MOJOK.CO – PT Garuda Tauberes sangat cerdik ketika memberi nama. Sebuah kecerdikan yang juga dimiliki oleh orang tua zaman dulu ketika memberi nama untuk anak.
Menteri BUMN, Erick Thohir dibuat tertawa geli ketika kali pertama mendengar nama PT Garuda Tauberes, cucu dari PT Garuda Indonesia. Tapi saya percaya sampeyan yang kali pertama mendengar nama itu juga pasti ketawa.
Bagaimana tidak, nama Garuda Tauberes itu terlalu identik dengan istilah zaman Orde Baru. Dulu, ketika zaman Orde Baru, berkembang sebuah istilah yang disebut “Asal Bapak Senang” atau disingkat (ABS). Kata “bapak” di sana merujuk ke seseorang yang kita semua pasti tahu. Bapak yang kalau senyum manisnya minta ampun itu.
Pokoknya asal Bapak senang. Semuanya beres. Bapak Taunya beres. Kerjakan. Nama Garuda Tauberes memancarkan aura kayak gitu. Mau nggak mau jadi terbayang senyum Pak Jenderal.
Selain ABS, di zaman itu juga ada istilah SDSB, akronim dari Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah. Menurut urban legend yang beredar, singkatan SDSB itu kemudian diplesetkan menjadi Sisca Datang Sudomo Bertekuk Lutut. Sudomo sendiri adalah penggagas SDSB. Perkara siapa itu Sisca, silakan cari informasinya sendiri.
Intinya adalah, istilah di atas, baik ABS maupun SDSB, menjadi abadi. Diingat banyak orang hingga lintas generasi. Selain soal singkatannya yang ikonik, cerita di baliknya juga menjadi alasan.
Maka, izinkan saya untuk memuji kreativitas penamaan Garuda Tauberes. Lho, iya, to. Seiring viralnya kasus Garuda yang kemarin itu, saya yakin nama Garuda Tauberes bakal membekas.
Kepada Detik, Gisneo Pratala, Direktur Teknologi Garuda Tauberes Indonesia, menjelaskan kepanjangan nama Garuda Tauberes. “Tauberes ini sebenarnya singkatan, T transportation, A airlines, U utilities, B beneficial, E effective, R reliable, E efficient, S itu safe.” Sungguh sebuah doa luat biasa yang mengiringi sebuah nama.
“Jadi, Tauberes sebenarnya kita memanfaatkan transportasi berdasarkan pesawat supaya membuat orang lebih untung, efektif, efisien, terjaga, dan aman. Ini sebenarnya namanya aja kita konsep bener-bener mikir banget, karena yang diri’in (mendirikan) milenial kita semangatnya bikin startup, startup kan namanya aneh ada Jalan Tikus, ada Males Banget, ada Gojek, jadi semangat yang diusung itu gimana caranya supaya Tauberes bisa dikenal di masyarakat dengan nama yang unik lah,” kata Gisneo.
Nggak ada yang nyangka, kan kalau nama Garuda Tauberes punya kepanjangan yang sundul langit seperti itu. Saya yakin Pak Erick Thohir bakal manggut-manggut setelah tahu kepanjangannya yang unik.
Kreativitas dari Garuda Tauberes ini mirip dengan kecerdikan nenek saya ketika memberikan nama. Lebih tepatnya nama panggilan, bukan untuk anaknya, tetapi untuk cicit.
Kejadian itu terjadi beberapa saat setelah kakak saya melahirkan anak keduanya. Nama yang diberikan untuk bayi yang baru lahir itu adalah Yosafat Carlo Paksi Yudhistira. Nama panggilannya Carlo.
Tentu saja, lidah orang zaman dulu belum luwes untuk melafalkan nama yang kebarat-baratan. Lidah mereka masih lebih akrab kalau untuk menyebut nama Ponirah, Sukijan, Paijo, atau Sumiyem.
Maka, untuk cicit barunya, nenek saya memberi nama panggilan: Tikno! Sangat ikonik seperti PT Garuda Tauberes.
“Jenenge sopo iki?”
“Yosafat Carlo Paksi Yudhistira,” jawab kakak saya.
“Sopo?”
“Yosafat Carlo Paksi Yudhistira. Panggilane Carlo, Mbah.”
“Haaa?” Nenek saya masih nggak ngeh.
“Yosafat!” Jawab kakak saya pendek.
“Kok jenenge pendek banget. Nama lengkap e sopo?”
Kakak saya menghela napas sejenak…
“Yosafat….”
“Yosafat,” nenek saya mengikuti.
“Carlo.”
“Carlo.”
“Paksi.”
“Paksi.
“Yudhistira.”
“Yudhistira.”
“Yosafat Carlo Paksi Yudhistira.”
“Yosafat anglo? Sopo mau?”
“Kok anglo to Mbah. Koyo meh mbakar sate. Carlo, Mbah! Carlo!” Kakak saya mulai emosi jiwa.
Nenek saya diam sebentar. Mengamati wajah bayi itu dengan seksama.
“Rupane podo anake Sari. Omahe kulon kono. Saiki pindah. Jenenge Tikno. Iki Tikno wae. Gampang.”
Naaaaaaahhh…mulai saat itu, nama Carlo berubah menjadi Tikno. Cerdik sekali seperti manajemen Garuda Tauberes. Nenek saya menggunakan nama mantan tetangga zaman susah dulu untuk menyebut nama anak kakak saya yang kebarat-baratan itu.
“Kae ngopo Tikno nangis,” celetuk nenek saya sekali waktu ketika Carlo menangis karena lapar. Kakak saya cuma bisa menghela napas.
Jadi, apa hubungannya dengan Garuda Tauberes dengan Tikno? Ya nggak ada sih. Cuma lantaran terdengar ikonik, nama-nama itu bakal mudah diingat. Alasan kedua, saya lagi kehabisan ide mau nulis apa. Dah ya….
BACA JUGA Terlalu Dini Menyebut Erick Thohir Sedang Melakukan Gerakan Bersih-Bersih BUMN atau tulisan Yamadipati Seno lainnya.