Proses Menemukan Pembalut Paling Nyaman, Sebuah Jalan Terjal yang Panjang

ilustrasi Proses Menemukan Pembalut Paling Nyaman, Sebuah Jalan Terjal yang Panjang mojok.co

ilustrasi Proses Menemukan Pembalut Paling Nyaman, Sebuah Jalan Terjal yang Panjang mojok.co

MOJOK.CO – Bagaimana seorang perempuan memutuskan membeli pembalut wanita merek tertentu dengan model dan bahan tertentu, sama sekali tidak remeh.

Kemunculan pembalut wanita dengan sensasi dingin membuat saya berpikir agak lama tentang bagaimana selera perempuan bisa berbeda-beda. Dalam konteks suka atau tidak suka dengan teknologi cooling fresh yang bikin miss V semriwing, perempuan bisa punya pendapat yang berseberangan. Mereka yang tidak suka, mungkin telanjur berada di tengah zona nyaman, mereka sudah menemukan “kawan haid” yang pas dan nggak mau tergantikan oleh apa pun. Sedangkan mereka yang suka, merasa bahwa sensasi dingin ini memang mengasyikkan, adem-adem seger, dan membuat datang bulan penuh tantangan.

Sebenarnya, proses menemukan dan memilih pembalut yang pas bagi tiap-tiap perempuan merupakan permasalahan personal yang unik. Semua pasti punya alasan kenapa pilih yang bersayap, kenapa pilih yang mengandung herbal, dan kenapa pilih yang bahannya tanpa gel. Inilah mengapa saya mantap mengatakan bahwa proses ini adalah jalan terjal yang begitu panjang.

Rata-rata perempuan menggunakan pembalut sama dengan merek yang digunakan ibu mereka. Saat saya mulai puber dan mengalami menstruasi pertama kali, tentu saya nggak pernah sempat mampir warung dan mereview satu per satu merek dan variasi pembalut. Saya pakai apa yang ibu saya pakai. Simpel. Dan, kawan-kawan saya di sekolah juga melakukan hal yang sama.

Ibu saya mengenakan pembalut Laurier tanpa sayap, tebal, dan pendek. Dulu saya nyaman juga dengan merek dan model yang sama. Sampai pada akhirnya saya tahu, buanyaaak sekali varian lain di supermarket dengan penawaran yang cukup menggiurkan. Baik, kita akan mendatanya satu demi satu.

#1 Pembalut bersayap

Setelah semakin mahir dalam urusan menghadapi datang bulan, saya jadi mengerti bahwa fungsi sayap pada pembalut adalah inovasi yang sangat menolong. Bagi perempuan yang aktivitasnya nggak keruan kayak saya (baca: suka koprol-koprol nggak jelas), sayap membantu lembar pembalut nggak melenceng, malang-melintang, dan meleyot di tengah jalan. Masalahnya, posisi yang nggak prima bisa bikin bocor. Setetes saja bocor, perempuan kerepotan. Sudahlah repot, malu pula. Sebab, kehidupan sosial kita masih menganggap menstruasi adalah hal yang memalukan alih-alih keniscayaan biologis bagi seorang perempuan.

Mereka yang memilih pembalut tidak bersayap seperti ibu saya, sesungguhnya adalah perempuan yang mudah merasa cukup. Mereka tidak punya masalah dengan arah pergeseran pembalut dan cenderung bisa mengendalikan apa yang ada di bawah sana. Menggunakan model bersayap justru membuat sebagian perempuan risih.

#2 Pembalut dengan bahan gel dan non-gel

Bahan pembuat pembalut juga penting tidak penting jadi pertimbangan. Bahan gel mampu menyerap menstruasi dengan sangat sempurna. Ia mengikat cairan dengan begitu kuat sehingga walau kita duduk dan bersandar, cairan yang sudah diserap nggak akan merembes lagi. Sedangkan bahan non-gel ya nggak sekuat itu juga daya serapnya. Sayang, bahan gel membuat sebagian perempuan yang punya kebiasaan mencuci pembalut sebelum dibuang, agak kerepotan. Bahan gel sangat sulit dibersihkan dan memaksa penggunanya membuang pembalut dalam keadaan penuh darah. Agak creepy, tapi mau gimana lagi? Saya sendiri adalah orang yang sangat menghindari bahan gel. Demi Tuhan, daya serap bahan non-gel sekarang sudah banyak yang bagus-bagus. Saya nggak nggak mau ambil risiko tempat sampah kamar mandi jadi bau anyir hanya karena pakai bahan gel.

#3 Panjang pembalut adalah kunci hidup bahagia

Di awal kemunculannya, pembalut panjang 29 cm hingga 35-40 cm terdengar begitu konyol. Barang itu asing, layaknya popok dewasa dan lembaran yang kelewat panjang untuk diselipkan di pangkal paha. Saya skeptis dan merasa tidak membutuhkannya. Namun, saya kena karma. Sekarang setidaknya saya perlu menyediakan tiga jenis pembalut wanita. Pertama, model yang sangat panjang hingga 35 cm. Yang ini saya pakai untuk menstruasi hari kedua di malam hari atau saat menstruasi berasa kayak air terjun niagara. Pembalut ukuran panjang ampuh mencegah cairan yang piknik ke segala area. Tidur aman, kasur nggak kena “ompolan”.

Kedua, model yang ukurannya sedang untuk hari menstruasi ringan atau hampir selesai. Ya tentu saja, menggunakan pembalut model panjang setiap hari itu merepotkan dan nggak nyaman. Jadi, model yang lebih pendek tetap diperlukan. Ketiga, model pantyliner yang tipis untuk hari-hari keputihan dan mestruasi di akhir siklus. Eski tipis, pendek, dan kecil, pantyliner sangat membantu.

#4 Opsi sensasi dingin dan kandungan herbal

Sensasi dingin pada pembalut sebenarnya ide yang agak membingungkan bagi saya. Kandungan mentol itu bikin miss V lama-lama jadi pedes. Namun, di hari-hari yang berat dan melelahkan, terkadang perempuan memang butuh penyegaran di bawah sana. Semakin semriwing, semakin enjoy. Tapi, maaf, deh, saya nggak akan beli lagi. Sebab, selain rasanya aneh dan bikin geli, saya rasa perempuan yang menyukai pembalut jenis ini hanyalah mereka yang suka memacu adrenalin dan gemar cari tantangan.

Selain sensasi dingin, ada juga kandungan herbal yang ditawarkan di berbagai merek pembalut wanita. Sampai sekarang, informasinya agak simpang siur. Ada yang bilang herbal ini bakal berpengaruh ke rahim, ada yang bilang justru sehat untuk miss V. Saya sendiri nggak pernah memasukkan opsi herbal dalam daftar untuk saya coba. Opini saya, sebagian dari kandungan herbal adalah kandungan trik marketing di dalamnya.

Selain keempat poin di atas, sebenarnya masih ada lagi proses panjang dalam memilih merek pembalut yang paling cocok. Mulai Charm, Laurier, Whisper, Avail, sampai Softex, dan Kotex. Ini adalah sebuah jalan terjal yang perlu kita ulik satu demi satu. FYI aja nih, setelah saya pakai Laurier, bertahun-tahun pakai Charm, dan sempat terlena dengan Whisper, saat ini saya pakai Softex. Alasannya ya bukan karena buruk kemudian merek tertentu saya tinggalkan, ada preferensi khusus pokoknya. Dan, setiap perempuan pasti punya dorongan yang unik buat membeli merek tertentu.

BACA JUGA Kualitas Pembalut Inggris yang Nggak Ada Seupil-upilnya dari Pembalut Indonesia atau artikel AJENG RIZKA lainnya. 

Exit mobile version