MOJOK.CO – Aktivis 212 yang juga caleg PDIP, Kapitra Ampera, protes keras karena Habib Rizieq Shihab tak jadi rekomendasi capres Ijtima Ulama. Ancaman demo pun muncul mendadak.
Rekomendasi nama capres dan cawapres yang dikeluarkan oleh Ijtima Ulama Gerakan Nasional Pengawal Fatma Ulama (GNPF) pada hari Minggu (29/7) rupanya tidak lantas diterima dengan adem ayem oleh seluruh anggota. Salah satu aktivis 212 yang kini jadi kader PDIP, Kapitra Ampera, menyatakan kecewa dengan tidak dimasukkannya nama Habib Rizieg Shihab (HRS) sebagai bakal capres.
Kapitra mengaku heran seheran-herannya mengetahui para ulama justru tidak mengusulkan ulama lain untuk maju ‘berperang’.
“Ini ada apa ini, kita pertanyakan ini. Masa ulama nggak mengusulkan ulama? Kita identifikasi, apa (ada) disorientasi, apa (ada) dispersepsi, tapi ada apa, apakah ada yang lain dan sebagainya, kita lagi investigasi. Kan jelas yang berjuang HRS. Selama ini, yang pemimpin perjuangan Habib Rizieq, yang riil massanya Habib Rizieq. Nggak bener (rekomendasi) ini,” sebutnya.
Tak tanggung-tanggung, ia mengancam akan adakan demo karena Habib Rizieq tidak direkomendasikan Ijtima Ulama.
“Kita mau HRS sebagai presiden. Presiden kita HRS bukan yang lain. Kalau bukan HRS saya akan bawa demo.”
Lebih lanjut, Kapitra menyebut dirinya tak akan bergerak sendiri, melainkan bersama dengan seluruh umat Islam pendukung HRS. Lagi pula, menurut Kapitra, pendukung HRS itu banyak, kok. Dengan demikian, demo pun bisa saja terjadi.
“(Saya) bawa aja seluruh umat Islam di seluruh daerah untuk menolak karena banyak ekspresi masuk ke saya, dan sebagian peserta nggak setuju kok. (Harusnya) tetap HRS, nggak bener itu,” tegasnya.
Pertanyaan Kapitra agaknya merupakan hasil miskomunikasi dengan pihak 212 itu sendiri. Pasalnya, Ketua Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Maarif justru menyebutkan bahwa HRS-lah yang mengusulkan nama Prabowo sebagai capres.
Dari nama yang diajukan Habib Rizieq itulah kemudian Ijtima Ulama berkontemplasi dan menghasilkan rekomendasi lain, yaitu Salim Segaf dan Ustaz Abdul Somad. Meski Prabowo merupakan seorang nasionalis, nama Salim Segaf dan Abdul Somad dinilai cukup untuk memenuhi kepentingan ulama sebagai calon wakil presiden.
Sebelumnya, nama Kapitra Ampera mencuat ke permukaan pasca keputusannya untuk menjadi kader PDIP. Meski begitu, ia mengklaim tetap menjadi pengacara Habib Rizieq, serta kuasa hukum mantan Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) Bachtiar Nasir dan Haikal Hassan.
Di kesempatan berbeda, Persaudaraan Alumni (PA) 212 sempat menegaskan bahwa Kapitra berpotensi menjadi lawan politik mereka. Ketua Umum PA 212 Slamet Ma’arif pernah menyebutkan, “Oleh karena Pak Kapitra bergabung dengan partai yang kita sedang usahakan tenggelamkan, maka begitu beliau mencaleg, secara otomatis beliau jadi lawan politik kita semua.”
Pernyataan Slamet bukan tanpa alasan. Pasalnya, HRS sendiri tidak mengizinkan organisasi di bawahnya justru bergabung dengan partai politik yang tak sepaham. Eh ndilalah, Kapitra sendiri yang menyeberang ke rumah sebelah, padahal banyak orang percaya bahwa Kapitra adalah partner dekat HRS sebelumnya.
Hmm, hmm. Apakah sebenarnya Kapitra kini sedang berperan selayaknya Severus Snape yang diam-diam menjaga dan menyelamatkan Harry Potter? Entahlah. (A/K)