MOJOK.CO – Mencari kos bebas tidak berarti ingin berbuat maksiat. Terkadang orang mencari kos bebas hanya karena malas berurusan dengan aturan-aturan yang ribet.
Grup info kos di Facebook adalah salah satu sumber informasi bagi mahasiswa atau perantau yang sedang mencari kos. Ribuan orang yang bergabung dalam grup tersebut menjadi bukti betapa ada ada banyak sekali orang yang butuh dan menyediakan jasa kos-kosan. Tinggal pilih mana yang cocok, hubungi, lalu datangi. Cara lainnya, tinggal membuat postingan yang berisi kriteria kos yang dicari, setelah itu tunggu info yang kita inginkan.
Tapi beberapa tahun belakangan ini, mencari kos di grup Facebook justru menjadi momok tersendiri. Ketika ada orang mencari kos bebas, kolom komen postingan orang tersebut bakal diserang oleh para polisi moral. Dengan alasan tidak ingin kotanya terkena azab atau tidak ingin maksiat bertebaran bak laron sehabis hujan, mereka menghujani kolom komentar dengan sindiran, cacian, dan umpatan.
Jadi kalau kalian ingin dapat pelajaran moral, silahkan posting cari kos bebas di grup info kos.
I get it, kita nggak ingin azab turun ke kota di mana kita tumbuh dan tinggal. Tapi dengan menghakimi bahwa orang mencari kos bebas pasti punya niatan berbuat maksiat itu menurutku kok nggak tepat. Padahal ya belum tentu niatnya seperti itu.
Kafe yang buka 24 jam adalah tempat favorit banyak mahasiswa untuk mengerjakan tugas biadab yang menghampiri mereka. Karena banyak kos yang tidak menyediakan internet, maka banyak mahasiswa yang terpaksa begadang di kafe. Punya kos yang bebas dari jam malam adalah keharusan yang tidak bisa lagi ditawar bagi para mahasiswa.
Apalagi bagi para karyawan yang dapet kerja yang modelnya sif. Kalau dapet sif malam, apa ya dia harus tidur di penginapan? Kan nggak. Kalau orang-orang yang tugas sama kerjanya saja sudah menyita hidupnya, maksiat jadi hal terakhir yang mereka pikirkan. Mikir butuh ora uwis-uwis kok kakean atraksi mikirin hal lain.
Kalau cara bahasa kulonnya ya, I don’t need sex, my job fucks me everyday.
Terkadang orang mencari kos bebas ya karena mereka nggak mau hidup dalam aturan yang membebani. Kalau aturan macam teman lawan jenis dilarang berkunjung atau masuk kamar masih masuk akal. Kadang ada kos yang melarang teman sesama jenis main lama-lama, apalagi menginap. Kalau menginapnya 1 bulan ya lumrah kalau dimarahi, lha ini satu-dua malam saja dilarang.
Saya pernah punya pengalaman ngekos di tempat yang aturannya benar-benar ketat. Kalau ganti motor harus bilang, lampu harus dimatiin kalau sudah jam sekian, kalau nggak keliatan dalam waktu yang lama harus lapor ke ibu kos. Paling brengsek sih, ada aturan bahwa kalau bawa galon, diitung punya dispenser dan itu berarti bayar listrik tambahan. Kamu punya dispenser apa nggak, ya bodo amat. Kos tersebut ya tetep ada orangnya, tapi nggak ada yang betah.
Orang-orang mencari kos bebas ya hanya karena nggak mau dapet kos yang aturannya lebih ribet dari protokol masuk Gedung Putih. Maksiat apa nggak mah itu balik ke orangnya, lagian kalau emang mau maksiat, kos ketat pun tetep bisa dibobol. Coba sekarang nanya temen kalian, ada nggak cerita kos ketat digerebek warga karena ketauan ena-ena di kos? Pasti ada.
Kalau orang-orang yang menghujat itu motifnya karena persaingan bisnis, harusnya mereka malu. Menurut saya, kos itu sudah ada pangsa pasarnya sendiri. Seketat apa pun aturan kos, pasti laku kok kalau dirawat. Sebebas apa pun aturannya, kalau kumuh ya nggak akan laku. Kenapa saya ngekos di tempat seribet itu dulu ya karena kosnya terawat, bersih, dan fasilitasnya memadai.
Baiknya kita kurang-kurangi menghujat orang yang cari kos bebas karena di pikiran kita mereka mau berbuat maksiat. Bisa jadi hanya karena mereka nggak mau ribet, atau memang keadaan memaksa mereka. Jangan terus-terusan berprasangka buruk, nanti menurunkan imun lho.
Btw, kalau ada yang punya info kos-kosan bebas dan anak ibu kosnya cakep, kabar-kabar dong.
BACA JUGA Virus Corona: Tetap Waras walau Dibatasi Tembok yang Sama dan artikel menarik lainnya dari Rizky Prasetya.