MOJOK.CO – Karena disimpan di gudang Bulog terlalu lama, sebanyak 20 ribu ton beras hampir busuk akhirnya dilelang dengan harga relatif murah. Murah untuk dibikin lem.
Sebagai salah satu cara untuk mengontrol harga makanan pokok (baca: beras), pemerintah memang selalu menyediakan beras untuk masyarakat lewat Badan Urusan Logistik (Bulog). Masalahnya, dikarenakan kelewat lama disimpan di gudang Bulog, cadangan beras (cbp) sebanyak 20.367 ton pun jadinya malah nyaris busuk.
Nggak mau rugi, pemerintah kemudian menerapkan langkah solutif untuk “membuang” 20 ribu ton beras nyaris busuk milik Bulog ini. Beruntung sebuah perusahaan PT. Zona Eksekutif Liner, mau menampung beras-beras tersebut dalam proses lelang yang diadakan oleh Perum Bulog.
PT. Zona Eksekutif Liner sendiri merupakan perusahaan industri lem furniture. Rencananya, beras sebanyak ini akan jadi bahan baku lem mebel. Perusahaan ini menang lelang setelah mau membayar sebanyak Rp23,8 miliar.
Nyaris busuknya beras di Bulog ini tentu jadi pertanyaan banyak pihak. Kenapa bisa beras sebanyak 20 ribu ton sampai tidak tersalurkan ke masyarakat?
Ya kan nggak mungkin petugas Perum Bulog malas-malasan, sampai luput punya beras 20 ribu ton luput dikelola dengan baik. Mereka kan sudah bekerja sesuai dengan besaran gaji dan tunjangan mereka.
Nah, karena kesalahan tidak mungkin dari pihak pemerintah, maka sudah jelas kesalahan ini lebih pantas diarahkan kepada masyarakat luas. Orang-orang kere yang tidak punya kontribusi terhadap pemerintah, seperti kita-kita ini. Pihak yang memang layak untuk disalahkan atas ke-mubazir-an tahap makrifat model begini.
Beberapa kesalahan rakyat itu karena rakyat…
…ngaku miskin biar dapat bantuan, begitu dibilang miskin malah ogah
Gengsi tidak mau dikatai orang miskin ada, tapi ngarep bantuan pemerintah untuk orang miskin juga ada. Dan peristiwa model begini betulan terjadi di sebuah dusun di Gresik, Jawa Timur.
Beberapa keluarga dikabarkan mendadak ogah menerima Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) dalam bentuk bahan-bahan pokok di daerah Gresik. Usut punya usut, ternyata Kepala Desa setempat memberi syarat nyleneh bagi penerima bantuan khusus untuk orang miskin ini.
Jadi buat warga yang menerima bantuan tersebut, di rumahnya akan ditempeli stiker warna hijau bertuliskan… “keluarga miskin” atau “keluarga pra-sejahtera”.
Hm, langkah yang ternyata cukup ampuh.
Faktanya, sebanyak 18 keluarga yang sebetulnya tak miskin-miskin amat (tapi ngaku miskin biar dapat bantuan), langsung putar balik membatalkan status kemiskinannya. Ya gengsi dong kalau diomongin tetangga kalau di rumahnya ada stiker “keluarga miskin”-nya.
Nah, ini kejadiannya baru di Gresik lho. Coba kalau seluruh Indonesia pada diginin semua, bisa ngalamat pada nggak mau ngaku miskin itu orang-orang kelas menengah yang sebenarnya cuma kepingin ngemis itu.
Dengan situasi ini, maka jelas bantuan pemerintah akan semakin lama terserapnya ke masyarakat. Lah piye? Masyarakat jadi malu je kalau mau dibilang miskin?
…punya selera beras yang ketinggian
Sejak dari dulu, kualitas beras dari Bulog memang tak pernah jadi unggulan. Bahkan, dulu banget beras Bulog itu sering dikecengin lebih layak jadi pakan ayam ketimbang sebagai pakan manusia. Sebuah sindiran untuk menggambarkan betapa buruknya kualitas beras Bulog.
Ternyata eh ternyata, buruknya kualitas beras Bulog ini adalah karena proses penyimpanan yang terlalu lama.
Sebetulnya ketika beras itu datang ke gudang Bulog, berasnya sih nggak jelek-jelek amat. Namun karena proses manajerial yang agak ribet, akhirnya beras itu keluarnya rada-rada seret. Jadi jelek deh begitu mau dikeluarin untuk kebutuhan masyarakat.
Tapi hal ini jelas bukan kesalahan Perum Bulog yang sempurna. Sebagai perusahaan negara, Bulog bisa saja sedang mempertimbangkan kelayakan soal harga beras dengan kualitas beras.
Masak iya, beras bagus mau dijual via bazar sembako dengan harga murah untuk keluarga miskin? Ya itu kan membunuh warung sembako sekitarnya dong.
Lagian jika beras masih dalam kondisi bagus kok dikeluarkan dari gudang Bulog, maka nanti masyarakat miskin jadi suka dong jadi miskin. Masak rakyat yang miskin dapat beras yang enak sih? Ya jangan dong, nanti mereka nggak kapok jadi miskin.
Itu artinya, pemerintah melalui Bulog ingin mendidik rakyat kita lewat stimulus yang menantang. Jadi, gimana? Berasnya nggak enak kan? Makanya jangan miskin dong. Usaha sendiri tapi ya buat bisa mentas dari kemiskinan?
Lagian, ketimbang menyalahkan Bulog, sebenarnya kalau dipikir-pikir lagi, sepertinya kok memang selera beras kita yang sebenarnya udah ketinggian selama ini.
Sebagai negeri gemah ripah loh jinawi, kita ini memang ditakdirkan sebagai bangsa yang memberi suplai beras terbaik ke seluruh dunia, tapi harus tabah menikmati beras-beras terburuk di seluruh dunia.
Dan itulah karma nenek moyang kita. Karena nenek moyang kita pelaut, bukan petani.
…keblabasan mengikuti saran Puan Maharani
Sebelum menjadi Ketua DPR RI seperti sekarang, Puan Maharani pernah memberi nasihat bijak kepada seluruh rakyat kere Indonesia pada 2016.
Saat itu, ketika Puan masih menjabat sebagai Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dan menyarankan kepada orang miskin agar jangan makan banyak-banyak. Hebatnya, pernyataan itu muncul dalam sebuah acara penyaluran beras untuk orang miskin.
“Jangan banyak-banyak makan lah, diet sedikit tidak apa-apa,” kata Puan.
Beberapa pihak memang ada yang mengkritik pernyataan Puan ini. Dianggap tidak sensitif terhadap kondisi rakyat miskin. Namun—sekali lagi—pemerintah tidak mungkin salah. Wabilkhusus Mbak Puan Maharani.
Bisa saja, karena wejangan yang begitu menakjubkan ini muncul tanpa bisa diduga, banyak orang miskin di seluruh Indonesia jadi terinspirasi sampai akhirnya mempraktikkan diet ketat. Sesuai saran dengan Mbak Puan Maharani.
Mereka akhirnya jadi ogah makan nasi. Terutama nasi dari beras Bulog. Makin seret lagi deh beras Bulog mau keluarnya. Jadi busuk di gudang dan malah mau disulap jadi lem.
Etapi nggak apa-apa, paling tidak rakyat patut berbangga karena lem furniture untuk industri mebel Indonesia ke depan bakal lebih pulen dan punya aroma air tajen.
BACA JUGA Bukan Jokowi, Inilah Daftar Penyebab Kita Jadi Miskin atau tulisan Ahmad Khadafi lainnya.