MOJOK.CO – Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan mengaku sandainya dirinya masih jadi tentara, niscaya dirinya bakal turun ke jalan dan ikut melibas para perusuh di aksi 22 Mei.
Banyak pihak yang jengkel dan geregetan dengan ulah sehimpun massa yang bikin kerusuhan pada 22 Mei lalu di sekitar Gedung Bawaslu, Tanah Abang, Petamburan, dan Slipi. Di sosial media, banyak yang mengecam dan menghujat para peserta aksi 22 Mei. Maklum saja, dampak dari aksi yang berujung dengan kerusuhan tersebut memang sangat luas, dari mulai rusaknya fasilitas umum di sekitar area aksi, sampai pembatasan akses sosial media oleh pemerintah.
Nah, satu dari sekian banyak pihak yang ikut jengkel atas aksi tersebut adalah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Maritim) Luhut Binsar Pandjaitan.
Luhut mengaku sangat kesal pada massa yang memicu kericuhan dalam demo 22 Mei beberapa waktu yang lalu.
Luhut yang memang berkantor di Kantor Kemenko Maritim yang letaknya tak jauh dari Gedung Bawaslu RI, Jalan MH Thamrin, mengaku bisa melihat dengan jelas bagaimana ulah dan kebrutalan massa saat terjadinya kerusuhan.
“Kantor saya itu berdampingan dengan Bawaslu jadi saya lihat semua kejadian di Jakarta itu,” terangnya.
Kekesalan Luhut muncul sebab dirinya tahu betul bagaimana saat petugas kepolisian dilempari batu oleh massa perusuh yang belakangan diketahui dari keterangan polisi merupakan massa bayaran. Mereka dibayar antara 200 ribu sampai 400 ribu per orang.
Saking kesalnya, Luhut bahkan sampai mengatakan bahwa dirinya tak segan-segan melibas para perusuh seandainya saja dirinya masih jadi tentara.
“Ya hari itu kira-kira 6.000 massa. Dan polisi itu dilempari batu, sampai polisi pakai tameng. Untung saya sudah enggak jadi tentara, kalau masih jadi tentara saya libas juga itu.”
Wah, untung Pak Luhut sudah lama pensiun, jadi nggak ikut turun langsung ke jalan mengamankan para perusuh. Coba kalau masih aktif jadi tentara, niscaya bakal pada jiper itu massa.
Lha gimana, lihat kumisnya Pak Luhut aja merindingnya sudah setengah mati, apalagi kalau sampai disenyumin, dirangkul, trus ditempeleng. Sudah pasti panas-dingin rasanya.