MOJOK.CO – Menko Perekonomian Airlangga Hartarto baru saja meresmikan investasi IQOS-HEETS. Produk untuk perokok, tapi bukan rokok dan bukan vape.
Pabrik IQOS-HEETS atau produk tembakau inovatif bebas asap PT HM Sampoerna baru saja diresmikan Airlangga Hartarto di Karawang. Turut hadir pula Menteri Investasi Bahlil Lahadalia dan Ketua Umum KADIN Arsjad Rasjid.
Masalahnya, belum semua orang tahu apa itu IQOS dan apa bedanya ia dengan rokok dan vape. Philip Morris mengklaim bahwa IQOS termasuk alat rokok elektrik yang cenderung “lebih aman” karena cara kerjanya dipanaskan, bukan dibakar. Produk yang dipanaskan adalah tembakau, bukan liquid yang biasa digunakan dalam vape atau vapor.
IQOS memungkinkan pengguna memasukkan stik tembakau pada alatnya, lalu diisap. Penggunaan alat ini juga perlu perawatan intensif, perlu pengisian daya layaknya vape. Namun, ini bukanlah JUUL dan Rubi yang sudah banyak dipakai.
Konsep ini sebetulnya diambil untuk menengahi penggunaan rokok dan vape. Jika rokok menggunakan tembakau yang dibakar dan diisap sehingga menghasilkan asap, vape justru sebaliknya. Ia menggunakan liquid, cairan kimia berbagai rasa yang dipanaskan dan menghasilkan uap. Untuk mengadopsi fungsi keduanya, hadirlah IQOS sebagai sebuah alat alternatif merokok tanpa asap, tapi masih dengan tembakau.
IQOS dan penerimaan pasar
Dari sisi pemasaran, Philip Morris mengampanyekan bahwa tembakau yang dipanaskan alih-alih dibakar ini cenderung lebih aman. Pembakaran tembakau dianggap lebih berbahaya karena bersifat karsinogen atau memicu kanker. Sayangnya, “lebih aman” bukan berarti sama sekali tidak berbahaya.
IQOS sudah diterima di pasar Amerika dan mulai digunakan pada 2019. Saat ini IQOS bahkan menjangkau pasar Eropa, Jepang, dan berbagai negara di Asia. Secara resmi Philip Morris memang sudah mengantongi izin pemasaran dari FDA (Food and Drugs Administration), namun bukan berarti perdebatan mengenai dampaknya tidak bergulir di berbagai negara.
Sebelumnya, perokok memiliki alternatif untuk mengisap vape yang terlepas dari tembakau sebagai bahan baku. Liquid atau cairan yang digunakan mengandung berbagai rasa untuk memberikan sensasi menyenangkan pada perokok. Namun, produk ini juga bukan berarti aman. Penelitian yang telah dilakukan dianggap tidak cukup membuktikan dampak buruk dan dampak baiknya. Sampai sekarang, vape masih diperdebatkan apakah lebih aman atau justru lebih membahayakan karena minimnya kasus yang tersedia dan sempitnya jangkauan penelitian yang telah dibuat.
Modifikasi yang dilakukan Philip Morris akhirnya melahirkan IQOS, alat isap tembakau, rokok elektrik tanpa liquid dan tanpa asap. Produk ini juga sudah banyak dijual di Indonesia meski pabriknya belum resmi berdiri.
Kegamangan soal klaim “lebih sehat”
Pihak produsen IQOS tentu saja memproduksi alat ini sebagai sebuah terobosan dan inovasi untuk perokok. Mereka berharap produk HNB (Heat Not Burn) bisa membantu perokok untuk tetap mengonsumsi nikotin, namun terhindar dari risiko berat merokok.
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menguji apakah produk HNB ini lebih aman atau tidak. Hasilnya, bervariasi. Di satu sisi ada yang mengklaim bahwa tidak membakar tembakau tentu lebih baik dari membakarnya, di sisi lain hasil penelitian justru menunjukkan bahwa keduanya punya efek yang sama.
Maher Karam-Hage dari Tobacco Treatment Program memang menilai seharusnya produk HNB seperti IQOS lebih aman ketimbang mengisap rokok secara tradisional. Tapi, bukan berarti ini akan membebaskan orang dari efek buruk tembakau. Keduanya menggunakan bahan dasar tembakau, dan bahan kimia yang dilepaskan oleh tembakau sama-sama berbahaya.
IQOS mungkin bisa jadi alternatif untuk orang-orang yang ingin berhenti dan mengurangi rokok. Tapi, efek jangka panjangnya sejauh ini belum diketahui karena produk ini tergolong baru. Penelitian lain justru mengklaim bahwa menggunakan IQOS mungkin akan lebih menyulitkan perokok untuk berhenti.
Sensasi menggunakan IQOS
Kebanyakan pengguna IQOS merasakan sensasi seperti rokok elektrik pada umumnya. Namun, berbeda dengan vape, alat ini justru tidak banyak menghadirkan aroma dan cenderung memberikan sensasi rasa masam karena hasil dari pemanasan tembakau.
IQOS juga konon menimbulkan rasa di tenggorokan yang cukup kuat ketimbang rokok elektrik. Beberapa perokok berat mungkin akan suka, tapi yang telah terbiasa menggunakan vape tidak akan mendapatkan sensasi rasa segar dan aneka aroma enak yang biasa mereka dapatkan.
Positifnya, IQOS mungkin bakal lebih ramah terhadap perokok pasif karena setidaknya ia tidak akan “mengganggu” layaknya vape dengan uap yang sangat banyak dan beraroma macam-macam.
BACA JUGA Cukai Vape, Keadilan bagi Seluruh Asap Indonesia dan artikel lainnya di POJOKAN.