MOJOK.CO – SMS kode verifikasi datang membawa OTP alias one-time password khusus buatmu, lah terus ngapain dibagi-bagi ke orang asing?
“Mama pernah ditipu. Dia dapat SMS, isinya soal hadiah 10 juta. Tapi, si pengirim minta dana administrasi 100 ribu dalam bentuk pulsa.”
“Terus beneran dikasih pulsa 100 ribunya?”
“Iya. Terus nomor itu langsung nggak aktif.”
Percakapan di atas terjadi kira-kira empat tahun yang lalu, antara saya dan seorang mantan, eh teman, saat sedang berbicara soal modus penipuan. Kalau dipikir-pikir, sekarang, penipuan-penipuan semacam ini malah makin bertumbuh subur. Modusnya bahkan kian beragam.
Ah, saya jadi teringat pengalaman teman saya. Yang ini beneran teman, bukan mantan.
Namanya Tulip dan, suatu hari, seseorang yang mengaku sebagai perwakilan sebuah perusahaan aplikasi meneleponnya untuk mengabarkan bahwa Tulip telah memenangi sebuah undian meskipun ia nggak merasa ikut acara apa pun. Ah, canggih benar hidup ini: nggak ngapa-ngapain aja udah menang!
Apakah Tulip akan mendapat uang? Sepertinya begitu. Tapi, ia diberi syarat: pihak perusahaan akan mengirimkan SMS kode verifikasi alias OTP (One-Time Password) dan Tulip harus menyebutkannya pada si penelepon.
Tulip mengangguk-angguk seperti sedang mendengar lagu heavy metal. Begitu SMS masuk, ia segera bersiap menyebutkan kodenya, “Dua, ti—”
Tapi—tunggu dulu! Tulip langsung tersadar akan sesuatu! Kalau SMS kode verifikasi tadi berisi OTP yang cuma sekali-pakai, kenapa ia harus repot-repot membagikannya pada orang asing?
Selagi Tulip mengalami pencerahan, ia membaca kembali SMS yang diterimanya: “DON’T SHARE THIS WITH ANYONE.”
‘Jangan bagikan ini dengan siapa pun.’
Semestinya, hanya ada tiga kondisi yang memungkinkan dirinya (dan kita semua) menerima SMS kode verifikasi. Pertama, ketika akan login ke dalam aplikasi. Kedua, ketika mengganti nomor telepon atau email. Ketiga, tentu saja, kalau Tulip, atau kita, sedang mood mengubah password atau sandi pribadi.
“Saya ingat, seseorang pernah bilang, ‘Jangan CuEK!’,” kata Tulip pada saya, lalu melanjutkan penjabarannya.
Jangan asal saja nge-clear-in semua notifikasi SMS yang masuk. Justru, kamu harus memerhatikan dengan lebih waspada.
Curigai seluruh pesan dan telepon yang masuk, terutama dari nomor tak dikenal.
Eksesif? Tanpa lama-lama, segeralah lapor pada pihak berwenang.
Lantas, bagaimana kelanjutan kisah Tulip dan telepon scam tadi? Tentu saja gagal, tapi Tulip mengakhirinya dengan closing spesial.
“Dua, tiga, nol, empat, dua, nol, satu, delapan, Pak.”
Jeda sebentar. “Wah, kodenya kok panjang sekali, Bu?”
“Oh, maaf, itu tanggal putus saya sama mantan, Pak. Mantan saya selingkuh dan saya masih ingat tanggal kejadiannya. Bapak kalau jahatin saya juga bakal saya ingat tanggal kejadian dan nomor hapenya, kok. FYI aja.”
Tidak ada jawaban. Telepon diputus mendadak. Tapi nggak apa-apa karena lebih sakit kalau diputusin pacar, yang penting akun Tulip aman!