MOJOK.CO – Selama hasrat untuk viral masih ada, konten norak unboxing motor Ducati di Sirkuit Mandalika masih akan terjadi. Yakin banget, deh.
Demi konten. Iya, demi konten. Seseorang rela menerobos batas bahaya dan nalar dirinya sendiri. Sudah tahu Sirkuit Mandalika mau ada hajatan, bukannya menjaga nama baik, malah mencorengnya dengan sebuah konten unboxing norak. Orang Indonesia, kenapa kamu norak banget, sih?
Salah satu panitia lokal Mandalika Grand Prix Assosiation (MGPA) diduga unboxing boks kargo motor Ducati secara ilegal. Setelah bungkusnya dibuka, dia berpose jempol di samping motor Ducati. Konten norak itu lalu diunggah ke YouTube dan Instagram. iya, semuanya demi konten.
Sejak awal minggu ini, logistik balapan WSBK 2021 di Sirkuit Mandalika sudah tiba di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Rabu (10/11) lalu, pameran kebodohan demi konten itu muncul di media sosial. Tak ayal, pemilik motor Ducati yang jadi objek konten itu berang.
Tahukah kamu, kotak logistik, termasuk motor, hanya boleh dibuka oleh petugas bea cukai berseragam atau tim itu sendiri. Aturan ini dibuat untuk mengurangi potensi kecurangan menjelang balapan. Jadi, si tersangka norak ini tidak bisa berkilah sedang tugas bea cukai karena dia tidak pakai seragam ketika bikin konten.
Dampak unboxing ilegal motor Ducati di Sirkuit Mandalika
Terima kasih kepada kebodohannya untuk menabrak nalar, si tersangka sudah dipecat. Sayangnya, pemecatan itu nggak bisa merevisi nama baik Sirkuit Mandalika dan Indonesia di mata dunia.
Paolo Ciabatti, pemilik motor Ducati, sangat kecewa atas peristiwa ini. Saking marahnya, dia menyebut kejadian ini “hanya terjadi di negara dunia ketiga”. Sedih nggak tuh. Indonesia dianggap sebagai negara “terbelakang”. Yah, meski sedih, tapi kok ya nggak bikin kaget.
Suatu survei pernah dilakukan. Hasil survei itu menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling nggak sopan di ranah online. Kalau di depan orang, apalagi bule, orang Indonesia langsung pasang topeng muka ramah, bahkan ada yang sampai setengah menjilat. Begitu masuk ranah online, karena nggak ketemu secara langsung, sifatnya langsung beda.
Berdasarkan laporan Digital Civility Index (DCI) Microsoft, Indonesia menjadi negara paling buruk di Asia Tenggara dalam urusan kesopanan online. Untuk Asia Tenggara, Singapura menjadi yang terbaik.
Digital Civility Index dari Microsoft tersebut berisi penillaian interaksi online netizen dari 16.000 responden di 32 negara pada 2020. Dalam laporan tersebut, dua faktor terbesar yang membuat posisi Indonesia sangat buruk adalah faktor hoaks, penipuan, serta ujaran kebencian. Kayaknya perlu ditambahkan terminologi “demi konten” di hasil survei ini.
Tampaknya hal ini bukan lagi menjadi hal yang baru yang menghebohkan. Maklum, sikap masyarakat Indonesia di dunia nyata dan dunia online memang bisa sangat berbeda.
Demi konten unboxing motor Ducati di Sirkuti Mandalika tentu masuk ranah online. Coba kalau di depan atasan atau pemilik motor Ducati itu. Begitu dilarang, pasti diem. Kalau nggak ada yang mengawasi, langsung bikin konten meski menabrak aturan. Cuma pengin memuaskan hasrat pamer!
Menurut psikolog Samanta Elsener, MPsi, setiap orang memiliki dorongan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, termasuk viral. Kalau viral, bayangannya bisa cepat terkenal, dapat uang, dan disukai banyak orang.
Sayangnya, nggak semua orang punya cukup “sopan santun” untuk mencapai hasrat itu. Salah satunya melanggar aturan dengan unboxing motor Ducati yang akan dipakai balapan di Sirkuit Mandalika.
“Akibatnya, kalau kita tidak bisa membatasi diri terhadap dorongan-dorongan tadi, bukannya jadi kreatif tapi justru neurotik atau membahayakan diri sendiri,” kata Samanta kepada Kompas.
Masih kata Samanta, mereka ini nggak sadar sedang membahayakan diri sendiri. Untuk kasus unboxing motor Ducati di Sirkuti Mandalika, risikonya adalah dipecat. Bagi banyak orang, kehilangan pekerjaan itu bisa jadi bencana. Apalagi hilang pekerjaan karena kelakuan buruk.
Hasrat viral itu penyakit
Viral itu memang menyenangkan. Dibicarakan setiap saat. Menjadi pusat perhatian. Namanya dikenal luas. Banyak kejadian di mana seorang netizen viral karena sesuatu lalu menjadi kaya karena exposure yang dia terima. Permintaan untuk endorse melimpah, pujian semakin deras mengalir. Semua terlihat enak.
Namun, banyak yang nggak sadar bahwa menjadi viral, tentu secara positif, sangat sulit. Exposure konten positif akan selalu berada di bawah konten negatif. Kenyataan ini membuat orang kehilangan akal sehat. Pengin lewat jalan pintas, padahal berbahaya.
Konten unboxing motor Ducati di Sirkuit Mandalika itu memang sangat norak. Tapi, risikonya yang memang “cuma” dipecat dari pekerjaan. Ada lagi yang lebih berbahaya demi konten dan viral, yaitu konten memberhentikan truk dengan cara menghadangnya langsung. Sudah ada korban jiwa untuk konten bodoh ini.
Masih banyak lagi konten-konten norak dari para selebritis online yang lalu ditiru banyak netizen. Banyak dari konten selebritis itu jadi bagus karena mereka “bisa”. Misalnya Andre Taulany atau Raffi Ahmad, pamer banyak mobil karena bisa. Beda dengan si tersangka unboxing motor Ducati di Sirkuit Mandalika.
Sudah bukan motor sendiri, dia menabrak aturan pula. Oleh sebab itu, hasrat untuk viral itu penyakit berbahaya, bahkan menular. Tapi yah, selama konten negatif masih banyak ditonton, kejadian di Sirkuit Mandalika pasti akan terjadi lagi.
Kadang, kebodohan itu tidak hanya menular, tapi juga awet bersemayam di dalam kepala. Menggantikan nalar dan kesadaran akan asas sopan santun.
BACA JUGA Baim Wong dengan Konten Bagi-bagi Uang Sudah Bermasalah Semenjak Konsep dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.