Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Beberapa Tipe Tukang Daur Ulang Debat Kartini

Pradewi Tri Chatami oleh Pradewi Tri Chatami
22 April 2015
A A
Beberapa Tipe Tukang Daur Ulang Debat Kartini

Beberapa Tipe Tukang Daur Ulang Debat Kartini

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Menjelang dan pada hari-H peringatan Kartini, selalu saja ada perdebatan usang yang melulu didaur ulang setiap tahun, mengenai siapa itu Kartini, apa peran pentingnya, dan paling menyebalkan: bagaimana semestinya perempuan bersikap. Melalui sebuah penelitian yang panjang dan komprehensif, saya berhasil mengenali beberapa tipe tukang daur ulang debat kartini. Pertama, orang-orang yang mendewi-dewikan perempuan yang pergi berperang (yang selalu disebut adalah Cut Nyak Dhien) dan menganggap Kartini kurang heroik. Ada banyak tipe begini, dan kebanyakan laki-laki. Kalau perempuan, biasanya mereka menganggap diri mereka cool saat melakukan hal yang dilakukan oleh mayoritas laki-laki. Menjadi perempuan feminin itu gak keren, yang keren itu perempuan yang bisa melakukan pekerjaan laki-laki, yang tomboy. Posisi-posisi seperti ini agak dilematis. Robin Morgan dalam kritiknya kepada Leila Khaled, menyebut Leila “tidak survive jadi perempuan karena Leila mengadopsi metode laki-laki untuk berjuang.” Tapi tentu saja kita dapat memahami pilihan yang diambil Leila Khaled dan Cut Nyak Dhien, karena kata Leila, “Mana yang lebih berbahaya, mereka yang tidak mengizinkanmu memilih pasangan sendiri, atau mereka yang mengancammu dengan penjara?” Leila, si kombatan yang tinggal di eksil seperti juga Cut Nyak Dhien di Aceh, memilih angkat senjata karena pilihan itu tersedia untuk mereka. Pilihan untuk Kartini, dan aktivis perempuan Arab di Saudi, misalnya, lebih terbatas. Kampanye para perempuan Arab untuk bisa menyetir sendiri sudah bisa masuk kategori revolusioner untuk gerakan yang berada di tengah masyarakat yang memenjara perempuan—yang hanya bisa hilir mudik di rumah, dan bepergian harus ditemani muhrim. Bagaimana dengan laki-laki yang berada di tipe ini? Laki-laki di tipe ini biasanya menganggap keren perempuan yang dominan tapi tidak mau menjalin hubungan di mana perempuan yang menjadi pihak dominan. Pelik, yes? Begitulah. Mereka sadar kalau mereka sebenarnya suami takut istri, tapi juga sadar bahwa patriarki menguntungkan mereka. Makanya mereka tidak akan mau didominasi perempuan dalam sebuah hubungan. Kalau mereka jomblo, biasanya mereka jomblo sok idealis padahal ngenes. Jomblo atau bukan, mereka biasanya nyinyir pada feminis dan menganggap feminis rempong, karena menurut mereka, perempuan yang berhasil setara dengan laki-laki adalah perempuan maskulin. Lain, tidak. Kedua, orang-orang yang mengagungkan sifat keibuan. Nah, yang ini didikan Orde Baru sejati. Mereka menelan mentah-mentah secara harfiah bahwa Kartini adalah ibu pertiwi, meski Kartini sebenarnya keburu meninggal sebelum berfungsi menjadi ibu betulan. Betapa buruknya pelayanan kesehatan di zaman itu, seorang perempuan bangsawan muda meninggal pas melahirkan. Padahal konon, dia perempuan kesayangan Londo. Orang-orang di tipe ini sepakat bahwa menjadi perempuan musti feminin. Jadi, walaupun perempuan bekerja, dia harus tetap mengutamakan keluarga. Dia harus menyediakan makanan (memasak sendiri lebih baik) untuk keluarga. Harus bisa berdandan tapi jangan menor biar tidak dianggap sundal. Harus ikut Dharma Wanita dan PKK. Kemungkinan besar orang-orang di tipe ini selaras dengan Yang Mulia Wakil Presiden dalam soal pengurangan jam kerja perempuan. Laki-laki di tipe ini biasanya gombal ke perempuan dengan mengatakan bahwa perempuan yang dia sukai mirip ibunya, dan ibunya seperti botol kecap. Eh, maksudnya, nomor satu. Laki-laki dan perempuan seperti ini biasanya protektif menjurus pocecip, yang laki-laki karena memandang perempuan mahluk lemah lembut yang perlu dilindungi, yang perempuan memperlakukan laki-laki seperti anak balita bandel yang perlu diawasi. Nah, biasanya tipe seperti ini protektif dan pocecip sejak masa-masa jomblo. Kalau whatsapp ke gebetan cuma di-read, bakal whatsapp lagi, “kok gak bales?” Kalo gak berani kirim, yah, nomensyen di twitter atau nangis di pojokan. Ketiga, pendukung kemurnian Kartini garis keras. Mereka akan rewel soal hari Kartini dipakai buat ajang kebayaan dan kondean. Mereka akan posting kutipan-kutipan dari surat Kartini, menafsirkan ulang ini-itu tentang Kartini sesuai dengan kondisi hari ini. Dibanding dua tipe di atas, tipe ini agak mendingan dan biasanya didominasi oleh kalangan intelek. Orang-orang idealis sejak masa kejombloan. Sayangnya, masa kejombloan ini kerapkali tidak berakhir saking idealisnya pikiran mereka. Tentu, ada juga yang membaca Kartini untuk nyepik dan berhasil mendapat pacar dari itu. Tapi biasanya hubungannya tidak berlangsung lama dan beberapa malah kandas dengan akhir yang cukup tragis. Keempat, orang-orang yang menyaksikan perdebatan daur ulang itu sambil makan nyamikan. Sebagian dari mereka berprinsip, kebayaan atau tidak, yang penting kesehatan dan piknik. Salam Kartini. Salam piknik.

Terakhir diperbarui pada 11 Agustus 2021 oleh

Tags: KartiniLeila KhaledRobin Morgan
Pradewi Tri Chatami

Pradewi Tri Chatami

Artikel Terkait

Kartini Dalam Tungku Pembakaran Api Gerwani
Video

Kartini Dalam Tungku Pembakaran Api Gerwani

28 April 2023
Kartini berikan beasiswanya untuk Agus Salim. MOJOK.CO
Kotak Suara

Alasan Kartini Berikan Beasiswa Pendidikannya Kepada Agus Salim

22 April 2023
Megawati Soekarnoputri Tetapkan Ganjar Pranowo Capres PDI Perjuangan. MOJOK.CO
Politik

Sudah Pasti, Megawati Soekarnoputri Tetapkan Ganjar Pranowo Capres PDI Perjuangan 

21 April 2023
Seumur Hidup Melawan, Mengapa Kartini Akhirnya Mau Dipoligami? MOJOK.CO
Kilas

Seumur Hidup Melawan, Mengapa Kartini Akhirnya Mau Dipoligami?

21 April 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat "Suami" bahkan "Nyawa" Mojok.co

Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

19 Desember 2025
Saat banyak teman langsungkan pernikahan, saya pilih tidak menikah demi fokus rawat orang tua MOJOK.CO

Pilih Tidak Menikah demi Fokus Bahagiakan Orang Tua, Justru Merasa Hidup Lebih Lega dan Tak Punya Beban

15 Desember 2025
Riset dan pengabdian masyarakat perguruan tinggi/universitas di Indonesia masih belum optimal MOJOK.CO

Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan

18 Desember 2025
Bagian terberat orang tua baru saat hadapi anak pertama (new born) bukan bergadang, tapi perasaan tak tega MOJOK.CO

Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega

18 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.