MOJOK.CO – Manusia-manusia kuat itu kita, iya kita yang bisa buang air besar di sekolah, di bandara, stasiun, rumah teman, dan kantor.
Terima kasih buat yang baca header di atas sambil nyanyi lagunya Tulus. Sebab memang sudah selayaknya manusia-berak-fleksibel mendapat apresiasi sedalam ini. Mereka yang bisa buang air besar di mana pun tempatnya (asal nggak sembarangan) itu semacam dapat bakat alami dari Sang Pencipta. Kami menyambutmu, wahai jiwa-jiwa yang kuat.
Ngomongin soal berak, saya memang percaya diri masuk golongan manusia-berak-fleksibel. Kawan-kawan sering bilang ke saya kalau saya ini kok “bisa keluar” kalau BAB di toilet bandara toilet mal, bahkan kalau perjalanan jauh juga suka nangkring di stasiun. Asal toiletnya bersih dan nyaman, tentu itu mudah dilakukan.
Beberapa orang justru nggak bisa buang air besar kalau nggak di tempat pewe mereka. Misalnya udah pewe berak di kos, waktu menginap di kos teman, eh susah mengejan. Biasa buang air di toilet jongkok, eh menginap di hotel bintang lima kesusahan menuntaskan panggilan alam. Begitu pun sebaliknya. Yang biasa di toilet duduk lalu jongkok juga katanya mendadak jadi nggak pengin berak. Sungguh ada rasa sedikit iba di pundak saya.
Masalahnya saya pernah punya kawan yang meskipun kebelet tetap nggak mau segera buang air besar karena alasan nggak pewe. Blio mengatakan itu sambil meremas-remas batu karena percaya tindakan itu bisa mencegahnya cepirit. Duh, tinggal ke toilet sebentar lho padahal. Mungkin blio ini orangnya teguh pendirian, sedikit keras kepala, dan nggak terbuka dengan perubahan.
Nah sebaliknya, saya rasa, orang-orang yang mudah buang air besar selain di rumahnya sendiri adalah pribadi-pribadi terbuka yang mudah nyaman. Jika panggilan alam yang lancar juga dipengaruhi faktor kenyamanan, berarti ada andil perasaan seseorang di sana. Perasaan nyaman yang mudah dibentuk ini akhirnya berpengaruh dengan hajat yang harus dituntaskan.
Bagaimana bisa misalnya, ritual setiap pagi saya yang bisa ditunda itu tiba-tiba saya tuntaskan di Bandar Udara Kalimarau secara acak. Bahkan saat masih SMA dulu, beberapa kawan saya yang juga manusia-berak-fleksibel selalu jaga-jaga bawa sabun siapa tahu kebelet ketika jam pelajaran.
Saya ingat betul saya punya dua kawan lelaki yang hampir bisa dibilang manusia-berak-fleksibel level profesional. Sebut saja mereka Bro dn Brai. Ketika menunggu bel tanda masuk Ujian Nasional, keduanya masih membuka-buka lembar LKS dan sempat tanya-tanya ke saya perihal bisakah kami nanti dapat kode soal yang sama? Tepat setelah pembahasan kode soal ini si Bro nyeletuk. “Eh, Brai, bawa nggak? Kayaknya udah waktunya nih.”
Saya pikir mereka bertukar kunci jawaban, dasar bocah rebel. Sejurus kemudian Brai menjawab, “Bentar deh. Eh, ada, aman! Lifebuoy cair…” sambil mengeluarkan botol sabun cair dari kantong tasnya.
“Ya udah, ayok sekarang Brai. Mumpung belum bel.”
Saya agak kesal ya sama ekspektasi saya sendiri yang mengira mereka duo bocah rebel. Ternyata mereka hanya merencanakan buang air besar bareng dan berbagi sabun. Yang bikin heran, kenapa harus sebelum Ujian Nasional banget? Toh mereka juga bisa berak di rumah sebelum, atau setelah ujian nanti.
Beda urusan sama siswa yang mungkin sedang menjalankan Persami, menginap di sekolah dan mereka nggak bisa menahan rasa kebelet lalu terpaksa buang air besar di toilet sekolah. Bro dan Brai adalah dua siswa yang rumahnya dekat dengan sekolah, bukan tipe yang kalau grogi langsung mules, dan bukan juga tipe yang sering diare karena mereka nggak suka makan pedas. Sampai di sini, kayaknya kalian bakal setuju kenapa saya memutuskan menyebut mereka sebagai manusia-berak-fleksibel level profesional.
Saya boleh jadi pamer suka buang air besar di tempat baru kayak bandara dan stasiun, tapi mereka berdua adalah representasi fleksibilitas sebenarnya. Bentuk ultimate dari orang-orang yang mudah dibuat nyaman dengan keadaan. Yeuuu, asal jangan baperan ya, nggak enak.
Untuk itu, sejatinya tulisan ini saya susun buat mengapresiasi kaum-kaum yang bisa buang air besar di banyak tempat. Selamat untuk kalian, kalian adalah manusia dengan bakat alami paling tidak penting untuk dibicarakan dan bakat yang paling tidak bisa dicantumkan di CV.
BACA JUGA Nggak Usah Memaksakan BAB Kalau Emang Nggak Kebelet, Ini 5 Risikonya dan tulisan rubrik POJOKAN lainnya.