Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Seni Merumitkan Perkara Sederhana

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
27 Oktober 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Di dunia ini, selalu saja ada orang-orang yang di tangannya, perkara sesimpel dan semudah apa pun selalu bisa menjadi perkara yang begitu rumit, gawat, dan membingungkan.

Orang-orang jenis ini mungkin adalah satu dari sekian jenis manusia yang, meminjam istilah Albert Einstein, have a problem for every solution.

Dan entah kenapa, saya sering dipertemukan dengan manusia-manusia jenis ini. Entah di sosial media, atau di di dunia nyata.

Saya tentu saja selalu punya kesan tiap kali bertemu dengan orang jenis itu. Termasuk orang yang saya temui hari Kamis kemarin.

Kamis kemarin, saya mengikuti acara “Facebook Laju Digital”, semacam acara workshop tentang pemanfaatan fitur-fitur produk Facebook untuk bisnis yang diadakan oleh Facebook Indonesia di Alana Hotel.

Salah satu sesi dalam acara tersebut adalah pembahasan tentang penggunaan Whatsapp business. Saya memang cukup menantikan sesi ini, sebab saya memang sedang getol-getolnya mengoprek Whatsapp business seiring dengan kesibukan saya mengurus toko buku online yang saya jalankan bersama pacar saya.

Sesi Whatsapp business tersebut diisi oleh pemateri dari Facebook. Saya lupa siapa nama pematerinya, namun yang jelas, dari prejengan-nya, tampak betul bahwa ia adalah lelaki metroseksual yang sangat memperhatikan penampilan.

Dalam penyampaian materinya, sebelum sampai pada materi pokok, ia menceritakan kisah bagaimana ia merasa begitu tertolong oleh Whatsapp.

“Saat berangkat ke Jogja kemarin, saya terburu-buru, packing saya kurang sempurna, saking buru-burunya, celana dalam saya ketinggalan,” ujarnya. “Saya baru sadar kalau ternyata celana dalam saya ketinggalan saat saya sudah sampai Jogja. Saya panik setengah mati, nggak mungkin dong saya harus pakai celana dalam yang sama selama tiga hari selama saya tinggal di Jogja.”

Demi mendengar ceritanya tersebut, saya mendengus agak kesal. Saya berbisik pada peserta di samping saya, “Iki pematerine ketoke ra tau mlebu Indomaret, ha mung perkoro cawet we kok urusane iso ribet banget. Ha gari tuku neng Indomaret, patang puluh ewu entuk telu. Beres tho”

“Hoo, ribet banget, Mas…”

Saya kembali melemparkan konsentrasi saya pada si pemateri. Saya menunggu, kerepotan apa lagi yang akan ia sampaikan.

“Untunglah ada Go-mart dan ada whatsapp,” kata dia. “Begitu sampai hotel, saya langsung buka go-mart, trus beli celana dalam di outletnya Uniqlo. Karena pilihan celana dalam di Uniqlo banyak, si driver yang membelikan pesanan celana dalam kemudian berkomunikasi dengan saya lewat Whatsapp, dia kirim beberapa gambar pilihan celana dalam.”

Bedebah. Isi hati saya berontak. Saya kembali berbisik pada kawan di sebelah saya, kali ini dengan suara yang lebih keras.

Iklan

“Asuuu, mung cekekan cawet we ngasi tuku ng Uniqlo, opo manuke deknen ki larang po yo? Manuke manuk hypebeast ketoke.”

Kawan di sebelah saya malah tertawa, padahal sungguh, saya tidak terlalu berniat melucu, murni karena saya kesal saja dengan adanya kesenjangan dan perbedaan kasta cawet yang ternyata begitu lebar.

Saya kembali mendengarkan penuturan pemateri hypebeast ini. Tentu saja dengan perasaan yang dongkol-dongkol geli.

Diam-diam, saya semakin meyakini teori “Kesuksesan pria berawal dari celana dalamnya”.

Jangan-jangan, saya jadi karyawan Mojok karena celana dalam saya mereknya Indomaret, coba kalau celana dalam saya mereknya Uniqlo, mungkin sekarang saya sudah jadi karyawan Facebook atau karyawan Microsoft.

Pada akhirnya, sepanjang sesi berjalan, yang paling bisa saya ingat dengan jelas dari paparan materinya justru soal celana dalamnya, bukan soal Whatsapp business-nya.

Ah, mungkin di luar sana, memang ada banyak orang-orang yang hidup dengan seni merumitkan perkara sederhana.

Terakhir diperbarui pada 27 Oktober 2018 oleh

Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO
Hiburan

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO
Kampus

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO
Ragam

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO
Ragam

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.