Pernyataan Andi Arief tentang Prabowo yang terkesan malas berkampanye rasanya memang ada benarnya juga. Selama ini, berbagai pemberitaan aktivitas dan manuver kampanye Koalisi Indonesia Adil Makmur hampir selalu didominasi oleh Sandiaga Uno, Bukan Prabowo.
Prabowo justru terkesan tertutup dan jarang tampil di publik. Sekalinya tampil justru pas memberikan pernyataan tentang insiden penganiayaan Ratna Sarumpaet yang belakangan diketahui ternyata bohongan belaka.
Itulah yang kemudian menyebabkan Andi Arief turun tangan mengkritik Prabowo.
“Kalau dilihat cara berkempanyenya sebetulnya yang mau jadi Presiden itu @sandiuno atau Pak Prabowo ya. Saya menangkap kesan Pak Prabowo agak kurang serius ini mau jadi Presiden,” ujar ujar Andi Arief melalui akun Twitternya. “Kalau Pak Prabowo agak males2an, kan gak mungkin partai pendukungnya super aktif.”
Andi pun kemudian menyarankan agar Prabowo aktif berkampanye, jangan hanya diam saja.
“Enam bulan adalah waktu yang terlalu pendek dalan politik. Pak Prabowo harus keluar dari sarang kertanegara, kunjungi rakyat, sapa, peluk cium dan sampaikan apa yang akan dilakukan kalau menang di tengah ekonomi yg sulit ini. Sekian kritik saya,” kata Andi.
Fenomena ini mau tak mau kemudian memunculkan banyak dugaan. Nah, Saya melalui perantara Mojok Institute berhasil mendapatkan bocoran dugaan dari salah satu sumber yang layak ditempeleng tentang kenapa Prabowo terkesan tidak bersemangat dalam berkampanye.
Apa sajakah? Ini dia.
Prabowo Realistis dan Sadar Diri
Ini alasan yang mungkin cukup menyakitkan bagi banyak pendukung dan fans Prabowo, juga bagi para pegiat #2019GantiPresiden. Dalam hal ini, Prabowo sebenarnya sudah sadar diri bahwa dirinya akan kalah di Pilpres 2019. Ia sadar Jokowi tak akan terbendung dan akan menang dengan gemilang. Hal ini sudah Prabowo perhitungkan dengan sangat matang melalui berbagai survei politik yang memang sebagian besar memperkirakan Jokowi akan menang.
Maka, langkah Prabowo memutuskan untuk maju sebagai capres sejatinya bukanlah untuk menang, melainkan sekadar untuk mempertahankan elektabilitas partainya demi menyongsong Pileg 2019. Prabowo sadar kalau ia tidak tampil di Pilpres 2019, ia dan partainya tidak akan punya eksposure, sehingga elektabilitas partainya akan terjun bebas.
Prabowo boleh kalah, tapi elektabilitas partai dan perolehan kursi di parlemen harus tetap terjaga.
Itulah sebabnya Prabowo tidak terlalu bersemangat untuk berkampanye sebagai capres.
Strategi Baru
Tak bisa dimungkiri bahwa pemilu adalah hal yang sering kali tak bisa diduga hasilnya. Pilgub Jateng dan Pilgub Jabar menjadi bukti yang cukup nyata. Pasangan Sudirman Said – Ida Fauziah yang di berbagai survei diperkirakan tak akan bisa mendapatkan lebih dari 18 persen suara suara ternyata melesat dan bisa mendapatkan lebih dari 40 persen suara, lebih tepatnya 41,2 persen. Di Jawa Barat, pasangan Sudrajat dan Akhmad Syaikhu yang diperkirakan bakal menjadi penghuni peringkat buncit ternyata jsutru menjadi pesaing ketat Cagub-Cawagub terpilih Ridwan Kamil – Uu Ruzhanul Ulum.
Nah, dari hal tersebut, Prabowo kemudian belajar bahwa untuk memenangkan Pilpres, perlu sesuatu yang memang unik dan tak bisa diduga.
Prabowo sejauh ini sudah mengikuti dua Pilpres, yakni Pilpres 2009 sebagai calon wakil presiden mendampingi Megawati, dan Pilpres 2014 sebagai capres berpasangan dengan Hatta Rajasa. Hasilnya seperti yang sudah kita ketahui, Prabowo kalah melulu. Padahal waktu itu, tak terbantahkan betapa semangatnya Prabowo dalam berkampanye.
Nah, kekalahan tersebut mungkin menginspirasi Prabowo untuk mengambil strategi baru untuk menghadapi Pilpres 2019, yakni strategi senyap.
Strategi ini terbukti banyak berhasil digunakan oleh banyak milenial untuk mendapatkan pacar.
Para perempuan jaman sekarang, misalnya, justru terkesan tak tertarik pada lelaki yang terlalu frontal dalam mendekati dirinya. Sebaliknya, perempuan justru kerap tertarik dengan lelaki yang kalem, yang cuek, yang tak pernah terang-terangan mendekati.
“Bikin penasaran, pokoknya akunya jadi tertantang gitu… Dia diem mulu, cool, diwasap nggak pernah dibales. Jadi sekalinya dia nembak, aku langsung terima,” begitu kata seorang perempuan kepada sumber rekanan Mojok Institute.
Nah, cara tersebutlah yang sekarang sedang coba dilakukan oleh Prabowo. Siapa tahu dengan tidak pernah berkampanye justru membuat banyak orang penasaran dan akhirnya memilih dia sebagai presiden.
“Ih, ya ampun, Prabowo cool banget, pendiem, jarang ngomong, diwasap nggak pernah bales, bikin penasaran. Coblos ah…”
Efisiensi
Ini dugaan yang ketiga. Efisiensi. Ngapain susah-susah kampanye, kan sudah ada Sandiaga. Lagian, kalaupun nanti yang banyak dicoblos adalah gambarnya Sandiaga, yang jadi presiden toh tetap Prabowo. Sandiaga tetap wakil.