Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Mau-maunya Nemenin Cowok dari Nol Saat Perilakunya Aja Masih Minus

Ajeng Rizka oleh Ajeng Rizka
7 Juli 2021
A A
ilustrasi Mau-maunya Nemenin Cowok dari Nol Saat Perilakunya Aja Masih Minus mojok.co

ilustrasi Mau-maunya Nemenin Cowok dari Nol Saat Perilakunya Aja Masih Minus mojok.co

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kayaknya mulai banyak cewek yang curhat soal kriteria cowok mereka. Beberapa menilai nemenin cowok dari nol itu sia-sia, tapi banyak yang masih ikhlas-ikhlas aja.

Sebenarnya cewek-cewek cenderung reaktif dengan konten kriteria pacar yang biasanya dibagikan cowok. Rata-rata kriteria tersebut pakai bawa-bawa skill masak, rajin bersih-bersih, dan ada yang menuntut cewek buat nurut. Kriteria yang begini memang banyak mengandung bias karena cenderung mengaitkan cewek dengan peran-peran domestik. Tapi, kalau cewek bahas kriteria cowok, ada unsur toxic masculinity juga nggak ya? Ini juga ada hubungannya sama cewek-cewek yang mau nemenin cowok dari nol.

Sebenarnya nemenin pasangan dari nol banyak ditempuh oleh mereka yang sudah menjalin hubungan sejak lama. Misal, pacaran dari SMA, terus nemenin pasangan sampai masing-masing bisa punya karier sukses. Meskipun manusia nggak layak disamain sama SPBU, tapi boleh lah yang begini ini kita akui sebagai hal romantis. Pasangan yang udah menjalin hubungan bertahun-tahun itu mungkin saking setianya atau malah karena ngga bisa cari yang lain.

Oke, kesampingkan dulu pasangan istimewa yang hubungannya bisa lebih dari sewindu itu. Kita bahas muda-mudi yang sedang beredar di tata surya buat cari pasangan yang cocok. Penginnya serius, lalu nikah. Frasa “nemenin cowok dari nol” sebenarnya adalah puncak komedi, kocak banget, bentuk kepasrahan yang hakiki. Logikanya, kalau ada cowok yang lebih, kenapa pilih yang dari nol? Lagian, apakah ceweknya juga sebegitu tidak berdaya sehingga dia menggantungkan diri pada cowoknya untuk lebih dari nol?

Sebenarnya toxic masculinity saat cowok harus aktif berkarier sementara ceweknya menjadi penyemangat itu klasik. Tidak ada masalah dengan konsep cewek menjadi tulang punggung keluarga ketika keduanya sama-sama legowo. Cowok mau ongkang-ongkang kaki di rumah seharian dan jadi streamer sepanjang hidup juga nggak masalah kalau memang pasangan setuju dan nggak malu. Tapi, yang banyak terjadi memang gengsi cowok mengalahkan segalanya. Ada perasaan “nggak berguna” yang mungkin dirasakan cowok-cowok kalau statusnya lebih useless dari ceweknya sendiri. Beberapa orang juga nggak setuju cowok lepas tangan untuk tidak menafkahi keluarga karena alasan religius.  Itulah kenapa, frasa “nemenin cowok dari nol” jadi hal yang lucu dan lebih terdengar sebagai sebuah kepasrahan.

Berjuang bersama pun masih ada kemungkinan sia-sia

Kita boleh bersembunyi di balik alasan cinta-cinta tai kucing, kadung tresno, dan sebagainya. Beberapa orang memilih bertahan walau sengsara ketimbang putus dan terbebas dari kekangan. Meromantisasi pasangan yang berjuang bersama sebenarnya nggak salah, tapi tolong, ending kisah kalian nggak ada yang tahu. Ketika yang berjuang bersama secara pasif saja masih punya kemungkinan sia-sia, apalagi mereka yang rela nemenin cowok dari nol, menunggu, menyemangati, dan terus mendoakan secara pasif.

Nemenin cowok dari nol, tapi cowoknya minus

Bakal menjadi kebodohan paling membagongkan ketika seorang cewek mau nemenin cowok dari nol, tapi kelakuan cowoknya malah minus. Kita boleh saja punya kriteria pacar yang kompleks dan beragam, tapi mbok masalah logika dasar juga dipakai. Ketika ada cowok yang minta ditemenin dari nol, tapi setiap hari bangun siang, kalau week end mager, bahkan nggak punya perencanaan masa depan, lalu apa yang harus diharapkan?

Hey, cewek-cewek, kalau tujuan kalian dari awal memang nemenin dari nol ya nggak masalah, tapi mbok pilih-pilih. Memutuskan buat menerima si doi yang masih nol harus dibarengi kepercayaan bahwa pilihanmu itu sosok yang tekun, mau berubah, dan mau usaha. Kalau cuma pengin sukses doang mah mi goreng juga bisa.

Memang paling realistis rasah yang-yangan sik

Buat para cowok, nggak usah sok-sokan penguin punya pasangan kalau memang masih merasa buruk. Ketika kalian saja menilai diri kalian buruk, gimana orang lain? Makanya, ada yang perlu diubah biar kehidupan makin gerrr, percintaan makin serrr. Istilahnya gini, kalau masih nol, rasah yang-yangan sik. Nggak usah nyari pacar dulu. Biar nggak nggak banyak anak-anak polos yang jadi korban. Kecuali… ketika ada cewek yang dengan lapang dada mau menerima kamu apa adanya, ya sudah, jalani saja. Tapi ya Anda juga berusaha berubah dong hei jangan malah berperilaku minus. Tunjukkan kalau kalian nggak nol-nol amat dan bisa mengimbangi keinginan pasangan.

Begitu ya, para pencari cinta.

 

Terakhir diperbarui pada 7 Juli 2021 oleh

Tags: hubunganhubungan asmarakriteria cowokkriteria pacarrumah tangga
Ajeng Rizka

Ajeng Rizka

Penulis, penonton, dan buruh media.

Artikel Terkait

Gorengan, Sumber Konflik Rumah Tangga Paling Nggak Terduga
Pojokan

Gorengan, Sumber Konflik Rumah Tangga Paling Nggak Terduga

28 Juni 2025
Kapankah Saat yang Tepat untuk Putus Cinta? | Semenjana Eps. 6
Video

Kapankah Saat yang Tepat untuk Putus Cinta? | Semenjana Eps. 6

3 Maret 2025
pekerja rumah tangga mojok.co
Hukum

Para Pekerja Rumah Tangga, Kalian Memiliki Hak-Hak Ini lho

2 November 2022
Esai

20 Tahun Sumpah Serapah untuk Bapakku dari Mertuanya karena Kami Tinggal Serumah

20 Desember 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.