Sedari kecil, saya begitu suka dengan coklat. Well, siapa pula yang tidak suka dengan coklat? Yah, tentu saja coklat yang saya makan saat kecil adalah coklat murahan semisal coklat robin atau coklat ichi ban yang harganya bisa ditebus dengan uang beberapa ratus rupiah saya.
Kebiasaan makan coklat ini kemudian berlanjut sampai dewasa. Sekarang, tiap kali ke Indomaret atau Alfamart untuk membeli sesuatu dan ada kembalian yang tanggung, biasanya saya belikan coklat. Kalau kembaliannya agak lumayan saya belikan kit-kat, kalau kembaliannya cuma berapa ribu, saya belikan Beng-beng.
Kadang kalau sedang punya banyak duit, saya kerap juga beli Silver Queen. Biasanya saya beli dua, kemudian saya taruh kulkas biar dingin dan keras, dan saya klethaki saat malam sembari mengerjakan garapan tulisan.
Nah, dari sekian banyak produk coklat yang pernah saya makan, satu yang paling membekas dalam ingatan saya tentu saja adalah Coklat cap Jago.
Saya mengenal coklat Jago ini sejak harganya masih 250 alias rongatusseket. Dulu bapak saya sering sekali membelikan coklat ini untuk saya setiap pulang kerja.
Ia semacam coklat yang selalu mampu memberikan asa untuk jadi kaya, sebab dulu, di bungkus kertasnya, ada undian berhadiah uang jutaan rupiah yang bisa dimenangkan bila kita mengirimkannya ke alamat PO BOX bla bla bla itu.
Bapak saya paling semangat dengan undian itu. Tak terhitung sudah berapa bungkus yang ia kirimkan. Dan hasilnya tentu saja nihil. Sebab bapak saya memang harus bersaing dengan ribuan bapak-bapak yang lain yang juga menginginkan hadiah yang sama.
Saya selalu merindukan momen-momen itu, momen ketika saya dan bapak saya mengisi amplop dengan bungkus coklat Jago dan menuliskan alamat kami di halaman luar amplopnya sembari berharap nasib mujur menaungi atap keluarga kami.
Momen yang mungkin akan sangat sulit untuk diulang, selain karena coklat Jago sekarang sudah tidak membuka progran undian, juga karena bapak saya sekarang sudah berubah menjadi pria realistis, yang menyadari sepenuhnya bahwa nasib mujur terbaik hanya bisa dicapai dengan bekerja, bukan melalui program undian yang susah dijamin hasilnya.
Di toko dekat kantor tempat saya bekerja, saya masih dengan mudah menemukan coklat yang legendaris ini. Rasanya masih sama. Dan saya masih tetap menggemarinya.
Banyak produk coklat di luaran sana, tapi hanya coklat Jago-lah, coklat yang bisa berkokok, punya jengger, dan bisa bikin bahagia tanpa harus disabung dengan ayam tetangga.