MOJOK.CO – Sejak awal Mei lalu, rencana pilot Garuda ancam mogok telah terdengar gaungnya. Hal ini lantas menjadi sorotan penting: kenapa mogok bisa terjadi? Lalu, bagaimana dengan mudiknya para penumpang yang mengandalkan Garuda Indonesia?
Kabar pilot Garuda ancam mogok telah menghiasi banyak media pekan ini, menyusul keputusan Asosiasi Pilot Garuda Indonesia (APG) dan Serikat Karyawan Garuda (Sekarga) untuk menunjukkan kekecewaan mereka pada pihak perusahaan. Ya, keinginan mogok ini ternyata dilatarbelakangi ketidakpuasan mereka terhadap sistem yang berlaku, khususnya sejak rapat umum pemegang saham (RUPS) memutuskan penghapusan posisi direktur operasi dan direktur teknik di internal perusahaan pada bulan April 2017.
Menurut Presiden APG, ancaman mogok ini sudah dimulai sejak 2 Mei 2018. Rencananya, mereka akan memberi waktu satu bulan penuh hingga tuntutannya didengar oleh pemerintah. Sebelumnya, APG dan Sekarga telah memberi masukan kepada Menteri BUMN, Rini Soemarno, tapi sayangnya tidak mendapatkan respons yang diharapkan.
Maka dari itu, mogok pun dimulai!!!
Ancaman yang Muncul dari Ancaman Mogok
Sebagai maskapai yang pilot dan karyawannya mengancam bakal mogok kerja, Garuda Indonesia kini menghadapi masalah baru yang muncul tiba-tiba. Dilansir dari Tempo.co, jika mogok kerja ini tetap dilakukan, setidaknya ada tiga ancaman penting yang mengancam Garuda Indonesia yang sedang diancam mogok kerja oleh karyawannya sendiri:
Pertama, penumpang Garuda Indonesia cenderung akan membatalkan tiket penerbangannya karena takut dibatalkan mendadak, hingga akhirnya memilih maskapai lain. Sementara itu, calon penumpang Garuda Indonesia kemungkinan juga akan mengurangi potensi membeli tiket—lagi-lagi—karena tidak ingin penerbangannya dibatalkan.
Kedua, PT Angkasa Pura dan PT Angkasa Pura II sebagai pihak bandara juga akan “kecipratan” masalah karena harus turut membuat rencana solutif jika pemogokan terjadi. Kalau delay saja bisa mengakibatkan penumpukan penumpang di bandara, apalagi dengan pembatalan penerbangan, ya kan?
Ketiga, nama baik Garuda Indonesia dipertaruhkan, mengingat penerbangan Garuda tidak hanya pada kelas domestik, namun juga internasional.
“Kerugian-kerugian” inilah yang membuat beberapa pihak meminta APG dan Sekarga mempertimbangkan kembali keinginan mogok kerja, apalagi Garuda akan menghadapi peak season lebaran.
Bagaimana dengan Mudik Kami?
Salah satu update terakhir dari kasus mogoknya pilot Garuda adalah hadirnya Menteri Koordinator Maritim, Luhut Binsar Panjaitan, yang bertemu dengan Sekarga. Yang digarisbawahi dalam pertemuan ini adalah betapa Menteri Luhut memberikan perhatiannya terkait dengan masalah internal yang mengganggu APG dan Sekarga di lingkungan PT Garuda Indonesia.
Pada pertemuan tertanggal 31 Mei 2018 tersebut, Menteri Luhut dengan sepenuh hati menjanjikan dirinya untuk turut membantu penyelesaian dan penentuan solusi dari permasalahan yang mereka hadapi.
Nah, ini, ini!!! Yha, inilah yang dibutuhkan oleh orang-orang yang mogok kerja, ataupun orang yang sedang break dalam hubungan asmaranya: atensi. Di-notice. Dipahami. Dimengerti.
Diperjuangkan!!!
Menyusul pertemuan ini, keputusan baru pun diambil: jikapun mogok tetap menjadi jalan keluar bagi pilot dan karyawan, kegiatan tersebut dipastikan tidak akan jatuh bersamaan dengan masa-masa krusial di mana konsumen banyak bermunculan, yaitu saat mudik lebaran.
Artinya, kita-kita tak perlu lagi berlama-lama risau memikirkan rencana mudik yang terhambat dengan mogoknya pilot Garuda Indonesia. Telah dipastikan oleh pihak Garuda Indonesia, jajaran pilot sudah siap kembali bekerja saat mudik lebaran. Menurut mereka, ini adalah bentuk komitmen pilot sebagai anak bangsa.
Alasan Sesungguhnya Para Pilot Garuda Ancam Mogok
Seperti yang telah diberitakan, ancaman mogok ini salah satunya didasari desakan pilot untuk menurunkan Linggarsari Suharso dari jabatannya sebagai Direktur Personalia Garuda. Tuntutan ini bukan tanpa alasan—mereka menilai kinerja Linggarsari kurang sesuai dengan tanggung jawab yang dimilikinya.
Para karyawan yang mogok ini menyebutkan pula bahwa kebijakan Linggarsari sering kali dibuat tanpa ada diskusi dengan karyawan. Ini mungkin sama sakitnya dengan kebiasaan pacar yang sukanya sok akrab sama cewek lain, tapi ngambekan kalau kita ngobrol sama cowok lain. Hiii!
Tapi—tenang dulu—meski terdengar “mengerikan” dan “kejam” karena meminta seseorang untuk turun dari jabatannya, mogoknya pilot dan karyawan Garuda ini ternyata punya alasan sentimentil. Lagi-lagi, Presiden APG bersuara,
“Ini bukti kecintaan kami pada Garuda Indonesia.”
Hmm, cinta memang tak harus selalu memuji, Gar, Garuda. Kalau kata Tulus, “Jangan cintai aku apa adanya, tuntutlah sesuatu biar kita jalan ke depan.”
Gitu.