Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Saran Untuk Prabowo-Sandiaga, Solusi Ketimpangan Ekonomi adalah Koperasi!

Audian Laili oleh Audian Laili
16 November 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kata Prabowo-Sandiaga, ketimpangan ekonomi Indonesia tinggi, terus pengin buka banyak lapangan kerja baru. Kalau boleh urun usul, pakai sistem koperasi aja, gimana?

Masa-masa quarter life crisis sepertinya sedang hip bagi generasi muda—macam saya—yang jika dikategorikan masuk di antara generasi milenial dan generasi Z. Di mana berbagai konflik perihal masa depan, terasa berat di pikiran. Hal ini dikarenakan kami mempertimbangkan berbagai macam kemungkinan, tentang karier salah satunya.

Bagi generasi yang kini sedang atau akan melalui konflik 25 tahun tersebut, konsep tentang pekerjaan ideal pun sudah banyak yang berubah. Jika dulu, bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau di BUMN menjadi pekerjaan idaman. Bagi generasi kami, bekerja di perusahaan start up ala-ala menjadi sebuah mimpi yang baru.

Bekerja di start up, telah menjadi salah satu alternatif pekerjaan idaman masa kini. Sebab, bekerja di start up dianggap lebih fleksibel dan efisien karena jam kantor yang tidak ketat serta—terkadang—dapat bekerja di mana saja. Selain itu, dalam pekerjaan ini, biasanya cenderung tidak ada struktur kerja yang tegas, sehingga bos terasa seperti teman sendiri—mau becanda dengan saling olok pun, seperti tidak ada masalah.

Tentu saja, ini sangat menyenangkan bagi generasi muda masa kini, yang selalu menginginkan sesuatu yang sat set, nggak kaku, plus ada perasaan berkontribusi langsung dengan lingkungan sekitar. Contoh yang sederhana saja, bekerja di perusahaan start up semacam Gojek, Tokopedia, atau Ruang Guru, semakin menarik minat generasi ini.

Harapan masa depan Indonesia pun, mulai diberikan kepada generasi yang kini telah memasuki masa kerja ini. Salah satunya perihal sistem perekonomiannya. Sebab, masalah ekonomi bagaimana pun juga menjadi tonggak penting untuk keutuhan sebuah bangsa. Ya, lihat saja kubu Prabowo dan Sandiaga yang terus berorasi tentang permasalahan ekonomi Indonesia sebagai bahan kampanyenya. Yang katanya, angka pengangguran semakin tinggi, lapangan kerja terbatas, serta ketimpangan ekonomi semakin membahayakan.

Nah, salah satu sistem perekonomian yang digalakkan oleh salah seorang pendiri bangsa kita—Bung Hatta—adalah koperasi. Sayangnya, saat ini Bang Sandi yang pengusaha itu tidak mengaplikasikannya koperasi cenderung dianggap sebagai sistem perekonomian yang kuno. Atau lebih tepatnya, jika kita mengungkapkan kata koperasi, maka yang muncul sebatas,

“Oh, koperasi simpan pinjam, ya?

Tidak sesepele itu, Ferguso!

Yang namanya koperasi itu bukan sebatas simpan pinjam semata. Ini perkara sistem yang lebih luas. Memang menyebalkan sekali, jika mendengar bahwa koperasi hanya dikaitkan dengan frasa koperasi simpan pinjam (KSP) semata. Yang mana, KSP ini sendiri, sering dijadikan kedok untuk melindungi julukan, ehm, sebut saja Bank Plencit.

Begini, jika kita mengacu pada Pasal 33 UUD 1945, maka sistem ekonomi yang dimiliki Indonesia tidak lain adalah koperasi. Kata kunci untuk memaknai koperasi dengan mudah adalah, dimiliki dan dikelola oleh dan untuk anggotanya. Dari sini, pemahaman yang paling sederhana tentang koperasi adalah anggota koperasi, juga menjadi pemilik dari koperasi tersebut. Sehingga, usaha yang dijalankan adalah usaha bersama dan tidak ada pemilik tunggal di dalamnya.

Sebetulnya, sistem perekonomian Indonesia telah mengacu pada nilai tersebut. Semua warga negara adalah penyelenggara negara dengan ikut urun pajak. Ketika semua pihak memiliki rasa yang sama, maka haqqul yaqin nggak ada yang namanya korupsi dan pemerintahan sewenang-wenang.

Lantas, bayangkan jika sistem ini juga diaplikasikan pada semua usaha-usaha perekonomian rakyat. Bayangkan jika sistem dari start up digital tersebut semacam Gojek, Tokopedia, dan semacamnya—yang katanya memberikan sumbangsih besar untuk menurunkan angka pengangguran, dikelola dengan sistem koperasi.

Misalnya pada Gojek, yang sebetulnya sudah mengatakan bahwa driver-nya disebut sebagai mitra. Nah, jika kata mitra ini dijalankan dengan semestinya, itu artinya seluruh driver Gojek juga menjadi bagian dari pemilik Gojek.

Iklan

Apa konsekuensinya? Segala keputusan perusahaan Gojek ini, akan diputuskan bersama, yakni 1 orang 1 suara. Sehingga, tidak ada lagi keluhan-keluhan—yang berujung demo—yang dirasakan oleh driver, mengenai aturan yang tiba-tiba dapat berubah sewaktu-waktu tanpa para driver ini tahu pertimbangan di baliknya. Mereka, hanya diminta untuk menerima, jika tidak mau, ya cao saja.

Jadi, daripada Gojek cari investor mulu dari Amerika, akan jauh lebih menyenangkan, jika modal tersebut dikumpulkan dari para anggotanya. Sistem yang seperti ini, akan mencegah kepentingan sebagian kecil orang dapat mengalahkan mayoritas orang.

Mungkin memang bakal sulit untuk mengubah sistem usaha masyarakat yang sudah lama seperti itu—bahwa dalam setiap usaha, pasti ada pemilik dengan ‘saham’ paling besar. Apalagi ketika dipikir-pikir, apa ya para founder ini rela begitu saja, sudah susah-susah bikin platform, eh pas sudah jadi, justru harus merelakan untuk membagi-bagikan keuntungannya plus rela diatur-atur oleh banyak orang.

Namun sistem ini sebenarnya bukan sesuatu yang mustahil untuk dikerjakan. Sebab, di luar negeri, sistem yang disebut sebagai Platform Cooperative ini, sudah marak dilakukan. Misalnya, Stocksy, sebuah website yang menjual stock photo & video dengan kualitas kece atau Loconomics, yakni platform yang menghubungkan antara penyedia jasa profesional dengan pihak yang membutuhkan. Banyak founder platform yang akhirnya memilih untuk membangun usaha bersama tersebut, sebab ingin menerapkan asas yang lebih berkeadilan.

Jadi, kalau memang kubu Prabowo-Sandiaga yang selama ini terus menerus mengkritisi tentang perekonomian Indonesia dengan ketimpangan ekonomi yang cukup tinggi tersebut, serta berencana untuk membuka lebih banyak lapangan pekerjaan—supaya dapat menurunkan angka pengangguran yang tinggi, boleh lah pakai sistem koperasi itu. Asal ya jangan Gerindra-nya aja yg dibikinkan koperasi, kalau perlu korporasi Bang Sandi ikut dikoperasikan juga.

Apalagi jika sistem ini juga digalakkan pada usaha platform digital yang katanya milenial banget itu. Saya yakin, jika lapangan kerja yang mau dibikin itu benar-benar menggunakan sistem koperasi, maka kesejahteraan juga akan benar-benar dirasakan oleh seluruh anggota. Sebab, mau nilep uang ‘perusahaan’ aja bakal mikir-mikir, kan itu usaha barengan. Bukan usahanya si Bos doang.

Terakhir diperbarui pada 16 November 2018 oleh

Tags: ketimpangan ekonomikoperasiplatform digitalPrabowo-Sandistart-up
Audian Laili

Audian Laili

Redaktur Terminal Mojok.

Artikel Terkait

Koperasi Merah Putih di Kota Semarang jadi penyangga ekonomi akar rumput MOJOK.CO
Kilas

Kala Koperasi Jadi Penyangga Ekonomi Rakyat Kecil di Semarang, Ada Modal Usaha dan Beromzet Besar

18 Oktober 2025
Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, luncurkan 177 Koperasi Merah Putih di Karanganyar MOJOK.CO
Kilas

177 Koperasi Merah Putih Diluncurkan di Karanganyar: Jadi Jalan Untuk Kamakmuran Masyarakat 

27 Juli 2025
pegawai koperasi simpan pinjam.MOJOK.CO
Ragam

Suka Duka Jadi Pegawai Koperasi Simpan Pinjam, Capeknya Sehari Keliling Tagih Nasabah Lintas Provinsi

2 Agustus 2024
Honda Revo, Andalan Pegawai Koperasi Menaklukan Hati Nasabah. MOJOK.CO
Liputan

Ketangguhan Honda Revo Temani Beratnya Pegawai Koperasi Menaklukkan Hati Emak-emak Desa

23 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.