MOJOK.CO – Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly diprotes warga Tanjung Priok karena penyataannya pada pidatonya Kamis, (16/1). Pak Yasonna menyatakan bahwa kriminalitas timbul di daerah kumuh dan lahir dari kemiskinan seperti di Tanjung Priok.
Warga Tanjung Priok yang tergabung dalam Aksi Damai 221 Priok Bersatu berunjuk rasa di depan kantor Kemenkum HAM dan mendesak Yasonna Laoly meminta maaf atas ucapannya di acara Resolusi Pemasyarakatan 2020 Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Lapas Narkotika IIA Jatinegara.
Kurang lebih, pernyataan Yasonna Laoly dikutip melalui detik adalah sebagai berikut.
“Itu sebabnya kejahatan lebih banyak terjadi di daerah-daerah miskin. Slum areas. Bukan di Menteng. Anak-anak Menteng tidak. Tapi coba pergi ke Tanjung Priok di situ ada kriminal. Lahir dari kemiskinan.”
Ketika dikonfirmasi sejumlah media, Pak Yasonna ini seolah bersikeras dengan pernyataannya. Beliau yang terhormat justru menyatakan bahwa kalimatnya terbukti secara ilmiah. Dia bahkan menceritakan soal penelitiannya yang dihitung secara valid. Iya, iya, yang lulusan North Carolina State University, percaya deh~
Masalahnya begini, warga Tanjung Priok yang melakukan aksi protes merasa tersinggung dengan pernyataan Pak Yasonna yang cenderung menggeneralisir. Meski si bapak membantah ini pernyataan ilmiah dan tidak ada makna politis di baliknya, apa bapak lupa bapak juga politisi PDIP yang kemarin rekannya lagi diburu KPK? Ups.
Oke deh kalau kita mau ngomongin soal ilmiah dan so called scientific.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh AHA (American Historical Association) memang benar sih kriminalitas banyak lahir di tempat kumuh. Kriminalitas juga produk sosial yang secara kompleks menciptakan bibit kejahatan karena anak-anak mencontoh sosok yang salah. Namun jangan lupa, penelitian yang dilakukan ratusan tahun lalu itu tidak lupa memberikan disclaimer.
Ratusan tahun lho, guys!
Meski hasil penelitian menyatakan angka kriminalitas timbul dari daerah kumuh, tidak dimungkiri bahwa banyak juga penduduk dari daerah kumuh justru orang-orang yang taat hukum. Kriminalitas harus diakui terjadi di semua kelas sosial masyarakat. Mau di lingkungan orang kaya, lingkungan orang miskin, orang pintar, atau orang tidak berpendidikan sekalipun, kejahatan bakal selalu ada.
Baiklah kalau Pak Yasonna Laoly masih kekeuh.
Kita bicara data BPS saja yang sampelnya benar-benar diambil di Indonesia. Bukan sebuah penelitian ilmiah dari Amerika Serikat. Siap?
Angka kerawanan keamanan dan ketertiban wilayah DKI Jakarta 2019 di kelurahan Tanjung Priok adalah 12,83%. Angka kerawanan keamanan dan ketertiban wilayah DKI Jakarta 2019 di Menteng adalah 15,58%.
Saatnya Pak Yasonna Laoly ngetwit kayak Willy the Kid: [aww malu bnget]
Saya sedang berusaha keras mencari sebuah berita di mana KPK melakukan penggeledahan di kawasan Tanjung Priok. Tapi hasilnya justru lebih banyak penggeledahan di Menteng, Pak. Bahkan Jiwasraya yang hehehe. Wow, jadi, pertanda apakah ini?
Jelas sebuah pertanda bahwa kriminalitas yang dimaksud Pak Yasonna tumbuh di Tanjung Priok adalah kriminalitas kecil. Sementara kriminalitas besar sekelas koruptor yang merampok uang negara ya memang dilakukan orang-orang kaya di lingkungan elit dan berpendidikan pula. Gila kali orang miskin mana punya akses buat korupsi. Pegang uang segepok aja gemetar.
Dear Pak Yasonna, coba bertegur sapa dengan Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni. Beliau dari Tanjung Priok tuh, dan dia sebal juga sama pernyataan bapak karena seperti yang dikutip dari Media Indonesia, Ahmad Sahroni tidak pernah jadi preman atau pelaku kriminal. Saran dari Pak Sahroni, Pak Yasonna kudu hati-hati lain kali.
Dear Pak Yasonna Laoly, apakah mau yang lebih mencengangkan lagi? Baiklah perhatikan data berikut. Seluruh kejahatan yang kerugiannya tidak bisa dibayangkan oleh satu pun warga Tanjung Priok ini jelas karena ulah orang kaya, berpendidikan, cerdas, dst. dst….
Klasemen LIGA KORUPSI INDONESIA (Paling Update)
1.BLBI: 138 T
2.Kondensat: 35 T
3.ASABRI: 16 T
4.Pelindo II: 15 T
5.Jiwasraya: 13,7 T
6. Bank Century: 7,45 T
7.Kab.Waringin Timur: 5,8 T
8.Yay.Supersemar: 4,4 T
9.Prov.Sultra: 4,3 T
10.E-KTP: 2.3 T(Sumber:Ibu-Ibu Arisan)
— Buya Eson (@emerson_yuntho) January 15, 2020
BACA JUGA Harun Masiku dan “Kenyataan” Bahwa Tempo Lebih Jago Ketimbang Negara atau artikel lainnya di POJOKAN.