MOJOK.CO – Kayaknya mulai banyak cewek yang curhat soal kriteria cowok mereka. Beberapa menilai nemenin cowok dari nol itu sia-sia, tapi banyak yang masih ikhlas-ikhlas aja.
Sebenarnya cewek-cewek cenderung reaktif dengan konten kriteria pacar yang biasanya dibagikan cowok. Rata-rata kriteria tersebut pakai bawa-bawa skill masak, rajin bersih-bersih, dan ada yang menuntut cewek buat nurut. Kriteria yang begini memang banyak mengandung bias karena cenderung mengaitkan cewek dengan peran-peran domestik. Tapi, kalau cewek bahas kriteria cowok, ada unsur toxic masculinity juga nggak ya? Ini juga ada hubungannya sama cewek-cewek yang mau nemenin cowok dari nol.
Sebenarnya nemenin pasangan dari nol banyak ditempuh oleh mereka yang sudah menjalin hubungan sejak lama. Misal, pacaran dari SMA, terus nemenin pasangan sampai masing-masing bisa punya karier sukses. Meskipun manusia nggak layak disamain sama SPBU, tapi boleh lah yang begini ini kita akui sebagai hal romantis. Pasangan yang udah menjalin hubungan bertahun-tahun itu mungkin saking setianya atau malah karena ngga bisa cari yang lain.
Oke, kesampingkan dulu pasangan istimewa yang hubungannya bisa lebih dari sewindu itu. Kita bahas muda-mudi yang sedang beredar di tata surya buat cari pasangan yang cocok. Penginnya serius, lalu nikah. Frasa “nemenin cowok dari nol” sebenarnya adalah puncak komedi, kocak banget, bentuk kepasrahan yang hakiki. Logikanya, kalau ada cowok yang lebih, kenapa pilih yang dari nol? Lagian, apakah ceweknya juga sebegitu tidak berdaya sehingga dia menggantungkan diri pada cowoknya untuk lebih dari nol?
Sebenarnya toxic masculinity saat cowok harus aktif berkarier sementara ceweknya menjadi penyemangat itu klasik. Tidak ada masalah dengan konsep cewek menjadi tulang punggung keluarga ketika keduanya sama-sama legowo. Cowok mau ongkang-ongkang kaki di rumah seharian dan jadi streamer sepanjang hidup juga nggak masalah kalau memang pasangan setuju dan nggak malu. Tapi, yang banyak terjadi memang gengsi cowok mengalahkan segalanya. Ada perasaan “nggak berguna” yang mungkin dirasakan cowok-cowok kalau statusnya lebih useless dari ceweknya sendiri. Beberapa orang juga nggak setuju cowok lepas tangan untuk tidak menafkahi keluarga karena alasan religius. Itulah kenapa, frasa “nemenin cowok dari nol” jadi hal yang lucu dan lebih terdengar sebagai sebuah kepasrahan.
Berjuang bersama pun masih ada kemungkinan sia-sia
Kita boleh bersembunyi di balik alasan cinta-cinta tai kucing, kadung tresno, dan sebagainya. Beberapa orang memilih bertahan walau sengsara ketimbang putus dan terbebas dari kekangan. Meromantisasi pasangan yang berjuang bersama sebenarnya nggak salah, tapi tolong, ending kisah kalian nggak ada yang tahu. Ketika yang berjuang bersama secara pasif saja masih punya kemungkinan sia-sia, apalagi mereka yang rela nemenin cowok dari nol, menunggu, menyemangati, dan terus mendoakan secara pasif.
Nemenin cowok dari nol, tapi cowoknya minus
Bakal menjadi kebodohan paling membagongkan ketika seorang cewek mau nemenin cowok dari nol, tapi kelakuan cowoknya malah minus. Kita boleh saja punya kriteria pacar yang kompleks dan beragam, tapi mbok masalah logika dasar juga dipakai. Ketika ada cowok yang minta ditemenin dari nol, tapi setiap hari bangun siang, kalau week end mager, bahkan nggak punya perencanaan masa depan, lalu apa yang harus diharapkan?
Hey, cewek-cewek, kalau tujuan kalian dari awal memang nemenin dari nol ya nggak masalah, tapi mbok pilih-pilih. Memutuskan buat menerima si doi yang masih nol harus dibarengi kepercayaan bahwa pilihanmu itu sosok yang tekun, mau berubah, dan mau usaha. Kalau cuma pengin sukses doang mah mi goreng juga bisa.
Memang paling realistis rasah yang-yangan sik
Buat para cowok, nggak usah sok-sokan penguin punya pasangan kalau memang masih merasa buruk. Ketika kalian saja menilai diri kalian buruk, gimana orang lain? Makanya, ada yang perlu diubah biar kehidupan makin gerrr, percintaan makin serrr. Istilahnya gini, kalau masih nol, rasah yang-yangan sik. Nggak usah nyari pacar dulu. Biar nggak nggak banyak anak-anak polos yang jadi korban. Kecuali… ketika ada cewek yang dengan lapang dada mau menerima kamu apa adanya, ya sudah, jalani saja. Tapi ya Anda juga berusaha berubah dong hei jangan malah berperilaku minus. Tunjukkan kalau kalian nggak nol-nol amat dan bisa mengimbangi keinginan pasangan.
Begitu ya, para pencari cinta.