MOJOK.CO – Ngasih selamat sih ngasih selamat, tapi ya jangan sampai wajah si atlet malah kalah sama wajah pemberi selamatnya dong.
Tentu saja akan ada banyak orang yang sangat girang dan bangga saat atlet timnasnya tampil baik dan berhasil meraih medali di kejuaraan internasional sehingga mengharumkan nama negara. Kondisi ekonomi keluarga yang mungkin sedang amburadul dan kacau balau atau kondisi pekerjaan yang sedang sangat sumpek dan bergegas bisa sejenak menjadi lebih ayem dan lega tertutupi oleh euforia kebahagiaan sederhana tersebut.
Ada semacam perasaan haru dan optimis, sebab ternyata, dalam satu atau beberapa cabang olahraga, atlet kebanggaan negara kita ternyata bisa mengungguli atlet dari belahan negara lain.
Di Olimpiade kali ini, misalnya, kontingan angkat besi Indonesia mampu tampil dengan sangat membanggakan dengan menyumbangkan tiga medali sejauh ini. Satu perak oleh Eko Yuli Irawan dan dua perunggu masing-masing oleh Windy Cantika Aisah dan Rahmat Erwin Abdullah.
Keberhasilan tersebut memang sudah selayaknya dirayakan dan para atlet yang berhasil menyumbangkan medali sebagai bahan bakar kebanggaan tersebut pun sudah semestinya dimuliakan.
Maka, bukan hal yang cukup mengejutkan jika kemudian berbagai ucapan selamat untuk para atlet pun berhamburan selayaknya gerai baru toko roti yang sedang buka cabang yang halamannya penuh dengan aneka karangan bunga dan ucapan selamat, baik dari mitra maupun saingan yang berlagak menjadi mitra.
Di media sosial, poster-poster ucapat selamat kepada para atlet itu kini berseliweran. Wajah Eko Yuli Irawan, Windy Cantika Aisah, dan Rahmat Erwin Abdullah mulai sering dengan mudah kita temukan dalam setiap persinggahan media sosial kita. Dan itu sangat membahagiakan. Tak terbayang betapa bangganya para atlet itu mendapatkan apresiasi yang sebegitu rupa, hal yang memang sudah sepantasnya mereka berikan.
Tak terbayang bahwa negara yang lebih sering mengangkat beban ekonomi ini ternyata bisa juga unggul di bidang angkat besi.
Namun amat sangat disayangkan, dari sederet poster ucapan selamat yang berseliweran itu, masih saja ada hal-hal yang menganggu dan sedikit mengusik kebahagiaan perayaan juara atlet kita. Tak lain dan tak bukan adalah ucapan selamat dari para pejabat dan politisi yang terkesan nggak tahu diri dan hanya numpang promosi.
Lha gimana, tak sedikit pejabat yang membagikan poster ucapan selamat mereka kepada tiga atlet juara kita, namun dalam poster tersebut, wajah si pejabat justru lebih besar dan mentereng ketimbang wajah si atlet.
Yang juara siapa, yang mejeng paling mencolok siapa.
Iya, saya bukan manajer, teman, atau keluarga atletnya. Tapi jujur ya, tiap kali lihat ada poster-poster ucapan selamat seperti itu, saya rasanya kok ya sebel dan mangkel.
Benar bahwa ucapan selamat itu sendiri sudah termasuk apresiasi, namun tentu itu akan jauh lebih elok jika disertai dengan kerendahan hati, dengan menempatkan si atlet sebagai “tokoh utama”. Sadar diri, sadar porsi.
Bukan apa-apa, soalnya kalau melihat poster ucapan selamat dengan wajah si pemberi selamat yang justru lebih besar itu, saya malah merasa itu bukan lagi menjadi sebuah bentuk apresiasi, namun lebih kepada pemanfaatan momentum dan pemanfaatan sosok. Mendompleng nama. Ini nggak jauh beda sama politisi yang berkampanye dengan menggunakan embel-embel kalimat “Putra Bapak Blalala” atau “Adik dari Ibu Trilili.”
Tentu ini pikiran subjektif saya belaka, walau saya yakin, apa yang saya rasakan ini tampaknya bukan hanya dirasakan oleh saya saja, melainkan juga oleh banyak orang lainnya. Lihat saja di Twitter, banyak yang menyinyiri para pejabat yang doyan ngasih selamat kepada atlet berprestasi dengan memajang fotonya sendiri dengan porsi yang jauh lebih kolosal.
Beruntung, kebiasaan norak ini terjadi bukan hanya di negara kita, namun juga di negara-negara tetangga kita.
Di Filipina, atlet angkat besi nasional Hidilyn Diaz yang berhasil mendapatkan medali emas di Olimpiade Tokyo sekaligus menjadi medali emas pertama bagi Filipina sepanjang keikutsertaan negara tersebut di Olimpiade juga banyak mendapatkan ucapan selamat dari para pejabat dengan format yang sama dengan yang diperoleh oleh atlet-atlet kita: porsi wajah pejabatnya lebih besar dari porsi atletnya.
Di media sosial, berseliweran ucapan-ucapan selamat untuk Hidilyn dari para pejabat negara Filipina yang kemudian disandingkan dengan berbagai ucapan selamat yang didapat oleh atlet-atlet Indonesia.
Kelakuan pejabat Filipina memberikan selamat ke peraih medali emas pertamanya gak jauh beda sama pejabat sini 🤣🤣 pic.twitter.com/YPrFzkD5UI
— Adriansyah Yasin Sulaeman (@adriansyahyasin) July 28, 2021
Saking kecilnya porsi wajah si atlet, sudah begitu posisinya di pojok pula, sampai-sampai ada yang melemparkan guyonan yang mengatakan bahwa si atlet malah jadi seperti juru bahasa isyarat si pejabat yang ngasih selamat.
Entah apakah para pejabat dan politisi itu nggak tahu, bahwa posternya itu di media sosial jauh lebih banyak dinyinyiri ketimbang diapresiasi, atau mereka memang sengaja berniat untuk itu semata agar wajah mereka bisa tersebar di mana-mana. Namun yang jelas, apa yang terjadi pada Hidilyn Diaz dan juga atlet-atlet juara kita memang membuktikan bahwa pejabat dan politisi itu di mana saja pada dasarnya memang sama, nggak bisa sedikit saja lengah sama peluang. Dalam hal inilah kita jadi bisa mempertanyakan satu hal: Itu pejabat atau kepala casting iklan sosis?
BACA JUGA 4 Perilaku Atlet Indonesia Penghambat Prestasi dan artikel AGUS MULYADI lainnya.