Bagi banyak orang Indonesia, menggunakan bahasa Inggris memang terlihat lebih sangar dan wah. Tak heran jika dalam banyak kesempatan, apa pun itu, sebisa mungkin diusahakan untuk diinggriskan. Sayang, hal ini kadang tidak diimbangi dengan kemampuan berbahasa Inggris yang benar dan mumpuni, penginggrisan tersebut kerap menjadi waton alias asal-asalan belaka.
Salah satu contoh penggunaan bahasa Inggris yang asal-asalan yang cukup bikin heboh netizen tentu saja adalah penggunaan kalimat “Stop Humanity” dalam aksi “Jabar Peduli Rohingya”, yang dipimpin langsung oleh Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan di halaman Gedung Sate beberapa waktu yang lalu.
Dalam aksi tersebut, selain spanduk bertuliskan “Save Rohingya” dan “Lets Help Rohingya”, terlihat juga beberapa spanduk yang bertuliskan “Stop Humanity”, tulisan di spanduk tersebut tentu saja bikin gagal paham, sebab bila diterjemahkan, makna kalimat tersebut adalah “Setop Kemanusiaan”, yangtentu saja justru berlawanan dengan semangat aksi.
Belum hilang kehebohan soal penggunaan kalimat Stop Humanity, muncul lagi kehebohan penggunaan bahasa Inggris yang tak kalah waton. Kali ini melalui sebuah acara yang diselenggarakan oleh SMK Negeri 6 Kota Bandung. Nama acaranya “Turn Back Quran”. Nama kegiatan tersebut tentu saja sangat Inggris dan sangat keren, plesetan dari “Turn Back Crime” yang sempat booming beberapa waktu lalu.
Sayang, panitia kurang cermat mencerna pemahaman kalimat Turn Back Crime, yang sebenarnya berarti perlawanan terhadap kejahatan. Karena itu, jika diselaraskan dengan arti “Turn Back Crime”, kalimat “Turn Back Quran” justru berarti perlawanan terhadap Quran, bukan kembali kepada Quran seperti yang dimaksudkan oleh panitia. Beruntung, panitia kemudian meminta maaf atas kekeliruan ini.
Begitulah, betapa gawatnya kalau hanya sok pengin keminggris tapi tak tahu-menahu soal pemaknaannya.
Hal ini bukan yang pertama sebenarnya. Sebelum ini, sudah banyak kaos-kaos dengan tulisan serupa, dari mulai Turn Back Sunnah sampai Turn Back Allah. Keren sih, sangar sih, tapi wagu.
Yah, mau bagaimana lagi, dimaklumi saja, memang begitulah asyiknya Indonesia. Yang paling utama adalah maksud dan niat. Perkara penerapannya salah besar, itu urusan belakangan.
Jadi, kalau suatu saat, sampeyan ketemu orang pakai kaos bertuliskan “I Love Dead to You” atau “NKRI The Death Price”, jangan disindir, cukup disenyumi saja.
*Eh, tulisan ini termasuk menyindir nggak sih?