MOJOK.CO – Video Ustaz Felix Siauw kasih pandangan soal kasus ibu-ibu dan anjingnya masuk masjid ujung-ujungnya tetap khilafah. Cuma umat sok bijak aja yang nggak sepakat.
Berhari-hari timeline media sosial dibanjiri oleh anjing. Iya, anjing semua. Usai gontok-gontokkan soal copras-capres, lagi dan lagi muncul orang-orang sok bijak yang mengatasnamakan agama Islam sebagai agama rahmatan lil alamin. Hadeh, nggak tobat-tobat juga orang-orang model begini ini.
Gara-garanya padahal nggak sepele. Seorang ibu-ibu masuk masjid marah-marah sambil bawa anjing di Bogor beberapa waktu silam. Wah ini kan udah penistaan kelas berat. Bawa anjing lho. Anjing. Itu kan haram banget. Udah haram, najis lagi. Mana yang bawa ternyata mengidap Schizophrenia Paranoia lagi. Wah dobel-dobel.
Masa umat Islam nggak boleh marah kalau ada seseorang dengan “tidak sadar” bawa anjing ke masjid? Lha kalau nanti ada yang mikir, wah kena Schizophrenia Paranoia aja boleh bawa anjing ke masjid sambil marah-marah, apalagi kalau sehat walafiat. Wah ini kan buahaya. Nggak boleh dibiarkan!
Makanya itu, ya boleh dong kalau umat marah sampai membawa ini ke meja pengadilan. Simbol keyakinan kok diusik. Lagian, marah itu kan manusiawi. Apalagi kalau kemarahan ini dilandaskan pada agama. Kan kemarahannya jadi suci. Ngamuk itu nggak apa-apa, asal suci alasannya.
Apalagi ketika uztaz tercinta kita semua, Ustaz Felix Siauw yang dirahmati Allah, bikin video penjelasan soal kasus ini, lalu tiba-tiba saja blio diserang oleh akun-akun dan tulisan-tulisan para aktipis Islam kebarat-baratan.
Dalam videonya yang berdurasi 8 menit 28 detik itu, Ustaz Felix Siauw menyadarkan kita semua bahwa kita jadi umat itu jangan yang sok bijak. Lebih baik itu jadi umat yang reaktif. Jadi bisa bergerak lebih cepat.
Ya maklum, orang kalau sok bijak itu kan cenderung lambat. Geraknya lemot. Apa-apa pakai dipikir, diverifikasi, dicek dulu, ditimbang dulu, dianalisis dulu. Ealaah, kelamaan. Keburu Islam digencot sama Illuminati woy.
Dari video itu pula, Ustaz Felix Siauw memberi pencerahan yang luar biasa. Terutama komentar blio soal banyaknya umat Islam sok bijak yang membawa-bawa riwayat Nabi Muhammad ketika mengatasi persoalan seorang Badui yang kencing di masjid.
Dari riwayat itu, Nabi Muhammad nggak marah memang. Bahkan Nabi Muhammad menenangkan banyak sahabat yang marah, bahwa tidak mengapa, tidak usah marah. Orang Badui itu kan nggak tahu. Jadi nggak apa-apa. Kira-kira gitu.
Nah, riwayat yang digunakan ini kan nggak Vivo to Vivo. Kejauhan banget kalau umat Islam sok bijak ini. Itu kan kejadian udah lama banget, ya nggak bisa dong kalau diterapin zaman sekarang yang udah modern gini.
Apalagi kondisi si Badui itu kan sehat walafiat, sedangkan si ibu-ibu ini kan mengidap Schizophrenia Paranoia. Jadi ya nggak bisa dong dibanding-bandingin. Enak aja. Pokoknya nggak bisa.
Nabi Muhammad saat itu nggak marah karena beliau tahu betul kalau orang Badui itu benar-benar nggak paham apa itu area masjid. Lha umat Islam yang sok bijak itu kan nggak tahu. Nggak tahu kalau si ibu-ibu itu beneran Schizophrenia Paranoia atau nggak. Mereka kan tahunya dari media doang.
Soalnya yang boleh kena kelainan jiwa itu ya cuma caleg gagal aja. Ibu-ibu ya mana mungkin bisa kena. Hm, mencurigation dan penuh hawa-hawa konspirativ memang.
Ya kan di tengah-tengah zaman informasi rancu di rezim ini, media-media besar selalu beritakan hal-hal buruk soal apapun tentang turunan produk khilafah, termasuk ide-ide brilian Ustaz Felix Siauw. Sebagai umat yang baik ya seharusnya kita nggak gampang percaya. Percaya itu ya sama broadcast di wasap grup keluarga, video di Youtube, atau media-media meme. Itu.
Lebih daripada itu, Ustaz Felix Siauw juga sudah menjelaskan bahwa, “Kalau seandainya orang-orang yang ngomong zaman Nabi itu begini, begini, begini, hadisnya begini, lalu ke mana aja Anda ketika orang-orang Muslim menginginkan bahwa apa yang terjadi di masa Rasulullah itu kembali lagi untuk kita terapkan sekarang? Kepimpinan Abu Bakar, kepemimpinan Umar bin Khattab, kepemimpinan Utsman bin ‘Affan, kepemimpinan Ali bin Abi Tholib.”
Ustaz Felix Siauw sudah benar. Dengan kepemimpinan ala khalifah, kita jelas nggak akan mengalami kejadian-kejadian seperti ini. Lha iya dong. Orang yang menderita penyakit kejiwaan itu kan biasanya caleg gagal. Kalau kita menerapkan khilafah, maka bisa dipastikan setengah kemungkinan orang yang menderita penyakit kejiwaan bisa dihilangkan.
Lalu gimana caranya menghilangkan kemungkinan orang kena penyakit jiwa karena jadi caleg gagal?
Ya kita harus ubah sistem negara ini menjadi tanpa perlu ada colag-caleg lagi. Dan di antara semua sistem di dunia ini, cuma sistem khilafah yang memungkinkan hal itu bisa terjadi.
Nah, ketika sistem colag-caleg nggak ada lagi. Maka orang dengan kelainan jiwa karena jadi caleg gagal otomatis juga nggak ada. Akhirnya, hilang deh orang-orang stres di Indonesia. Gimana? Dahsyat to?
Kalau kemudian ada ibu-ibu yang masuk masjid marah-marah sambil bawa anjing pengidap Schizophrenia Paranoia, ya itu otomatis nggak bisa dinamakan sebagai orang yang punya kelainan jiwa. Oleh karena itu, ya si ibu pantas untuk diperkarakan ke meja hijau dengan delik penistaan agama. Lha gimana, wong ia bukan caleg gagal.
Gimana, guampang to solusinya?
Kalaupun ada SJW-SJW yang sok bijak tanya, kenapa ada orang beragama Islam ngebom gereja nggak bisa dinamakan sebagai penistaan agama, sedangkan orang berpenyakit kelainan jiwa bawa anjing masuk masjid malah kena penistaan agama?
Haya beda dong atuh. Ini kan yang penting buat umat Islam aja. Kepentingan umat mayoritas aja. Yang minoritas nggak usah rempong. Ustaz Felix Siauw kan ulamanya orang Islam. Bukan ulama semua agama. Emang blio Sekjen PBB? Kan bukan.
Ya wajar dong kalau blio bias membela ini dari sudut pandang kepentingan golongannya aja. Soalnya rasa keadilan itu hanya boleh pakai satu perspektif, dan cuma perspektif Ustaz Felix Siauw yang boleh dipakai. Yang lain ya nggak boleh. Emang mau situ dituduh memusuhi Islam? Nggak mau kan? Makanya diem aja deh.
Duh, duh, duh. Memang luar biasa Ustaz kita satu ini. Di saat yang lain membahas perkara ini pakai perspektif ndakik-ndakik soal keadilan dan perdamaian antar umat beragama, blio ternyata punya wacana yang sangat solutif demi kemajuan bersama.
Apapun masalahnya khilafah memang solusinya. Takbir!