Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Rame Moknyus

Istilah The Power of Emak-Emak Dikritik, Sandiaga: Ada yang Kebakaran Jenggot

Redaksi oleh Redaksi
17 September 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Benarkah istilah the power of emak-emak bermakna negatif sampai harus diganti dengan istilah ibu bangsa?

Jumat (14/9) lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri General Assembly International Council of Women ke-35 di Yogyakarta. Pada acara tersebut, Ketua Umum Kowani (Kongres Wanita Indonesia) Giwo Rubianto mengkritik istilah the power of emak-emak. Baginya, wanita-wanita di Indonesia sudah memiliki panggilan istimewa, yaitu ibu bangsa.

“Kami tidak mau kalau kita, perempuan Indonesia yang mempunyai konsep Ibu Bangsa sejak tahun 1935, sebelum kemerdekaan, kalau dibilang emak-emak,” tegas Giwo.

Pernyataan Giwo sontak menuai reaksi keras. Tak sedikit yang mendukung, tapi banyak pula yang balas mengkritik.

Politikus Demokrat, Ferdinand Hutahaean, misalnya. Dalam akun Twitter pribadinya, Ferdinand menyayangkan pelarangan penggunaan kata emak untuk merujuk pada ibu-ibu.

Sementara itu, bakal cawapres yang digandrungi oleh banyak emak-emak, Sandiaga Uno, akhirnya buka suara.

Dirinya mengaku bahwa istilah ini pertama kali diangkat oleh pihaknya. Jika kemudian kali ini isu emak-emak mendadak disorot, Sandi menilai hal ini sebagai akibat dari adanya pihak yang kebakaran jenggot. Padahal, penggunaan istilah the power of emak-emak semata-mata dilakukannya untuk memperjuangkan kebutuhan kaum ibu di Indonesia.

“Saya ingin kita mengangkat isu yang kita sebut sebagai (sesuatu yang) sekarang pada kebakaran jenggot, (yaitu) partai emak-emak. Terserah kita menyebutnya seperti apa, saya memanggil ibu saya mama, ada yang memanggil ibu, ada yang memanggil bunda.”

Di acara pembekalan caleg PAN di Hotel Grand Paragon, Jakarta, Minggu (16/9) malam, Sandi menyebut istilah emak-emak ini justru mendapat respons baik dari masyarakat. “Kami yang pertama mengangkat isu ini dan ini isu yang luar biasa mendapat resonansi dan vibrasi di masyarakat. Nyetrum semua di Indonesia,” tambah Sandi.

Tapi, apa bukti bahwa penggunaan istilah emak-emak ala Sandiaga mendapat tempat yang lebih baik di masyarakat dibandingkan ibu bangsa?

“Kami turun di mana saja, emak-emak itu militan datang, dan mereka siap untuk berjuang bersama. Jadi jangan lupa teman-teman PAN, kita bangun koalisi ini dengan koalisi BEM, bukan hanya badan eksekutif mahasiswa, tapi barisan emak-emak militan,” jelasnya lagi.

Perkara istilah the power of emak-emak ini memang menjadi isu yang memanas belakangan. Secara linguistik, emak-emak dinilai memiliki makna peyoratif yang mengakibatkan perubahan makna menjadi sesuatu yang kurang positif. Akibatnya, kata emak-emak dianggap menggambarkan posisi perempuan yang tidak bisa apa-apa.

Tapi, tunggu dulu. Dalam hal istilah the power of emak-emak, perlu diakui bahwa Sandiaga Uno cukup taktis dan membangun. Jika istilah emak-emak dianggap menggambarkan perempuan yang tak punya kemampuan apa-apa, penambahan kata the power di depannya justru menunjukkan bahwa perempuan-perempuan ini menjadi berdaya.

Dengan kata lain, istilah the power of emak-emak menjadi simbol people power yang digerakkan oleh mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang satu ini.

Iklan

Yah, sekali lagi—mengutip dari pernyataan Sandiaga Uno yang terhormat—meski dikritik Kowani, istilah emak-emak memang mendapatkan resonansi dan vibrasi yang lebih besar di masyarakat hingga berhasil nyetrum di penjuru Indonesia.

Lagi pula, lucu juga kalau tiba-tiba kita pulang ke rumah dan menyapa emak kita, “Hai, Ibu bangsa, makan apa kita hari ini?” (A/K)

Terakhir diperbarui pada 17 September 2018 oleh

Tags: Giwo Rubiantoibu bangsakowaniperempuanSandiaga Unothe power of emak-emakwanita
Redaksi

Redaksi

Artikel Terkait

pekerja hotel, surabaya, jogja.MOJOK.CO
Podium

Larangan Hijab dalam Industri Perhotelan: Antara Hijabophobia atau Upaya Mengatur Tubuh dan Penampilan?

14 Januari 2024
Pesan Anak Perempuan untuk Ayahnya: Perasaanku Hancur, tapi Aku Hebat Sejauh Ini  MOJOK.CO
Kilas

Pesan Anak Perempuan untuk Ayahnya: Perasaanku Hancur, tapi Aku Hebat Sejauh Ini 

31 Desember 2023
Memang Kenapa Kalau Prabowo Subianto Jadi Presiden? MOJOK.CO
Esai

Memang Kenapa Kalau Prabowo Subianto Jadi Presiden Indonesia?

18 Desember 2023
Uneg-uneg dari Perempuan Lajang Usia 28 Tahun yang Tinggal di Desa MOJOK.CO
Kilas

Uneg-uneg dari Perempuan Lajang Usia 28 Tahun yang Tinggal di Desa

13 Desember 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.