MOJOK.CO – Menjadi pacar posesif adalah wujud nyata dari kelakuan bucin alias budak cinta yang terbutakan rasa memiliki super-tinggi. Ckck!
Kata sebuah lagu, jatuh cinta itu berjuta rasanya. Waktu lagi pacaran, dunia serasa milik berdua. Senggolan tangan sedikit saja, deg-degannya setengah mati—apalagi waktu digandeng beneran sama pacar. Pokoknya, rasa-rasanya, diri ini secara ikhlas lahir dan batin langsung pasrah menjadi miliknya, sekaligus menjadikan si kekasih hati sebagai “milik kita”.
Perkara “milik-milikan” ini pun menjadi hal penting dalam urusan pacaran. Karena sudah jadian, kita cenderung merasa berhak atas si pacar. Padahal, tanpa disadari, pikiran semacam ini bisa membawa kita ke lembah hitam bernama…
…keposesifan!!!!1!!1!!1
Maksud saya, diperhatikan oleh pacar tentu menyenangkan, tapi kalau berlebihan, memangnya enak??? Hmm???
Sebagai kumpulan manusia yang pernah “diserang” oleh pacar posesif SEKALIGUS dituduh sebagai pacar posesif oleh kekasih yang tiba-tiba ngambek tujuh hari tujuh malam, Mojok Institute telah merumuskan level-level posesif yang mungkin bisa dilakukan oleh seorang bucin alias budak cinta dalam sebuah hubungan.
*JENG JENG JENG*
1. Level “Kamu-Online-tapi-kok-Nggak-Balas-WhatsApp-sih”
Berbalas pesan dengan kekasih tentu merupakan hal yang menyenangkan. Namun, hal ini bakal berubah jadi menyebalkan ketika si posesif melihat status pacarnya online, tapi malah tidak segera membalas pesan WhatsApp. Lebih ngeselin lagi, dia malah bikin Instagram Story, nulis tweet, nge-like-in foto orang, dan beragam aktivitas lain di media sosial yang bisa dilihat di lini masa.
Tentu, si pacar posesif pun langsung naik pitam. Kok bisa-bisanya kekasih hati menunda-nunda membalas pesan? Memangnya dia nggak ingat: dulu waktu “nembak”, dia nggak dikasih jawaban yang ditunda-tunda? Lagian ngapain harus nunda-nunda—memangnya dia pesawat terbang???
2. Level Barang Bukti Foto
Seseorang yang posesif konon membawa pertanyaan “Ah, masa sih?” ke mana-mana, seumur hidupnya. Itu sebabnya, ketika pacarnya memberi tahu soal kegiatannya, si posesif nggak bakal lantas percaya. Sekalipun sudah diberi tahu, si posesif juga tidak akan berhenti sampai di situ. Kalimat selanjutnya yang kerap keluar dari dirinya adalah: “Mana coba sini kirim foto dulu.”
Ya, ya, ya—kalau kamu punya pacar posesif jenis yang satu ini, siap-siap aja DDS alias Dikit-Dikit Selfie, yaitu memfoto diri sendiri dengan latar belakang tempat yang jelas agar si pacar mengerti betul kamu lagi ada di mana, sama siapa aja, dan melakukan apa. Mamam~
3. Level Share Location
Salah satu pertanyaan paling dasar yang bisa dilemparkan oleh kekasih adalah: “Kamu lagi di mana?”. Biasanya, pertanyaan ini cukup dijawab dengan “Di rumah”, “Di tempat temen”, dan sejenisnya. Tapi, kalau hubungannya dengan pacar posesif, tentu berbeda.
Lebih expert dari level sebelumnya, seorang posesif di titik ini tidak akan “hanya” meminta kekasihnya untuk mengirimkan foto sebagai barang bukti, melainkan…
…minta share location dan nyamperin langsung!!!!1!!!1!!!!
4. Level Tukeran Password
Seakan tidak cukup menghantui di dunia nyata, si posesif juga cenderung ingin mengontrol kekasihnya di ranah dunia maya. Tukeran password akun media sosial pun menjadi salah satu wujud aksinya. Dasarnya cuma satu: “Kalau memang kamu jujur dan nggak nyembunyiin apa-apa, harusnya nggak apa-apa juga, dong, aku buka DM kamu di medsos!”
Yaaah, tipe ini kira-kira satu golongan sama orang yang langsung uring-uringan kalau melihat pacar nge-like foto kawan lawan jenisnya gitu, deeeeh~
5. Level Tanam Chip
Beberapa hari lalu, netizen dihebohkan dengan potongan chat seorang pacar posesif yang memantau kekasihnya lewat CCTV. Agar lebih epic dan maksimal sekalian, level tertinggi keposesifan sebaiknya nggak usah nanggung-nanggung, misalnya dengan…
…menanam chip dalam tubuh si pacar agar bisa terlacak dengan jelas nantinya perihal lokasi keberadaannya, tanpa perlu takut-takut merasa dibohongi.
Gaskeuuunn!!!!11!!!11!!!