Hari ini, saya pulang ke Magelang. Dan entah beruntung atau tidak, kepulangan saya hari ini kok ya bertepatan dengan hari kampanye terakhir pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Jokowi-Ma’ruf Amin. Maka, sedari pagi sejak saya berangkat dari Jogja, sepanjang jalan sejak masuk Muntilan, jalanan sudah penuh dengan orang-orang yang sudah bersiap untuk berkampanye.
Di daerah Tempel, saya melihat ratusan polisi sedang briefing. Di jalanan yang lain, polisi-polisi juga sudah mulai berjaga di banyak titik.
Walau banyak pendukung pasangan capres-cawapres 02 Prabowo-Sandiaga mulai mengklaim bahwa Magelang bukan lagi kandang banteng, melainkan sudah menjadi lumbung padi, namun pada kenyataannya, Magelang memang masih didominasi oleh partai banteng.
Kampanye hari terakhir massa Jokowi-Ma’ruf Amin di Magelang hari ini dipusatkan di Lapangan Drh Soepardi, Sawitan, Kabupaten Magelang. Ada beberapa jurkam yang hadir dalam kampanye akbar bertajuk “Kampanye Akbar Magelang Abang” ini, di antaranya adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Nusyirwan Soejono (Anggota DPR RI yang juga Anggota Penugasan Khusus TKN), Saryan Adiyanto (Tim Pemenangan Daerah yang juga Ketua DPC PDIP Kabupaten Magelang). Hadir pula Bupati Magelang Zaenal Arifin yang juga kader PDIP.
Sepanjang jalan Magelang-Jogja, Jalan sarwo Edhie, sampai Jalan Soekarno-Hatta menjadi saksi betapa jalanan penuh dengan massa pawai kampanye. Dari mulai yang membawa atribut Jokowi-Ma’ruf sampai yang membawa atribut partai pengusung Jokowi seperti PDIP, Golkar, sampai PKB yang selama ini memang punya basis massa yang cukup besar di Magelang.
Di jalanan, saya melihat banyak anak-anak dan orang tua yang seperti mendapatkan tontonan. Warga tumpah ruah ke tepi jalan demi melihat orang-orang berpawai sambil mleyer-mbleyer motor sehingga menghasilkan suara yang maha bising dan berisik itu.
Pemandangan yang mau tak mau melemparkan ingatan masa kecil saya yang dulu selalu antusisa tiap kali mendengar suara bleyeran motor saat masa kampanye.
Dulu, di musim kampanye, begitu terdengar suara motor meraung-raung, saya dan banyak kawan langsung berlarian antusias untuk menonton kampanye yang lewat. Tak peduli dari partai mana. Yang penting kampanye. Orang Indonesia kan memang begitu, lihat yang ramai-ramai dikit, rasanya sudah seneng. Nggak perlu yang muluk-muluk.
Dan hari ini, kebahagiaan masa kecil saya seperti terpanggil kembali. Melihat orang-orang bergerombol dengan motor yang knalpotnya dipotong dan diganti kaleng susu Bebelac, kemudian dibleyer-bleyerkan sehingga memunculkan semacam suara yang melodius “Retetet ndona-ndona, retetet ndona-ndona…” rasanya kok ya menyenangkan.
Saya yang sedang makan bersama di sebuah rumah makan Padang di jalan Jogja-Magelang bersama beberapa dosen UMM yang hari ini mengundang saya sebagai pembicara di acara kampus serta-merta langsung keluar dari rumah makan begitu mendengar suara motor meraung-raung.
“Seneng nonton kampanye, tho, Mas?” Tanya salah satu dosen.
“Iya, Buk, kangen jaman cilik…”
Di sosial media, saya membaca temlen. Tak sedikit yang mengeluhkan kelakuan para peserta kampanye yang mereka anggap menganggu ketertiban umum dan bikin berisik jalanan.
Dalam salah satu relung hati yang nggak dalam-dalam amat, saya sebenarnya memang tak setuju dengan kelakuan para peserta pawai ini, sebab pada kenyataannya, mereka memang bikin macet dan berisik. Namun pada sudut hati saya yang lain, mengatakan bahwa kampanye dengan motor yang dibleyer-bleyer ini harus tetap ada.
Tiap kali melihat ibu-ibu dan anak-anak bersuka cita menyambut para peserta kampanye di pinggir jalan, entah kenapa, saya merasa, begitulah seharusnya politik bekerja. Mereka bikin bahagia banyak orang. Menjadi alternatif hiburan yang menyenangkan, tak peduli apa partainya.
Pemilu adalah pesta rakyat. Dan selayaknya pesta, ia seharusnya memang bikin bahagia.
Lantas, orang-orang yang mengeluhkan para peserta kampanye yang berisik itu bagaimana? Ah, barangkali mereka-mereka ini belum pernah merasakan kegembiraan masa kecil saat menyaksikan pawai kampanye dengan aneka keramaian dan keberisikannya.
Ya Tuhan, semoga pemilu tahun ini menyenangkan.
Reteteeeeet… ndona, ndonaaaaaaa…