Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Menerka Penderitaan Orang Kaya yang Tak Mungkin Sama dengan Rakyat Jelata

Ajeng Rizka oleh Ajeng Rizka
27 Agustus 2021
A A
ilustrasi Menerka Penderitaan Orang Kaya yang Tak Mungkin Sama dengan Rakyat Jelata mojok.co

ilustrasi Menerka Penderitaan Orang Kaya yang Tak Mungkin Sama dengan Rakyat Jelata mojok.co

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kehidupan orang kaya adalah tema yang begitu basah di media massa. Mereka digambarkan selalu minim derita.

“Menangis di dalam mobil selalu lebih menyenangkan ketimbang menangis di pinggiran jalan sambil kehujanan.” Konsep ini sering dipakai oleh netizen media sosial dalam menggambarkan bagaimana penderitaan orang kaya yang selalu dianggap tidak lebih menyedihkan dari penderitaan orang miskin. Bagaimanapun, orang kaya yang menangis di dalam mobil bisa menyalakan AC, memutar musik kencang, dan bersandar di kursi empuk usai mengalami patah hati. Sedangkan yang miskin, harus rela kehujanan di pinggir jalan sambil meratapi nasibnya yang semakin menyedihkan dan perutnya yang semakin lapar.

Meski agak dangkal, gambaran tersebut seolah-olah menyetujui bahwa uang selalu lebih unggul membeli hal-hal yang menghibur. Bisa jadi konsep ini benar sehingga kita sering menerka-nerka apa saja sebenarnya penderitaan orang kaya. Baiknya ini kita telusuri bersama dengan bekal “tebak-tebak buah manggis”. Sebab, jika di antara kita ada orang kaya, itu lebih tidak mungkin. Mereka pasti tengah sibuk mencari tahu cara untuk berlibur ke luar angkasa.

#1 Perceraian dan pengkhianatan

Sebelum saya benar-benar menjadi carzy rich, saya selalu skeptis dengan dua hal ini. Banyak cerita-cerita seputar pengkhianatan, perceraian, dan kisah keluarga yang tidak harmonis yang menghiasi kehidupan orang kaya. Jujur saya saya sulit percaya, sebab penderitaan ini juga kerap dimiliki orang miskin. Keluarga tak harmonis, perselingkuhan, dan hal kacau balau seputar hubungan interpersonal, juga kendala yang dihadapi orang miskin terkait masalah finansial.

Yang paling masuk akal, pengkhianatan yang sering dialami orang kaya adalah akibat cara pikir mereka yang begitu berbeda. Kita selalu merasa ada tembok besar yang menghalangi si miskin dan si kaya, tentu itu karena sebagian besar orang kaya punya sifat sulit percaya. Sekalinya percaya justru dengan orang yang salah, orang yang memanfaatkan kekayaannya semata. Di salah satu episode SpongeBob Square Pants berjudul “Porous Pocket”, SpongeBob seketika menjadi OKB dan dikelilingi orang-orang yang menghormatinya. Sayang, di akhir episode, ia ditinggalkan karena motivasi orang di sekelilingnya hanyalah uang, bukan persahabatan. Patricklah yang akhirnya menyadarkan SpongeBob bahwa kesetiaan sahabat lebih bermakna daripada uang.

Sebuah drama Korea berjudul Mine juga seolah-olah menyetujui hal ini. Keluarga orang kaya berisikan mereka yang sifatnya layaknya ular berbisa, haus kekuasaan dan legitimasi tidak penting lainnya. Perceraian dan perselingkuhan adalah problem paling standar yang mereka miliki. Namun, setidaknya, ketika sedang resah dan bersedih, mereka bisa membeli kupon lotre dan membanting keramik mahal untuk menghibur diri.

#2 Kekuasaan

Ketika membahas sebuah buku berjudul Bobos in Paradise, seorang dosen yang mengajar di kelas saya pernah menjelaskan betapa pandangan orang kaya begitu berbeda dengan rakyat jelata. Jika rakyat jelata berjuang untuk mencapai uang dan kekayaan, orang-orang borjuis Bohemian menggunakan uang dan kekayaan untuk mencapai kekuasaan. Alih-alih menganggap uang dan kekayaan sebagai tujuan utama, kaum borjuis justru menggunakan apa yang mereka punya untuk mencapai apa yang mereka ingin. Keinginan itu bisa juga berupa kekuasaan, dan kekuasaan itu bisa juga dipandang sebagai “uang” oleh orang miskin.

Oleh karena itu, jika ada orang kaya yang terus-terusan ingin lebih kaya, sebenarnya tujuan yang sedang ingin mereka raih lebih kepada kekuasaan, kehormatan, dan status. Mereka tidak menginginkan uang untuk membeli kebutuhan, mereka menginginkan uang karena itulah simbol kekuasaan yang paling bisa diterima. Jika pejabat pemerintah melakukan korupsi untuk memperkaya diri, pada dasarnya mereka adalah perwujudan orang miskin yang sedang berusaha memiskinkan rakyatnya. Ini perbuatan setan. Tapi, yang jauh lebih setan adalah mereka yang sudah kaya raya dan melakukan korupsi hanya karena menginginkan simbol kekuasaan. Mari kita teriakkan, tai!

#3 Depresi mental

Secara kasat mata, orang kaya memang seharusnya tidak lebih depresi daripada orang miskin. Saya selalu percaya bahwa anggapan uang tidak bisa membeli kebahagian adalah romantisasi kemiskinan. Sebuah penghiburan agar orang yang tidak banyak uang tetap narimo ing pandum. 

Tapi, mari sejenak kita menilik berbagai data dan penelitian yang merekam depresi kaum borjuis. Forbes memberitakan bahwa orang-orang sukses dan kaya raya justru 20% lebih mudah mengalami depresi. Kesehatan mental orang kelas atas selalu jadi sorotan di negara-negara maju. Beberapa studi juga meneliti soal anak orang kaya yang lebih punya banyak kecemasan. Tidak jarang ada yang mengaitkan ini dengan angka bunuh diri. Angka bunuh diri di negara maju jauh lebih besar daripada angka bunuh diri di negara miskin dan berkembang. Namun, data ini terkadang ingin saya sanggah dengan berapa banyak angka kelaparan di negara miskin dan berkembang.

Sebenarnya yang perlu ditegaskan adalah, orang kaya memang punya banyak problem hidup yang memicu mereka merasa depresi tidak berkesudahan. Begitu pula dengan orang miskin yang mau tak mau harus melawan depresi demi bertahan hidup.

BACA JUGA Alasan Kenapa Kita Suka Kepo sama Kehidupan Orang Kaya atau artikel AJENG RIZKA lainnya. 

Terakhir diperbarui pada 27 Agustus 2021 oleh

Tags: crazy richdepresiKekuasaankorupsiorang kaya
Ajeng Rizka

Ajeng Rizka

Penulis, penonton, dan buruh media.

Artikel Terkait

korupsi bikin buruh menderita. MOJOK.CO
Aktual

Korupsi, Pangkal Penderitaan Buruh dan Penghambat Penciptaan Lapangan Kerja

9 Desember 2025
bantul, korupsi politik, budaya korupsi.MOJOK.CO
Ragam

Budaya Korupsi di Indonesia Mengakar karena Warga “Belajar” dari Pemerintahnya

16 September 2025
nadiem makarim, pendidikan indonesia, revolusi 4.0.MOJOK.CO
Aktual

Kasus Nadiem Makarim Menunjukkan Kalau Lembaga Pendidikan Sudah Jadi “Inkubator Koruptor”

8 September 2025
Herlambang P. Wiratraman: Sebab Akibat Kekuasaan yang Antisains dan Dunia Akademik yang Memburuk di Era Jokowi
Video

Herlambang P. Wiratraman: Sebab Akibat Kekuasaan yang Antisains dan Dunia Akademik yang Memburuk di Era Jokowi

28 Januari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

bapakmu kiper.MOJOK.CO

Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper

17 Desember 2025
Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025
Riset dan pengabdian masyarakat perguruan tinggi/universitas di Indonesia masih belum optimal MOJOK.CO

Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan

18 Desember 2025
Peringatan Hari Monyet Ekor Panjang Sedunia di Jogja. MOJOK.CO

Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah

15 Desember 2025
Sirilus Siko (24). Jadi kurir JNE di Surabaya, dapat beasiswa kuliah kampus swasta, dan mengejar mimpi menjadi pemain sepak bola amputasi MOJOK.CO

Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

16 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO

UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

18 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.