MOJOK.CO – Pada titik tertentu, antara Jokowi dan tokoh Dilan nampaknya punya kemistri yang kuat. Capres 01 tersebut bakal menghadirkan “pemerintahan Dilan” jika terpilih lagi.
Jokowi mencuri panggung dalam sesi penyampaian visi Debat Keempat Capres Pilpres 2019 yang digelar oleh KPU di Hotel Shangri-La, Jakarta, pada Sabtu, 30 Maret 2019. Salah satu sebab utamanya adalah karena Jokowi menyebutkan istilah yang sangat ((( milenial ))) tentang salah satu visinya, yakni “Dilan”, yang mana merupakan akronim dari digital pelayanan.
Kita semua tentu paham bahwa Dilan merupakan prototipe remaja laki-laki yang ideal menurut stereotipe klasik: bertampang rupawan, berpenampilan “bad boy”, tapi juga pasangan yang menyenangkan. Ia adalah pribadi yang unik, cerdas, sehingga mudah melelehkan hati pasangannya melalui permainan kata.
Ketika film Dilan 1990 menjadi sensasi, hampir semua laki-laki di kota besar setidaknya pernah satu kali menyebut nama tokoh bikinan Pidi Baiq itu. Film ini mengalahkan film-film horor seperti Suzzana: Bernapas dalam Kubur (3,3 juta), Danur 2 (2,5 juta), atau Asih (1,71 juta). Dilan 1990 juga mempecundangi nostalgia klasik seperti Si Doel the Movie (1,75 juta), adaptasi serial Wiro Sableng (1,5 juta), atau biografi politik A Man Called Ahok (1,4 juta).
Maka, saat Jokowi mengatakan Dilan, para pendukung langsung gegap gempita, sebab banyak yang tak menyangka bahwa Jokowi akan membawa Dilan ke dalam debat.
“Diperlukan pemerintahan Dilan, digital melayani,” kata Jokowi saat menyampaikan visi-misi dalam Debat keempat Capres Pilpres 2019 di Hotel Shangri-La, Jakarta, Sabtu (30/3).
Menurut Jokowi, untuk menerapkan konsep pemerintahan Dilan, diperlukan reformasi pelayanan publik lewat elektronik, penajamanan dan penyederhanaan kelembagaan, peningkatan kualitas SDM aparatur, dan reformasi tata kelola.
Tentu saja tak usaha Jokowi untuk menyebut hal-hal yang berbau milenial tak lantas membuat banyak milenial akan langsung memilih Jokowi, tapi setidaknya, penyebutan Dilan dalam debat resmi Pilpres, cukup menjadi bukti, bahwa isu-isu milenial adalah isu yang layak untuk diperjuangkan.
Ah, rasanya seru juga kalau para capres berlomba memasuki dunia milenial.
Kalau begini terus, kelihatannya cepat atau lambat, Jokowi pasti bilang ke Prabowo “Jadi Presiden itu berat, Pak Prabowo. Sudah, biar saya saja.”
Dan tentu akan lebih menarik kalau dibalas oleh Prabowo, “Ashiaaaaaaaap!!!”