MOJOK.CO – Kenapa kita harus minta maaf pada orang lain atas suatu hal yang memang bukan sebuah kesalahan? Misalnya, di mana letak kesalahan dari rambut yang lepek?
Saya betul-betul nggak paham dengan orang-orang di Instagram yang keseringan minta maaf untuk suatu hal yang sebetulnya bukanlah kesalahan. Apalagi sebuah kesalahan yang mereka lakukan. Tidak sedikit dari mereka yang menyatakan permintaan maafnya dalam sekelumit bagian dari Instastory-nya. Namun terlalu sering diulang-ulang. Misalnya,
“Duh, maaf ya, temen-temen. Pipiku tembem. Kelihatan gede banget, nih.”
“Maafin aku ya, Gaes. Rambutku pagi ini masih lepek.”
“Sori, mukaku masih muka bantal, nih.”
“Maaf, ya. Belum sempet ngalis. Jadi masih kayak tuyul.”
TERUS? MASALAHNYA APA? Kenapa, loh? Harus minta maaf ke saya—sebagai salah satu follower-nya? Toh, saya juga nggak peduli-peduli amat dengan penampilannya yang menurut saya memang nggak ada masalah apa-apa. Pun nggak ada kesalahan apa-apa.
Kalau dia nggak minta maaf dan menyebutkan “suatu kondisi” yang bikin dia nggak nyaman itu, saya juga nggak bakal sadar perbedaannya. Justru, dengan ungkapan maaf dan pengakuan, maka semua hal yang sebetulnya bukan kesalahan, jadi tampak lebih jelas dan terpampang nyata.
Dari analisis saya, ada dua kemungkinan permintaan maaf ini disampaikan. Pertama, ini adalah kemungkinan yang suuzan. Sebetulnya ini adalah cara untuk pamer bahwa dia memang sesempurna itu. Pasalnya, segala hal yang dia bilang adalah kekurangan, terkadang justru menjadi life goals bagi orang lain. Jadi, ini adalah cara pamer terselubung. Sebuah usaha sok-sokan merendah untuk meninggi. Atau biasa disebut dengan humblebrag. Iya, humble tapi brag.
Bisa-bisanya seseorang mengeluh kalau dia gendutan dan harus diet, padahal nyata-nyata badannya masih langsing aduhay. Atau, bilang kalau kulit mukanya iteman setelah liburan dan butuh perawatan, padahal jelas-jelas kulitnya masih terlihat cerah mempesona. Lantas, pernyataan selanjutnya yang semakin tidak masuk akal, ia meminta maaf atas badannya yang gendutan dan kulit mukanya yang iteman pada follower-nya. Mohon maaf, nih, buat apa, loh? Cuma buat pamer kalau kondisi “jeleknya” saja masih tetap memukau? Gitu?
Tak sadarkan, wahai Kisanak? Segala permintaan maaf tersebut justru menyakitkan bagi sebagian orang? Lagi-lagi, yang menurut kita kelemahan bisa jadi harapan bagi orang lain. Ketika kita mempermasalahkan harapan orang lain, bukankah diam-diam itu terasa menyesakkan?
Kedua, ini adalah kemungkinan yang lebih husnuzan. Yakni menjadi cara pencegahan supaya dirinya nggak di-bully orang lain. Jadi, sebelum dia di-bully, dia berusaha mem-bully kelemahan dirinya sendiri. Oke, ini adalah hal yang baik adanya. Tapi yang menjadi aneh, kenapa harus meminta maaf, Maemunah? Di mana letak kesalahan punya rambut lepek saat pagi hari dan punya pipi tembem yang terlihat gede di kamera? Tolong katakan di mana letak kesalahannya??!11
Kenapa harus repot-repot menjadi perantara Tuhan? Untuk meminta maaf atas ciptaan Tuhan—yang dianggap tidak seideal produk iklannya manusia—itu ke orang lain?
Sikap ini menjadi tanda atas sulitnya menerima diri sendiri. Iya, meminta maaf ke orang lain atas suatu hal yang bukan kesalahan, karena sebetulnya kita sendiri belum menerima kekurangan kita sendiri. Ataukah meminta maaf ini adalah salah satu proses untuk menerima? Tapi, kenapa harus ribet-ribet minta maaf ke orang lain, bukannya pada diri sendiri?
Sudahlah, berhentilah meminta maaf atas segala sesuatu yang terjadi pada diri kita—apalagi kalau hal itu nggak ada hubungannya sama orang lain dan (((lagi-lagi))) jelas ITU BUKAN KESALAHAN. Berhenti meminta maaf jika rambut, muka, badan, cara tertawa, atau cara berjalan kita tidak seperti ekspektasi orang lain. Sesempurna apa pun itu, tetap kita nggak akan bisa membahagiakan semua orang.
Lagian, buat apa sih kita meminta maaf untuk sesuatu yang bukan sebuah kesalahan? Terlalu sering meminta maaf, malah menjadikan kata maaf tak lagi berarti apa-apa. Besok-besok, tolong mintanya itu di-upgrade. Jangan minta maaf muluk. Minta saham kek, minta restu, atau apa gitu. Yang sudah jelas lebih menguntungkan. Belum ngalis kok minta maaf. Hadeeeh~