MOJOK.CO – Facebook baru saja mengaku kalau mereka menggunakan jasa kontraktor untuk mencuri dengar obrolan para pengguna. Suram!
Sekitar Juni 2019, saya sedang asik ngobrol dengan pacar saya. Kami ngobrol soal sepatu. Belum akan beli, cuma lagi mempertimbangkan beberapa merek saja. Saya suka produksi merek-merek lokal. Selain beberapa merek harganya lebih murah, kualitasnya juga boleh diadu. Selain itu, ini idealism saya aja, sih. Beli merek lokal itu membantu keuangan banyak orang.
Kami ngobrol nggak terlalu lama, paling cuma 30 menit. Kesimpulannya, saya mau dibelikan sepatu merek lokal untuk hadiah ulang tahun di bulan Juli.
Setelah obrolan itu, kami kembali ke kesibukan masing-masing kalau lagi ketemu: sesekali main hape. Instagram dan Facebook saya buka bergantian. Satu hal menarik perhatian saya. Di kedua media sosial itu, iklan sepatu merek lokal yang sedianya akan dibeli pacar saya muncul. Beberapa kali scroll ke bawah, iklan yang sama muncul lagi.
Saya, sih, langsung curiga. Dua tahun yang lalu, saya sudah mendengar kabar kalau beberapa media sosial bisa mendengarkan percakapan. Mereka merekam percakapan, lalu “menerjemahkannya” lewat semacam algoritma untuk keperluan iklan. Seram betul.
Ketika kasus Cambridge Analytica meledak, rasa cemas saya menjadi kenyataan. Facebook menyedot data dari para pengguna, untuk keperluan kampanye pemenangan Donald Trump. Cambridge Analytica juga dicurigai diajak kerja sama untuk mensukseskan agenda Brexit.
The New York Times bilang kalau Cambridge Analytica menyedot sekitar 50 juta akun Facebook pemilih Amerika secara ilegal pada 2014. Seperti diwartakan Time, awalnya Cambridge Analytica meminta informasi pengguna Facebook untuk kebutuhan penelitian akademik.
Salah satu cara kerja pemanfaatan informasi Facebook dengan menganalisis nama, lokasi, jenis kelamin dan hal-hal yang di-like pengguna. Dari data itu, mereka mengeksploitasi “kerentanan mental orang” dengan pesan politik yang ditargetkan, seperti dijelaskan oleh Tirto.
Tahun 2017, whistleblower kasus Cambridge Analytica, Christopher Waylie mengatakan kalau Facebook punya kemampuan membedakan kamu lagi ada di mana.
“…bukan hanya Facebook, tetapi secara keseluruhan, semua aplikasi yang membutuhkan audio, punya kemampuan membaca konteks lingkungan pengguna. Contohnya, apakah kamu sedang di depan televisi atau sedang ada di tempat ramai dengan orang ramai berbicara dan sedang di kantor…memahami konteks lingkungan ini, kamu bisa meningkatkan nilai sebuah iklan,” jelas Wylie.
Facebook buru-buru membantah klaim itu. Rob Goldman, vice-president produk iklan di Facebook. “Saya yang mengurus produk iklan di Facebook. Kami tidak pernah punya, atau menggunakan mikrofon untuk keperluan iklan. Itu tidak benar. Termasuk di Instagram, yang juga dimiliki Facebook.”
Nah, baru-baru ini, Facebook sendiri yang mengakui kalau mereka menggunakan jasa “kontraktor” untuk mencuri dengar pembicaraan para pengguna. Mereka menguping dan menyalin klip audio dalam percakapan Messenger, seperti dikabarkan oleh cnnindonesia.com.
Tahukah kamu, mereka baru berhenti menggunakan jasa kontraktor untuk menguping itu satu minggu yang lalu!
Sejak 2015, Facebook Messenger menawarkan fitur menyalin klip audio menjadi teks. Fitur ini bakal tetap bisa mencuri dengar pembicaraan meskipun kamu sudah menonaktifkannya.
Selain Facebook, raksasa teknologi seperti Google, Apple, Microsoft, dan Amazon dikabarkan juga membayar kontraktor untuk mencuri dengar pengguna lewat perangkat speaker dan layanan asisten berbasis suara mereka secara eksplisit.
Ini serem banget, lho. Sudah banyak yang merasakan. Mungkin karena cuma dimanfaatkan buat iklan, makanya masalah Facebook yang bisa nguping belum meledak juga.
Pernah lagi ngomong sama teman tentang Little Venice,, terus pengen cari tau di google begitu tulis lit… Eh lgsg muncul rekomendasi little Venice ? padahal belum pernah cari kata itu sebelumnya
— Agung Yudanto (@AgungYudanto) August 15, 2019
Apakah ini juga masuk ke dalam pencurian data? Atau mungkin lebih tepatnya “pencurian preferensi”? Yang pasti, bukan hanya Facebook bukan pelaku tunggal. Instagram dan Google juga melakukannya.
Pernah & paling gokil itu sama Instagram, gw ga pernah cari cari soal band Slank, bukan pendengar musik mereka jg tp waktu itu duduk bareng tmn yg ngomongin Slank eh pas buka IG muncul iklan jual Atribute tentang Slank ?
— Andika Cleosa (@Andikacleosa) August 15, 2019
Oleh sebab itu, hati-hati ya, kalau aplikasi minta izin akses mik dan kamera.
itu kalau ga salah namanya remarketing. jadi apa yg lagi kita obrolin direkam sama apps, trus diconvert jadi ads. makanya kalo kita pake apps suka ada permission utk pake mic dan kamera
— neil hadley rau (@hadleyrau) August 15, 2019
Mau pakai Facebook, Instagram, atau lagi asik berselancar di toko online, kehati-hatian itu penting banget. Jangan sampai aibmu suka kentut sembarangan itu juga direkam Facebook.