu mematung melihat mereka.
“BUAJINGSENG POCONG, COOOK! AYO MINGGAT!”
Seketika mereka berempat lompat ke motor lalu memutar balik. Saking paniknya, Cempe dan Cebok sempat terjatuh namun langsung berdiri sembari mengegas motor. Redup sempat menengok ke belakang dan melihat kalau pocong tersebut mengejar mereka.
“AMPUN MBAAAH AKU WIS SUNAT DEMI ALLAH AMPOOOON MBAT DIGAS MBAT!!!” teriak Redup sembari menepuk punggung Jembat kencang-kencang. Tidak berapa lama kemudian mereka sampai ke jalan raya dan akhirnya mereka bernapas lega. Mereka tidak menyangka kalau mereka harus ketiban sial dobel. Sudah tidak dapat ikan, malah ketemu pocong.
Sesampainya mereka di rumah masing-masing, mereka langsung mandi dan tidur. Tapi besoknya mereka demam dan hanya tiduran di rumah. Tapi yang paling sial dari keempat orang tersebut adalah Cempe. Sudah badannya luka karena jatuh, nggak dapet ikan, ketemu pocong, plus dimarahi Bambang karena ketemu pocong malah lari.
“He anak cupu, kalau ketemu pocong harusnya jangan lari, tanyain togel, malah lari. Itung-itung rejeki” kata Bambang. Dalam batin Cempe misuh, rejeki ndasmu, Pak.
BACA JUGA Uji Nyali Berujung Tragedi di Alas Purwo dan cerita sedap lain yang baiknya dibaca bareng pacar di MALAM JUMAT.