Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Kadang Kita Memang Butuh Pawai Kampanye yang Berisik dan Bikin Macet itu

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
13 April 2019
A A
kampanye
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Hari ini, saya pulang ke Magelang. Dan entah beruntung atau tidak, kepulangan saya hari ini kok ya bertepatan dengan hari kampanye terakhir pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Jokowi-Ma’ruf Amin. Maka, sedari pagi sejak saya berangkat dari Jogja, sepanjang jalan sejak masuk Muntilan, jalanan sudah penuh dengan orang-orang yang sudah bersiap untuk berkampanye.

Di daerah Tempel, saya melihat ratusan polisi sedang briefing. Di jalanan yang lain, polisi-polisi juga sudah mulai berjaga di banyak titik.

Walau banyak pendukung pasangan capres-cawapres 02 Prabowo-Sandiaga mulai mengklaim bahwa Magelang bukan lagi kandang banteng, melainkan sudah menjadi lumbung padi, namun pada kenyataannya, Magelang memang masih didominasi oleh partai banteng.

Kampanye hari terakhir massa Jokowi-Ma’ruf Amin di Magelang hari ini dipusatkan di Lapangan Drh Soepardi, Sawitan, Kabupaten Magelang. Ada beberapa jurkam yang hadir dalam kampanye akbar bertajuk “Kampanye Akbar Magelang Abang” ini, di antaranya adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Nusyirwan Soejono (Anggota DPR RI yang juga Anggota Penugasan Khusus TKN), Saryan Adiyanto (Tim Pemenangan Daerah yang juga Ketua DPC PDIP Kabupaten Magelang). Hadir pula Bupati Magelang Zaenal Arifin yang juga kader PDIP.

Sepanjang jalan Magelang-Jogja, Jalan sarwo Edhie, sampai Jalan Soekarno-Hatta menjadi saksi betapa jalanan penuh dengan massa pawai kampanye. Dari mulai yang membawa atribut Jokowi-Ma’ruf sampai yang membawa atribut partai pengusung Jokowi seperti PDIP, Golkar, sampai PKB yang selama ini memang punya basis massa yang cukup besar di Magelang.

Di jalanan, saya melihat banyak anak-anak dan orang tua yang seperti mendapatkan tontonan. Warga tumpah ruah ke tepi jalan demi melihat orang-orang berpawai sambil mleyer-mbleyer motor sehingga menghasilkan suara yang maha bising dan berisik itu.

Pemandangan yang mau tak mau melemparkan ingatan masa kecil saya yang dulu selalu antusisa tiap kali mendengar suara bleyeran motor saat masa kampanye.

Dulu, di musim kampanye, begitu terdengar suara motor meraung-raung, saya dan banyak kawan langsung berlarian antusias untuk menonton kampanye yang lewat. Tak peduli dari partai mana. Yang penting kampanye. Orang Indonesia kan memang begitu, lihat yang ramai-ramai dikit, rasanya sudah seneng. Nggak perlu yang muluk-muluk.

Dan hari ini, kebahagiaan masa kecil saya seperti terpanggil kembali. Melihat orang-orang bergerombol dengan motor yang knalpotnya dipotong dan diganti kaleng susu Bebelac, kemudian dibleyer-bleyerkan sehingga memunculkan semacam suara yang melodius “Retetet ndona-ndona, retetet ndona-ndona…” rasanya kok ya menyenangkan.

Saya yang sedang makan bersama di sebuah rumah makan Padang di jalan Jogja-Magelang bersama beberapa dosen UMM yang hari ini mengundang saya sebagai pembicara di acara kampus serta-merta langsung keluar dari rumah makan begitu mendengar suara motor meraung-raung.

“Seneng nonton kampanye, tho, Mas?” Tanya salah satu dosen.

“Iya, Buk, kangen jaman cilik…”

Di sosial media, saya membaca temlen. Tak sedikit yang mengeluhkan kelakuan para peserta kampanye yang mereka anggap menganggu ketertiban umum dan bikin berisik jalanan.

Dalam salah satu relung hati yang nggak dalam-dalam amat, saya sebenarnya memang tak setuju dengan kelakuan para peserta pawai ini, sebab pada kenyataannya, mereka memang bikin macet dan berisik. Namun pada sudut hati saya yang lain, mengatakan bahwa kampanye dengan motor yang dibleyer-bleyer ini harus tetap ada.

Iklan

Tiap kali melihat ibu-ibu dan anak-anak bersuka cita menyambut para peserta kampanye di pinggir jalan, entah kenapa, saya merasa, begitulah seharusnya politik bekerja. Mereka bikin bahagia banyak orang. Menjadi alternatif hiburan yang menyenangkan, tak peduli apa partainya.

Pemilu adalah pesta rakyat. Dan selayaknya pesta, ia seharusnya memang bikin bahagia.

Lantas, orang-orang yang mengeluhkan para peserta kampanye yang berisik itu bagaimana? Ah, barangkali mereka-mereka ini belum pernah merasakan kegembiraan masa kecil saat menyaksikan pawai kampanye dengan aneka keramaian dan keberisikannya.

Ya Tuhan, semoga pemilu tahun ini menyenangkan.

Reteteeeeet… ndona, ndonaaaaaaa…

Terakhir diperbarui pada 13 April 2019 oleh

Tags: kampanyemagelangpdip
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

5 Hal yang Lumrah di Bekasi tapi Nggak Bisa Ditemukan di Muntilan Magelang
Pojokan

5 Hal yang Lumrah di Bekasi tapi Nggak Bisa Ditemukan di Muntilan Magelang

20 Oktober 2025
Pengunjung menikmati Borobudur Sunrise di Magelang. (Doc. InJourney)
Kilas

Pengalaman Wisatawan Menikmati Borobudur Sunrise, Datang dari Subuh untuk Melihat Rona Matahari Jingga

20 Oktober 2025
4 Hal Tidak Menyenangkan di Magelang buat Kapok Wisatawan
Pojokan

4 Hal Tidak Menyenangkan di Magelang buat Kapok Wisatawan

17 Oktober 2025
Muntilan Magelang Menjebak Pendatang, Menyesal Pindah ke Sini
Pojokan

Muntilan Magelang Menjebak Pendatang, Menyesal Pindah ke Sini

14 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.