Belakangan ini, tren kata ‘Blusukan’ mendadak kembali naik. Selain karena beredarnya video viral Pemimpin Pondok Pesantren Moderen Gontor K.H. Hasan Abdullah Sahal yang memplesetkan kata Blusukan menjadi “Blue Shoes Can’t” alias sepatu biru tidak bisa apa-apa, hal tersebut juga karena pernyataan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menyebut ia lebih dulu blusukan jauh sebelum Jokowi.
Pernyataan soal blusukan itu dikatakan SBY saat dirinya menyampaikan pidato dalam seminar nasional F-Demokrat DPR dalam rangka menyambut Hari Perempuan Internasional 2018 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin 19 Maret 2018 lalu.
“Saat mengemban tugas selama 10 tahun lalu, kami sering berkunjung ke daerah seluruh Indonesia. Jadi sebelum Pak Jokowi blusukan, kami sudah duluan blusukan keliling,” kata SBY.
Pernyataan SBY tersebut tentu saja langsung menjadi bahan perbincangan yang seru. Maklum saja, pernyataan SBY tersebut memang rentan diartikan sebagai penegasan bahwa dirinya tidak kalah dengan Jokowi. Bahwa dirinya tidak kalah unggul soal blusukan dari Jokowi.
Seperti kita ketahui bersama, kata Blusukan memang sangat identik dengan Jokowi, utamanya semenjak Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta, yang mana saat itu ia memang sering menjadikan blusukan sebagai salah satu agenda kerjanya.
Kata blusukan sendiri secara etimologi berasal dari bahasa Jawa, ia berasal dari kata dasar blusuk yang artinya masuk, benam, dan sejenisnya.
Dalam makna politis, Blusukan bisa diartikan sebagai inspeksi ke tempat-tempat tertentu untuk memonitor kinerja layanan publik, melihat kondisi lapangan, serta berkomunikasi dengan masyarakat.
Dengan pengertian itu, maka sebenarnya jauh sebelum Jokowi dan SBY pun, sudah banyak presiden lain yang melakukan blusukan. Entah dengan istilah blusukan, turba (turun ke bawah), atau istilah-istilah lainnya.
Soekarno dulu juga suka blusukan, bahkan sebelum jadi presiden, dan caranya lebih ekstrem. Kalau cara Lekra, blusukannya ala “tiga sama”, alias makan bersama, tidur bersama dan bekerja bersama warga yang dikunjungi.
Jauh sebelum Soekarno, raja-raja kerajaan lama di Indonesia, dari mulai Majapahit sampai Mataram juga sudah blusukan.
Lha jangankan raja, lha wong para nabi saja dulu agendanya ya blusukan je.