MOJOK.CO – Saya setuju dengan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun, yang merasa hina kalau diundang presiden ke istana. Ada tiga poin yang menjadi alasan. Inilah dia!
Dua hari yang lalu, Muhammad Ainun Nadjib atau Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun mengatakan bahwa dirinya tidak mau diundang presiden ke Istana. Viral, tentu saja. Sebagai tokoh yang dicintai ribuan umat lintas agama, segala pernyataan Cak Nun memang dinantikan. Selain sering menggelitik, beliau kritis, tapi jenaka.
Tenang, kelucuan dari segala petuah Mbah Nun belum menyamai kelucuan dari Ki Amien Rais. Jadi, para hooligan Ki Amien Rais bisa bernapas lega. Ini kayak Liverpool yang nggak bisa menyalip Manchester City. Bedanya, Mbah Nun memang membumi dan apa adanya, sementara kegagalan Liverpool adalah suratan takdir, identitas, dan bawaan lahir. Kegagalan Liverpool itu seperti rasa gerah ketika mendung tapi nggak hujan. Nggak ada yang heran karena begitu adanya.
Pernyataan Cak Nun yang viral sendiri berasal dari sebuah video acara Mata Najwa yang diberi judul Cak Nun: Antara KPK dan Teror. Cak Nun awalnya berbicara soal kasus yang menimpa Novel. Kemudian, Mbah Nun berbicara bahwa selalu konsisten melakukan sesuatu, termasuk enggan dipanggil ke istana.
“Saya melakukan segala sesuatu tidak pernah sehari. Kalau saya melakukan A, saya lakukan sampai sekarang umur 60. Sampai sekarang kalau saya bilang “Hei, saya tidak bisa dipanggil Presiden, saya yang berhak memanggil Presiden, karena aku rakyat.” Itu saya lakukan, dan saya tidak pernah mau dipanggil ke Istana, dan saya tidak bangsa sama sekali. Hina kalau saya ke Istana,” ujar Cak Nun dalam acara Mata Najwa.
Namun, Mbah Nun sendiri bukannya mau sombong. Toh beliau juga tidak menyebut nama presiden yang dimaksud.
“Kalau sudah melamar, namanya tamu harus kita hormati. Tapi saya bilang “Tuhan, kalau memang nggak baik nggak usah datang, gimana caranya. Sampeyan kan tahu segala macam, punya cara banyak sekali lah. Kalau memang nggak baik nggak usah ditemui.” Akhirnya nggak ketemu semua,” kata Mbah Nun.
Untung saja, Tenaga Ahli Kedeputian IV KSP Ali Mochtar Ngabalin selaku salah satu perwakilan Istana mendinginkan situasi. Beliau menegaskan tidak ada paksaan bagi tamu undangan, semisal Cak Nun, menolak jika diundang Jokowi. Satu hal yang sudah klir adalah Jokowi siap bersilaturahmi dengan siapa saja.
“Tidak ada memaksa, namanya juga diundang. Kan ada yang mendadak tak bisa datang. Jadi normal saja, betapa banyak orang yang tidak bisa dan tidak mau, namanya juga silaturahmi,” ucap Ngabalin.
Selepas pernyataan Ali Mochtar Ngabalin yang adem, Cak Nun merespons dengan begitu sejuk. “Wong saya nggak punya fungsi apa-apa, nggak punya pengaruh apa-apa, cuma itu. Ngapain juga ribut tentang saya, seolah-olah saya ini penting? Sama sekali saya tidak penting, berpengaruh, dan tidak berperan.”
Masih ada banyak manusia yang mau merendahkan dirinya sendiri begini? Nah, saya sendiri setuju dan Cak Nun di bagian merasa hina kalau datang ke Istana. Lho kok begitu? Setidaknya saya punya tiga alasan. Inilah dia:
1. Diundang ke Istana, tapi belum mandi.
Ini, selain memang manusia hina, juga nggak punya sopan dan santun. Sudah tahu diundang oleh “pejabat tertinggi” di Indonesia kok malah nggak mandi dulu. Masih mending kalau kamu tipe orang yang tidak berkeringat ketika tidur. Nah, bagaimana dengan orang yang ketika bangun tidur sudah bau kentut?
Oleh sebab itu, supaya tidak hina, saya akan mandi dulu. Kalau nggak sempat mandi, saya memilih di rumah saja. Nonton acara hidayah dan azab dengan tema tukang palak minimarket cegukan 10 jam nggak berhenti.
2. Biar keren dengan menolak undangan presiden.
Saya mau terlihat keren dengan menolak undangan seperti Cak Nun.
Semakin sering terlihat banyak orang yang memilih keren ketimbang logis atau pandai. Misalnya ada video viral dua embak-embak yang kehabisan tiket Avengers: Endgame. Keduanya bermufakat untuk sepakat kalau tiket udah pada habis karena dibeli orang yang “kenal orang dalam”. Saya kesulitan menemukan satu kata untuk menggambarkan kecuali: DOBOL!
Nah, makanya, biar keren dan viral, tolak saja undangan presiden. Presiden itu kan pelayan rakyat. Berani-beraninya dia mengundang majikan. Bukankah begitu, Yanto? Maka, kamu jangan nyinyir kalau mereka pakai uwi-uwi ketika menembus kemacetan demi menghadiri rapat penting. Mereka ini sedang bekerja, lho. Kasih jalan.
Jangan lupa posting di media sosial biar cepat viral. Kamu bisa tag Ulin Yusron, die hard Jokowi yang suka nyolong infografis orang lalu memotong logo yang punya. Saat ini beliau punya hobi baru: posting identitas KTP seseorang ke Twitter padahal ada pasal yang melarang dengan ancaman hukuman penjara dua tahun dan/atau denda 25 juta rupiah.
3. Nggak diundang, tapi datang.
Saya makin setuju dengan Cak Nun kalau kita nggak usah datang ke Istana, apalagi buat kamu yang nggak diundang! Ingat, ini kunjungan ke kepala negara, bukan datang ke kawinan mantanmu lalu ngamuk banting-banting kursi. Keduanya sama-sama memalukan dengan level kebodohan masing-masing.
Kalau tiba-tiba ngeyel minta ketemu Jokowi yang konon menang Pilpres 2019 itu namanya langkah politis, bukannya silaturahmi. Ingat, kamu bukan anggota PAN.