MOJOK.CO – Faldo Maldini sebut Prabowo bakal kalah di MK. Sikap ini dianggap sikap memalukan. Ganti “trah Maldini” jadi “klan Ibrahimovic” menarik juga.
Sidang lanjutan gugatan Pemilu 2019 di Mahkamah Konstitusi digelar Selasa (18/6). Jadwal sidang kali ini adalah mendengarkan jawaban KPU dan tim pengacara pasangan Jokowi dan Ma’ruf Amin atas petitum yang diajukan kubu Prabowo dan Sandiaga Uno tempo hari. Sebelum sidang, sebuah “anomali” terjadi.
Setelah coblosan berakhir dan pasangan Jokowi dan Ma’ruf Amin dinyatakan menang (untuk sementara), terjadi obrolan-obrolan khas dunia politik. Mulai dari sial kelanjutan koalisi, negosiasi soal jatah menteri, hingga perpindahan partai atau person dari satu kubu ke kubu lainnya. Ini “anomali” yang sudah umum terjadi.
Meski sudah sering terjadi, yang namanya “berubah hati” di panggung politik tetap menarik dan menggelitik untuk disimak. Apalagi ketika yang pindah kubu adalah sosok muda, vokal, dan seperti siap menantang dunia seorang diri. Adalah Faldo Maldini, yang tengah menjadi “anomali” paling anyar menjelang sidang gugatan Pemilu 2019 digelar.
Faldo Maldini membuat sebuah video yang ia unggah di Youtube pribadinya. Intinya, politikus muda partai PAN itu memprediksi kalau pasangan Prabowo dan Sandiaga Uno bakal kalah di sidang MK.
“Di video ini, gua akan menjelaskan tentang peluang Pak Prabowo di MK, dan menurut gua Pak Prabowo-Sandi enggak akan menang di MK,” kata Faldo Maldini mengawali videonya.
Salah satu alasan kekalahan Prabowo, menurut Faldo adalah data kuantitatif. Secara kuantitatif, kekalahan Prabowo dan Sandi sekitar 17 juta suara. Untuk membuktikan kecurangan, tim Prabowo harus membuktikan sebanyak 50 persen dari jumlah suara kekalahan itu.
“Nah dari 17 juta lu bagi jadi dua misalkan, butuh 8,5 tapi kan setidaknya lu butuh sembilan juta bahwa ada potensi kecurangan dalam perhitungan nih yang itu dibuktikan dengan C1 asli yang dimiliki oleh saksi nah 9 juta suara,” katanya menjelaskan.
“Bayangin kalau misalkan menangnya enggak 100% berarti TPS-nya harus di atas 36 ribu dong. Kalau misalnya Prabowo-Sandi cuma menang 50 persen di 36 ribu itu, maka ada penjumlahan jumlah TPS yang lo butuhin C1-nya, kalau seandainya menangnya tidak 100%. Semakin kecil kemenangan Prabowo-Sandi semakin banyak TPS yang dibutuhin,” lanjutnya.
Faldo Maldini juga memandang apabila MK memutuskan mendiskualifikasi Jokowi pun tak serta-merta Prabowo langsung jadi presiden. MK akan memerintahkan KPU untuk melakukan pemilihan ulang.
“Makanya feeling gua Pak Prabowo sudah membaca hal ini dan dengan jiwa kesatria beliau mengatakan, “Sudahlah tolong doakan, dan jangan beramai-ramai ke MK,” menurut gua sikap kesatria karena memang jalan ke MK adalah jalan konstitusional yang dipilih oleh Prabowo-Sandi dan kita harus menghargai hasilnya,” ucapnya.
Menanggapi video Faldo, Wakil Ketua Dewan Kehormatan PAN, Dradjad Wibowo, mengaku malu.
“Terus terang saya malu dengan manuver sebagian unsur pengurus DPP PAN, termasuk yang terakhir dilakukan Faldo. Faldo masih muda. Inkonsistensi yang dia tunjukkan akan menjadi noda dalam perjalanan politik dia ke depan. Apalagi sebagian info yang dia sampaikan tidak benar. Dia tidak tahu operation room BPN. Jadi dia tidak tahu sendiri tentang hal-hal seperti C1 yang dimiliki BPN dan sebagainya,” tegasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua BPN Prabowo-Sandi, Priyo Budi Santoso tidak mau terlalu serius menanggapi opini Faldo. “Saya melihat Faldo ini sebetulnya potensial ke depan mudah mudahan dia banyak belajar untuk menjaga. Tapi ini pilihan tapi mungkin maksudnya baik tapi saya menghormati,” kata Priyo.
Bilang Prabowo kalah, Faldo ganti nama saja
Faldo sendiri menegaskan kalau dirinya masih setia di dalam koalisi 02. Namun, opini yang ia buat tetap saja bikin kita semua meragukan ketegasan sikap Faldo dan partainya sendiri. Apalagi, beberapa minggu yang lalu, Ketum PAN, Zulkifli Hasan, beberapa kali bertemu Jokowi. Ketika ditanya apakah akan meninggalkan koalisi 02 pun Zulkifli tidak tegas menjawab. Ia ingin menunggu keputusan MK terlebih dahulu.
Well, sikap seperti ini sudah biasa di dunia politik. Mungkin Faldo terlalu berat memikul makna nama yang ia pakai. Trah Maldini, adalah salah satu trah paling setia di sepak bola Italia, bahkan dunia. Mulai dari Cesare, hingga Paolo Maldini. Bapak dan anak itu sangat setia kepada AC Milan. Paolo Maldini, one man one club, tidak ada yang bisa mempertanyakan kesetiaannya. Ia tidak bergeming ketika Milan sempat terpuruk dan perlahan-lahan bersalin muka menjadi medioker.
Kalau terlalu berat memikul makna nama dengan bilang Prabowo akan kalah, dear Faldo Maldini, lebih baik ganti jadi Faldo Ibrahimovic.
Pemain asal Swedia itu sudah delapan kali ganti klub. Mulai dari Ajax, Juventus, Inter Milan, Barcelona, AC Milan, Paris Saint-Germain, Manchester United, dan LA Galaxy. Tinggal pindah ke Mitra Kukar atau Bali United saja, karier Ibrahimovic akan lengkap sudah.
Pindah-pindah klub itu tidak salah. Namun, tetap saja, mereka yang bisa bersetia, one man one club seperti Paolo Maldini atau Francecso Totti yang akan selalu dipandang lebih mulia. Terutama karena, orang-orang ini mau mengorbankan kariernya demi menemami klub tercinta ketika goyah dan kalahan.
Jadi, Faldo, kalau ganti nama saja. Kalau nama “Ibrahimovic” juga terlulu berat, nama-nama ini bisa jadi pertimbangan dan kayaknya cocok: Faldo Astaman, Faldo Pamungkas, Faldo Utina, atau Vladimir “Faldo” Vujovic. Ehh…
Pak Faldo ini apa nggak malu sama konsistensi Ki Amien Rais?