MOJOK.CO – Meski facial wajah digadang-gadang dapat mengatasi beberapa permasalahan di wajah. Nyatanya jika tidak dilakukan dengan benar, ia juga dapat memberikan dampak yang menyakitkan.
Memiliki wajah mulus memang menjadi idaman setiap insan bukan seekor sapi. Tidak harus putih, karena nyatanya kulit putih memang bukan hak setiap bangsa. Cukup mulus maka kebahagiaan hidup seolah-olah terlampaui. Yha gimana, je, punya wajah yang jerawatan, beruntusan, atau komedoan kan nggak enak. Apalagi kalau jerawat di wajah udah mirip-mirip taburan meses di atas roti tawar, selain nggak ‘indah’ dipandang, wajah jadi terasa sakit di mana-mana. Pasalnya, kulit wajah merupakan salah satu kulit yang sensitif.
Nah, salah satu cara yang diyakini dapat membantu memuluskan wajah adalah dengan cara: facial. Facial ini dianggap dapat membantu membersihkan kotoran di pikiran wajah dengan lebih saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Dengan facial, salah satu masalah terbesar perkara kecantikan yakni komedo dapat teratasi dengan maksimal. Ya, dia memang sebuah usaha untuk membersihkan pori-pori yang tersumbat kotoran—yang tidak mampu dibersihkan dengan cara yang biasa saja. Jadi, harus diambil dengan sebuah treatment yang agak menyakitkan.
Sayangnya, tidak ada yang betul-betul sempurna di dunia ini. Meski memiliki manfaat yang mumpuni bagi kebersihan wajah, facial ternyata juga menyimpan beberapa efek samping yang tidak menyenangkan. Selain tentu saja: rasa sakit yang ditimbulkan saat facial ini berlangsung.
Ada beberapa efek samping tidak menyenangkan yang dapat ditimbulkan dari aktivitas facial ini, yang perlu kita pertimbangkan dengan hati-hati—apalagi kalau sebelumnya kita belum pernah facial dan punya kulit wajah yang sangat sensitif—diantaranya,
Satu, menyebabkan ruam kemerahan. Wajah bersemu-semu merah yang tampak setelah facial ini, bukanlah pertanda bahwa kita sedang malu-malu mau layaknya orang yang sedang jatuh cinta. Namun, ruam kemerahan ini terjadi akibat aktivitas pengelupasan maupun pencabutan komedo dari kulit wajah kita.
Nah, karena aktivitas inilah, akhirnya muka menjadi bersemu merah—tanpa perona—muncul dengan tidak rata. Jadi, karena warna kemerahan yang tidak merata ini, banyak orang setelah facial memilih untuk tidak beraktivitas di luar ruangan—apalagi jika matahari masih belum tenggelam. Kenapa? Ya, biar nggak semakin merah aja, je.
Dua, menyebabkan kulit wajah terluka. Dalam facial, ada aktivitas yang sebetulnya nggak kasar-kasar amat namun tetap menyakitkan, yakni ketika proses ‘mencabut’ kotoran dari pori-pori wajah. Aktivitas ini memang sangat rentan melukai kulit wajah kita, apalagi jika dilakukan dengan terlalu bersemangat dan petugas facial-nya nggak berpengalaman amat.
Jadi, kalau kamu merasa proses ‘mencabut’ ini terlalu menyakitkan. Langsung ingatkan sang petugas saat itu saja. Lebih baik nggak terlalu bersih, daripada harus melukai kulit wajah sendiri. Ya gimana, ya, proses facial-nya aja udah menyakitkan. Apalagi kalau ditambah dengan kulit wajah yang terluka. Mau punya muka mulus, kok, pengorbanannya gini amat, ya?
Tiga, muncul jerawat. Ini sebetulnya efek yang sungguh menyebalkan. Pasalnya, aktivitas facial yang kita lakukan—kebanyakan—dilatarbelakangi oleh keinginan supaya kulit wajah menjadi semakin bersih, sehingga jerawat jadi bye! Eh, setelah facial, ujug-ujug, kok, malah jerawatnya yang muncul. Lah, ini gimana ceritanya?
Ya mau gimana lagi, nyatanya hal ini sering terjadi karena sumbangsih bakteri jahat yang belum tobat. Bakteri ini biasanya berasal dari peralatan facial yang digunakan tidak terstrerilisasi dengan baik. Padahal, ketika facial—untuk mempermudah mengambil kotoran—tentu saja pori-pori wajah kita dalam keadaan terbuka. Nah, situasi ini, akhirnya justru memberi jalan masuk yang lancar kayak jalan tol bagi bakteri-bakteri ini untuk berteman akrab lagi dengan tubuh kita.
Empat, menjadikan kulit wajah menjadi kering dan iritasi. Semestinya dengan facial kulit kita memang menjadi lebih segar, lembab, dan bahagia. Pasalnya dengan facial kulit-kulit mati akan mengelupas dan menampilkan kulit wajah yang lebih segar, cerah , dan—semoga—glowing! Sayangnya, dalam beberapa kesempatan hal ini justru mengurangi kelembapan alami kulit. Bahkan menjadikan kulit wajah kita terasa kering, gatal, bahkan kulit wajah kita betul-betul terlihat mengelupas.
Selain memberi dampak kulit kering, facial juga memungkinkan kulit menjadi iritasi. Iritasi ini bisa disebabkan penggunaan produk facial yang mengandung bahan kimia dengan kosentrasi tinggi. Padahal, pada jenis wajah yang sensitif, penggunaan produk-produk semacam ini justru bisa jadi bermasalah. Nah, jika hal ini terjadi, biasanya kita disarankan untuk tidak menggunakan kosmetik maupun produk yang mengandung kimia lainnya sementara waktu. Supaya dapat membantu menetralisir kulit wajah kita dan terbebas dari efek samping tersebut.
Selain beberapa kemungkinan dampak yang tidak menyenangkan, kita jangan pula lupakan satu hal: bahwa melakukan perawatan facial, juga terlalu baik bagi kesehatan kantong. Ya, mohon maaf nih, untuk mendapatkan jasa dan fasilitas facial yang steril dan mumpuni—supaya meminimalisir dampak di atas—ada biaya yang tidak murah untuk dibayar.
Lantas, daripada kita terlalu mengandalkan facial demi kemulusan dan kebersihan wajah hingga pori-porinya, akan lebih baik jika kita rajin-rajin berwudhu saja. Pasalnya, selain dapat membersihkan debu-debu yang membandel di wajah, menyegarkan dan melembabkannya. Nyatanya air wudhu juga dapat membersihkan dosa-dosa kecil yang mengotori rohani kita. Subhanallah. Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?
Semoga kita dapat menjadi manusia yang selalu menjaga wudhunya. Aminnn….