Keadilan itu satu hal. Namun bagaimana ia dipersepsikan oleh orang-orang, itu adalah hal lain.
Dulu saya selalu menganggap, bahwa salah satu bentuk keadilan dari Tuhan adalah ketika ada lelaki cakep yang mendapatkan jodoh perempuan yang cakep pula. Namun, seiring berjalannya waktu, pandangan saya soal keadilan ini mulai bergeser.
Boleh jadi, ketika seorang lelaki dengan tampang ala kadarnya tapi ternyata ia mendapatkan istri seorang perampuan yang cuantiknya ngaudubillah, itu adalah bentuk keadilan juga.
Dalam hal ini, saya berkali-kali mendapatkan contoh yang nyata.
Salah satu contoh yang paling saya ingat adalah kisah tentang seorang kawan saya. Saya tak enak hati untuk menyebut nama aslinya, maka, untuk memudahkan saya dalam bercerita, saya sebut saja kawan saya ini dengan panggilan Conello.
Saya tidak terlalu mengenal Conello dengan baik. Kami kawan, tapi sebatas akrab di Facebook. Kami beda kota. Mangkanya, pertemuan kami boleh dibilang sangatlah jarang. Dalam satu tahun, kami paling bertemu dua kali. Biasanya kalau saya pas dolan ke kotanya, atau sebaliknya.
Conello, jika dinilai dengan pandangan yang kasat maka, maka rasanya akan sangat menyedihkan dan memprihatinkan. Ia lelaki dengan tampang yang begitu ala kadarnya. Saya melihat Conello blas nggak ada manis-manisnya.
Perawakannya kurus kerempang. Sungguh ia tak punya potongan kegagahan sedikit pun.
Urusan kekayaan? Tak kalah menyedihkan dari tampang dan perawakannya.
Namun, ada satu yang begitu saya kagumi. Ia bisa mendapatkan istri yang begitu cantik dan menggemaskan. Senyumnya begitu meneduhkan.
Sungguh, tiap kali saya bertemu dengan Conello dan istrinya, saya langsung merasa, inilah pasangan yang penuh dengan syukur dan sabar. Conello adalah lelaki yang selayaknya bersyukur karena bisa mendapatkan istrinya yang cantik, sedangkan istrinya adalah wanita sabar karena harus mendampingi Conello.
Banyak kawan-kawan yang menyebut Conello sebagai lelaki yang sangat beruntung.
Kelak, pandangan saya akan keberuntungan Conello ini berubah total.
Sekitar pertengahan tahun lalu, saya dan Conello mendapatkan satu proyek pekerjaan di sebuah kota yang membuat kami punya banyak kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama.
Kebersamaan yang hanya tiga hari itu ternyata memberitahu saya banyak hal tentang Conello.
Selama menjalani tiga hari Bersama Conello, saya ditampakkan betapa Conello adalah seorang pria yang begitu cerdas. Ia punya selera humor yang begitu menyenangkan. Ia pekerja keras, ulet, santun, juga punya kepekaan sosial yang baik.
Ia selalu memperlakukan sahabat dan orang-orang di sekitarnya dengan perlakuan yang istimewa.
Kini anggapan saya berbalik tajam. Conello bukanlah orang yang beruntung. Istrinya lah yang beruntung, karena bisa mendapatkan suami sepermata Conello.
Dan sungguh, saya merasa. Itulah bentuk keadilan yang seadil-adilnya.