Di bawah kepemimpinan Muhadjir Effendy, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melahirkan beberapa kebijakan yang boleh dibilang bikin banyak pelajar ingin mengumpat sama Pak Mendikbud. Beberapa kebijakan tersebut diantaranya adalah penerapan UNBK dengan soal yang jauh lebih sulit karena ada selipan soal-soal standar internasional, juga kebijakan sistem zonasi pada proses penerimaan siswa yang membikin banyak siswa cerdas sulit untuk bisa masuk ke sekolah-sekolah favorit karena terhalang aturan jarak rumah ke sekolah.
Seperti ingin menebus “kesalahannya” atas kebijakan-kebijakan yang dianggap menyebalkan bagi banyak siswa, Pak Mendikbud kini sedang merencanakan satu kebijakan pendidikan baru yang kali ini dijamin tidak akan membuat para siswa meradang, melainkan justru girang prengas-prenges setengah mati.
Kebijakan apakah itu? Kebijakan untuk menghapus PR sekolah.
Hal tersebut ia sampaikan sesaat setelah acara pelantikan Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan, Jumat, 20 Juli lalu.
“PR itu sejatinya memang jangan dibebankan lagi ke siswa. Jadi sekolah-sekolah mengembangkan cara-cara belajar yang tuntas,” ujar Muhadjir.
Dirinya berkeinginan agar dalam sistem pendidikan di Indonesia, seluruh guru menuntaskan pelajarannya di sekolah tanpa membebani siswa lagi dengan pekerjaan rumah (PR).
Wacana menghapuskan PR sekolah ini sebetulnya merupakan wacana lama. Muhadjir setidaknya sudah merintis rencana penghapusan PR sekolah ini sejak dua tahun lalu. Bahkan, sudah ada beberapa sekolah sudah menerapkan aturan tanpa PR tersebut. Namun entah kenapa, sampai sekarang, penghapusan PR belum juga terlaksana.
Jika dalam beberapa waktu ke depan, PR benar-benar bisa dihapuskan, maka sungguh, hal tersebut tentu bakal menjadi kebahagiaan dan kemerdekaan tersendiri bagi para pelajar.
Kebijakan menghapus PR ini juga dinilai bisa meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Sebagai referensi, skeolah-sekolah di Finlandia, negara yang disebut mempunyai sistem pendidikan terbaik di dunia ternyata sudah sejak lama menerapkan aturan tanpa PR bagi para siswa. Selain itu, di Finlandia, juga tak ada ujian nasional, sebab guru dianggap sudah cukup paham untuk mengevaluasi murid-muridnya, sehingga tidak perlu lagi ada ujian nasional. Yang paling mencolok, di Finlandia, tidak ada sistem peringkat atau ranking, sebab pemerintah Finlandia meyakini, semua siswa punya potensi untuk menjadi yang terbaik.
Agaknya, langkah untuk menjadi semakin Finlandia bakal segera terwujud.
Yah, semoga tahun ini, PR benar-benar dihilangkan, dan tahun depan, giliran Ujian nasional yang dihilangkan.
Lagipula, kalau di rumah belajar dan ngerjain PR melulu, kapan pacarannya? Hehehe (A/M)