MOJOK.CO – Jack Ma pensiun dari Alibaba dan bukan lagi menjadi orang terkaya di China. Namun, kelihaiannya berbisnis tanpa latar pendidikan teknologi, membuatnya pantas menjadi icon.
Pendiri raksasa e-commerce Alibaba Group, Jack Ma, menyatakan pensiun pada hari ini (10/09/2019), tepat di hari ulang tahunnya. Ia meninggalkan perusahaan yang didirikannya pada 20 tahun silam kepada penerusnya, Daniel Zhang.
Meski resmi pensiun dari posisi Chairman, ia tetap menjadi penasihat dan anggota seumur hidup Alibaba Partnership. Suatu hal yang dikritisi bahwa Jack Ma tidak betul-betul meninggalkan Alibaba. Alias ia ingin dikesankan pergi saat Alibaba masih dalam keadaan berjaya.
Jack Ma memutuskan pensiun di usia 55 tahun. Tentu saja, mundurnya ini dapat dibilang tidak biasa karena bukan suatu hal yang lazim bagi pendiri perusahaan teknologi besar untuk pensiun di usia sedini itu. Pasalnya, banyak pendiri perusahaan di China bekerja sampai umur 70-an. Bisa dikatakan, Jack Ma telah memenuhi niatnya yang pengin pensiun di usia yang lebih muda dari Bill Gates. Bill Gates sendiri pensiun dari Microsoft di usia 58 tahun pada 2014 silam.
Alasannya untuk pensiun dini sendiri adalah, “Aku takkan pernah meninggalkan perusahaan jika waktunya tidak bagus. Jika perusahaan ini ingin terus ada, jika kita serius soal visi, kita harus melakukan transisi perusahaan pada generasi selanjutnya dan aku harus melakukannya saat muda.”
Sebagai seorang bisnisman, ia memang dipandang sebagai sosok yang betul-betul sukses. Meski sebenarnya, di China sendiri kekayaannya sudah disalip oleh Ma Huateng, seorang pendiri Tencent Group WeChat. Akan tetapi, bagaimanapun juga Jack Ma tetaplah seorang icon.
Kekayaan juragan besar dari China ini menurut catatan Forbes tahun 2018, sebesar US$ 41,4 miliar, yang kalau dirupiahkan setara dengan Rp 578 triliun. Atau kalau angka “0”-nya ditulis lengkap menjadi Rp578.000.000.000.000. Fyi, perlu dicamkan kalau kekayaan tersebut hanyalah yang berhasil diketahui dan diperkirakan. Belum yang “lain-lain”.
Jalan panjang bisnis Alibaba ini dimulai pada tahun 1995, saat Jack Ma pertama kali ke Amerika. Di sana, ia mencoba teknologi internet. Ia mencoba mengetik kata “beer” di mesin pencarian internet. Dan ia terkejut karena tidak menemukan bir buatan China yang muncul di mesin pencarian tersebut.
Perasaan sedih dan terkejut yang ia rasakan justru membuatnya terinspirasi mendirikan perusahaan internet di negaranyan sendiri. Ya, bisa dibayangkan lah ya, saat akses internet masih ngos-ngosan, justru ia berani untuk memulai sebuah bisnis berbasis internet. Bahkan tanpa latar belakang pendidikan teknologi sekalipun.
Setelah pensiun nanti, ia akan berkecimpung di semesta filantropi. Hal ini telah Jack Ma persiapkan sebelumnya dengan mendirikan Jack Ma Foundation sejak tahun 2014. Lantaran ia adalah mantan guru bahasa Inggris, maka sektor yang menarik perhatiannya adalah dunia pendidikan. Khususnya untuk memperbaiki sistem pendidikan yang ada di daerah-daerah kumuh China.
Ia ingin mengembangkan talenta-talenta muda yang bisa menonjol di Alibaba sepeninggal dirinya. Kalau dalam teori psikologinya Eric Erikson sih, tahapan hidup yang sedang dijalani oleh Jack Ma adalah generatifitas. Memastikan bahwa di masa tuanya, ia masih dapat meneruskan ilmu-ilmu yang dimiliki pada generasi berikutnya.
“Guru selalu ingin siswanya melebihi mereka, jadi tanggung jawab saya dan perusahaan adalah mempersilakan orang yang lebih muda dan lebih berbakat mengambil peran pemimpin,” begitu ungkapnya.
Lantaran kelihaiannya dalam berbisnis dan kiprahnya sebagai mantan guru, menjadi tidak aneh ia dan Alibaba sempat dirayu oleh banyak pimpinan negara untuk menjadi penasihat ekonomi. Di antaranya Presiden Joko Widodo dan David Cameron yang menjabat sebagai perdana menteri Inggris, yang meminta bantuan baik pada Jack Ma maupun Alibaba.
Pertumbuhan Alibaba yang pesat memang cukup bikin banyak orang terpana. Apalagi, seperti diketahui, ia membangun itu semua tanpa punya latar pendidikan di bidang teknologi. Tentu ini menciptakan tatanan yang berbeda. Tidak seperti Mark Zuckerberg dengan Facebook-nya, mendiang Steve Jobs dengan Apple-nya, ataupun Bill Gates dengan Microsoft-nya.
Keawamannya soal teknologi-lah yang membuatnya membangun Alibaba dengan perspektif konsumen. Dan justru inilah yang membuat Alibaba berkembang.
Seperti dikutip dari Tirto.id, “Jack Ma memang memesona. Kisah hidupnya dari seorang guru hingga menjadi milyader kaya raya menghiasi dinding-dinding media. Kutipan-kutipannya sering digunakan para motivator untuk mencambuk orang agar mau berubah.”
BACA JUGA Cara Jitu Menjadi Kaya oleh Orang yang Sudah Kaya Raya Duluan dan tulisan Audian Laili lainnya