MOJOK.CO – Rencana magang 3 semester yang dicanangkan Mendikbud Nadiem Makarim menuai reaksi beragam. Magang satu semester saja sudah ribet, dijadikan 3 semester itu niatnya biar apa?
Mendikbud Nadiem Makarim mencanangkan magang 3 semester sebagai pengganti kelas teori. Dalih Nadiem masih berkutat di argumen menyiapkan mahasiswa agar siap di dunia kerja. Nantinya, mahasiswa hanya diwajibkan kuliah selama 5 semester. SKS pun diganti istilahnya menjadi jam kegiatan, yang mencakup kegiatan belajar di luar kelas dan di dalam kelas.
Jenis-jenis kegiatan yang bisa dilakukan di 3 semester ini adalah magang/kerja praktik, proyek di desa, mengajar di sekolah, pertukaran pelajar, penelitian/riset, wirausaha, dan studi/proyek independen. Setiap kegiatan diwajibkan untuk didampingi oleh dosen pengajar agar kegiatan tersebut berjalan sesuai aturan.
Selain magang, mahasiswa bisa memilih untuk tidak ikut magang dan diganti dengan mengambil mata kuliah di luar jurusan yang diambil. Mata kuliah luar yang diambil berjumlah total 40 SKS, sama dengan magang 2 semester yang dianggap setara 40 SKS. Agak bingung ini, sebenernya magangnya 2 apa 3 semester ini, Bos.
Tempat magang yang direkomendasikan untuk para mahasiswa adalah perusahaan multinasional yang masuk Forbes 500 seperti Toyota, perusahaan teknologi yang punya reputasi signifikan seperti Google dan Apple, startup teknologi macam Tokopedia atau Gojek (cie cie ihir), organisasi multilateral seperti PBB, BUMN dengan peringkat 5 besar seperti Pertamina, dan BUMD dengan peringkat 2 besar di masing-masing sektor macam PT MRT Jakarta.
Banyak pihak yang mengapresiasi langkah Nadiem tersebut. Mereka mendukung langkah ini dengan alasan bahwa nantinya mahasiswa akan siap untuk mengarungi dunia kerja setelah lulus dengan dibekali kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Bukan rahasia kalau banyak yang meragukan fresh graduate karena dinilai tidak punya pengalaman kerja. Dengan ini, sarjana-sarjana baru punya pengalaman yang dibutuhkan oleh perusahaan yang mencari pegawai .
Namu,n tentu saja ini tidak luput dari kritikan. Sejatinya menempuh pendidikan tinggi bukan sekedar memberi gelar di belakang nama, namun mendidik manusia untuk dengan pengetahuan yang lebih maju. Jadi menempuh pendidikan di perguruan tinggi atau universitas bukan semata agar bisa bekerja di perusahaan yang mentereng. Magang sebaiknya tidak menjadi hal yang diperhatikan secara berlebihan, karena masih ada sektor lain yang perlu diperhatikan secara lebih.
Menurut Darmaningtyas selaku pengamat pendidikan, Nadiem perlu mempelajari karakter perguruan tinggi di Indonesia terlebih dahulu. Dia berpendapat bahwa nantinya langkah ini hanyalah menciptakan manusia-manusia pekerja, bukan manusia pemikir. Ujung-ujungnya, bangsa ini akan tetap tertinggal dibanding negara lain yang mencetak manusia pemikir.
“Nadiem itu tidak paham tentang pendidikan tinggi yang beragam. Pendidikan tinggi itu ada politeknik, sekolah tinggi, institut, ada universitas,” kata Darmaningtyas.
Infrastruktur pendidikan dan juga menumbuhkan minat pada jurusan sains dan teknologi adalah hal yang harus jadi prioritas tertinggi Nadiem. Dengan fasilitas pendidikan yang masih seperti ini, sekolah-sekolah tidak layak, biaya yang tingginya nauzubillah, mimpi-mimpi Nadiem tak akan terwujud. Boro-boro mikirin potensi magang, bisa bayar kuliah atau uang gedung saja sudah bersyukur.
Meski sekilas terlihat bagus, namun Nadiem perlu memikirkan bahwa aturan magang di Indonesia ini belum begitu jelas. Ketika magang nanti berujung hanya memberatkan mahasiswanya karena jelas biaya yang dikeluarkan tidak sedikit dan bikin mahasiswa jadi buruh gratisan. Kalau memang mau mendorong aturan ini agar segera berlaku, beri dulu aturan bahwa perusahaan magang harus memberi bayaran yang setimpal, setidaknya nggak dibayar rendah.
Sudah jadi rahasia umum bahwa banyak yang salah mengartikan orang magang adalah tenaga gratis yang bisa dieksploitasi seenaknya. Nadiem harus memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang ada salah satunya adalah eksploitasi mahasiswa oleh pihak perusahaan. Mengenalkan dunia kerja bagus sih, tapi masak ngenalin hal-hal buruk macam dibayar rendah dan kerjaan nggak masuk akal.
BACA JUGA Penelitian Soal Alasan Orang Suka Update Status di Whatsapp dan artikel menarik lainnya di rubrik POJOKAN.