Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Hobi Arthur Irawan yang Berbahaya dan Pentingnya Mendengar Nasihat Orang Tua

King Arthur sedang jadi bahan rasan-rasan paling gurih sepanjang pekan ini. Main nggak becus, tapi selalu "starting line-up" di PSS Sleman.

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
2 Oktober 2021
A A
Arthur Irawan Dipanggil Timnas Bukan Pengalihan Isu Liga 1 Tanpa Degradasi MOJOK.CO

Arthur Irawan Dipanggil Timnas Bukan Pengalihan Isu Liga 1 Tanpa Degradasi MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Hobi orang kaya memang kadang berbahaya. Tidak di Squid Game, tidak di sepak bola seperti yang dilakukan Arthur Irawan.

Dalam sepekan terakhir, harus diakui Arthur Irawan membuktikan diri bahwa dirinya kini selevel dengan Nicklas Bendtner.

Bukan, bukan dalan level permainan yang sama di atas lapangan tentunya, melainkan kesamaan level pada kemampuan menarik perhatian fans sepak bola. Jika pun ada perbedaan di antara keduanya, paling cuma soal sematan gelar saja. Yang satu bergelar “Lord” yang satu bergelar “King”.

Kehadiran Arthur di kancah sepak bola nasional memang sudah memunculkan cerita-cerita minor. Saat di Persebaya pada 2018 lalu, dirinya justru kerap menjadi beban tim alih-alih berkontribusi. Pun ketika akhirnya Arthur berlabuh ke PSS Sleman.

Kehadirannya sebagai bek kiri, kerap jadi bahan ghibah yang gurih tiap kali PSS Sleman bermain. Seperti yang dilakukan oleh teman-teman di sekitar saya di Sleman. Permainan yang tanpa progres, hanya main aman dengan umpan-umpan ke belakang, dan tak jarang suka berkontribusi membuka ruang untuk lawan.

sedikit cuplikan Arthur irawan yg membuat repot tim sendiri pic.twitter.com/tI4sOmKsIm

— Arief Dp (@lahngopocok) May 7, 2021


Kalaupun ada hal positif dari Arthur Irawan, barangkali hanya pada soal kemampuannya membalikkan semua kredo soal permainan sepak bola.

Bahwa dulu, sepak bola dipercaya sebagai sebuah permainan tim. Tapi Arthur Irawan kini membawa kredo baru, bahwa dalam sepak bola, permainan individu seorang pemain bisa menentukan menang-kalah tim.

Bedanya, jika Cristiano Ronaldo atau Lionel Messi bisa menentukan kemenangan timnya, sedangkan Arthur punya kemampuan juga untuk menentukan kemenangan tim, cuma tim yang dia lawan.

Meski begitu, dalam sepekan ini, banyak orang yang mencurigai “kemampuan” Arthur Irawan menjamin dirinya selalu menjadi starting line-up (ketika di saat yang bersamaan ada lebih banyak pemain yang jauh lebih baik) semakin menguat. Terutama mengingat kontribusi minornya di atas lapangan.

Bahkan belakangan, ketika kalah 1-3 lawan Persabaya, fans PSS Sleman muntab karena Arthur diplot menggantikan posisi sang kapten, Bagus Nirwanto. Hal yang bisa dibilang sebagai tindakan paling memancing air keruh sepanjang Dejan Antonic melatih klub ini.

Soal itu, isu bahwa Arthur diduga memiliki koneksi yang bisa menekan dapur taktik pelatih Dejan Antonic agar bisa selalu dimainkan makin kenceng. Meski saya sendiri, yang juga menjadi fans PSS Sleman sejak lahir ceprot, awalnya tidak mudah percaya dengan isu busuk seperti itu.

Sebagai seorang pemain profesional yang sudah malang melintang dari akademi Espanyol, Malaga, Waasland-Beveren di Belgia, sampai Lytham Town di Inggris, tidak mungkin Arthur memainkan cara-cara kotor di balik meja seperti itu.

Masalahnya, belakangan hal-hal nggilani yang ada di atas lapangan membuat dugaan-dugaan betapa berpengaruhnya Arthur ke ruang taktik Dejan Antonic makin kerasa dan tak bisa lagi ditutup-tutupi.

Meski begitu, saya bisa memahami kenapa Arthur kelihatan bermain begitu jelek dibandingkan teman-temannya. Hal yang masuk akal kalau kita melihat ini dari latar belakang Arthur main bola dibandingkan rekan-rekannya di PSS Sleman.

Iklan

Pertama, Arthur adalah orang yang memang sudah sangat berkecukupan. Soal cerita mengenai seberapa kaya dan berpengaruhnya Arthur ini sudah menjadi foklor yang umum di kalangan fans PSS Sleman sejak pertama kali dia datang.

Mentalitas inilah yang membuat Arthur jadi sangat berbeda dengan beberapa pemain satu timnya. Bagi rekan-rekan Arthur di lapangan, sepak bola adalah mata pencaharian untuk menghidupi keluarganya, sedangkan bagi Arthur, sepak bola hanya sebagai hobi.

Dan, di sinilah permasalahannya bermula.

Jika dari 11 pemain, 10 pemain bermain untuk keberlangsungan karier mereka dan ada satu pemain bermain karena itu adalah hobinya, maka pantaslah kalau komentator televisi pada laga PSS Sleman versus Persebaya kemarin sampai bilang… “Arthur Irawan, lagi-lagi, menjadi titik lemah PSS Sleman pada laga malam ini.”

Arthur Irawan disebut terus sama komentator soccer channel wkwkwk Arthur Irawan tidak mengejar, Arthur Irawan kemana Arthur Irawan wkwkw 😂 pic.twitter.com/SCnu7plBiD

— Septian Anggara (@SeptianDesu) September 29, 2021

Kedua, “hobi berbahaya” dari Arthur ini sebenarnya sudah diwanti-wanti oleh orang tua Arthur sendiri. Arthur pernah cerita bahwa dirinya dulu dilarang orang tuanya untuk menjadi pesepakbola profesional.

“Mereka meminta saya untuk menjadi pebisnis,” kata Arthur pada 2012 saat diwawancarai Tribunnews.com. Bahkan Arthur sendiri mengaku bahwa kepergiannya ke Eropa itu, “Bukan untuk bermain sepak bola,” katanya.

Persoalannya, Arthur cukup ngotot untuk melawan balik nasihat orang tuanya kala itu. Ini mentalitas yang benar kalau kamu memang cukup bagus di bidang yang kamu geluti, tapi kalau tidak ya itu bisa jadi backfire yang berbahaya.

“Saya berjanji kepada mereka untuk membuktikan bahwa saya bisa memberikan yang terbaik dan membawa nama keluarga melalui sepak bola. Mereka pun akhirnya mengerti dan mendukung saya.”

Oke, itu wawancara tahun 2012 lalu, masa ketika Arthur Irawan masih digadang-gadang sebagai bakat terbaik Indonesia hanya karena bermain untuk Espanyol. Kenyataannya, hampir 10 tahun kemudian, semua orang kini bisa mengukur sejauh apa kualitas seorang Arthur Irawan.

Anehnya, jika benar dengan kondisi seperti sekarang Arthur masih didukung oleh keluarganya, maka akan ada banyak pertanyaan yang diajukan oleh saya dan juga fans PSS Sleman di luar sana selain, “Arthur Irawan kuwi sopooo?”

Pertanyaan-pertanyaan seperti, “Kenapa orang tuanya malah mendukung hobi berbahaya anaknya?” atau “Kenapa Arthur tidak mendengarkan nasihat orang tuanya saja?”

Sebab, permainan berbahaya Arthur ini tanpa disadarinya bisa mematikan karier sepak bola rekan-rekannya. Karena, jika toh karier Arthur mandek di PSS Sleman, orang-orang seperti dirinya masih bisa dengan enteng pindah-pindah klub karena punya “sesuatu” yang tidak dimengerti oleh orang-orang kecil.

Belum dengan peluang usaha lain sebagai seorang pebisnis. Artinya, secara peluang risiko, hobi berbahaya Arthur ini tidak berbahaya buat dia, tapi bahaya buat rekan-rekannya.

Arthur seolah tidak sadar bahwa orang-orang di dalam timnya sudah kadung memercayakan sepak bola untuk menghidupi keluarganya, jika pertaruhan ini gagal, mereka bisa kelimpungan lagi mencari kerjaan lain.

Sialnya, mereka kini malah dipaksa “mengalah” hanya karena ada orang yang ingin memainkan hobinya dengan riang gembira di atas profesi berisiko orang lain.

Sesuatu yang secara konsep, tak beda jauh dengan mentalitas seseorang yang bikin Squid Game. Sebuah hobi yang sama-sama berisiko dan sama-sama berbahaya.

Oke deh. Punya hobi memacu adrenalin kayak gitu memang nggak apa-apa, tapi hambok plis jangan terus pakainya adrenalinnya orang lain juga. Pakai punya sendiri emang kenapa?

BACA JUGA Arthur Kuwi Sopo: Bahaya Masalah Internal PSS Sleman dan tulisan Ahmad Khadafi lainnya.

Terakhir diperbarui pada 2 Oktober 2021 oleh

Tags: Arthur Irawanpss slemanSepak Bolasquid game
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Aksi Joyce Beatricia Adana Putri Bintang, pemain tengah tim KU 10 SDN Cemara Dua di ajang MilkLife Soccer Challenge Solo Seri 1 2025 yang berlangsung di Lapangan Kota Barat, Sabtu (1/11) MOJOK.CO
Olah Raga

1.736 Siswi dari 92 Sekolah di Solo Raya Ikuti MilkLife Soccer Challenge Seri 1

1 November 2025
Orang yang Kasar pas Main Mini Soccer Baiknya Memang Dipegangin Kepalanya Bareng-bareng, Lalu Dijedotin ke Gapura 182 Kali
Pojokan

Orang yang Kasar pas Main Mini Soccer Baiknya Memang Dipegangin Kepalanya Bareng-bareng, lalu Dijedotin ke Gapura 182 Kali

27 Juni 2025
SD Kanisius Duwet Juara MilkLife Soccer Challenge 2025: Berawal dari Anak-anak yang Takut Bola MOJOK.CO
Ragam

SD Kanisius Duwet Juara MilkLife Soccer Challenge 2025: Berawal dari Anak-anak yang Takut Bola

23 Juni 2025
Anaknya Ceweknya Punya Bakat, Jadi Rebutan Klub Sepak Bola, tapi Ayahnya Larang Nonton di Stadion MOJOK.CO
Ragam

Seorang Ayah yang Menolak Tawaran Tiga Klub Sepak Bola yang Ingin Meminang Anak Perempuannya

20 Juni 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Hari ibu adalah perayaan untuk seluruh perempuan. MOJOK.CO

Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya

24 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
Era transaksi non-tunai/pembayaran digital seperti QRIS: uang tunai ditolak, bisa ciptakan kesenjangan sosial, hingga sanksi pidana ke pelaku usaha MOJOK.CO

Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha

26 Desember 2025
Event seni budaya jadi daya tarik lain wisata ke Kota Semarang selama libur Nataru MOJOK.CO

Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya

26 Desember 2025
38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal. MOJOK.CO

Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal

26 Desember 2025
Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan MOJOK

Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan

21 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.