MOJOK.CO – Pilpres 2019 sudah diramal bakal menaikkan suhu politik di Indonesia. Untuk meredam panas yang berpotensi memicu tubir di medsos, maka SKJ adalah solusinya!
Kalau kamu generasi 80 dan 90-an awal, maka kamu harus banyak bersyukur. Kamu masih bisa merasakan hukuman berdiri dengan satu kaki sembari tangan kanan menarik kuping kiri. Kamu juga mesti bersyukur, masih merasakan disambit pakai penghapus kayu.
Yang lebih patut lagi disyukuri adalah kamu hanya perlu bisa memegang telinga kiri menggunakan tangan kanan untuk bisa diterima sekolah di jenjang SD. Hayo, pembaca Mojok generasi usia 40 tahun ke atas merasa ada ikatan dan memori yang terkuak setelah membaca paragraf di atas? Ngaku saja, kamu t.u.a.
Nah, apa hubungannya dengan SKJ, topik kita kali ini? Ya ndak ada, gitu aja nanyak! Tapi maksudnya begini. Kehidupan sekolah, terutama mahasiswa zaman dulu, tak direcoki dengan hal-hal yang tak berfaedah.
Misalnya ya tubir di media sosial soal gelaran pilpres. Jujur saja, pengaruh hingar-bingar pilpres 2014 yang lalu pun masih terasa. Akibatnya terasa, dan akan memengaruhi suhu politik menjelang pilpres 2019 nanti. Cekcok soal agama, soal kepercayaan, soal suku, soal harga gas tabung melon yang masih tinggi (curhat titipan emak), hingga soal pandangan politik.
Tiada habisnya, dan bakal memicu perdebatan-perdebatan memuakkan. Apalagi kalau nanti sudah semakin banyak broadcast “umat terancam” lewat whatsapp, misalnya. Ingat, seperti kata Kalis Mardiasih, “Rasulullah diutus Allah agar berhasil menyempurnakan akhlak kita, bukan untuk memastikan kita mem-forward pesan WhatsApp.”
Oleh sebab itu, untuk meredam gejolak yang bakal terjadi di 2019 nanti, sudah sepantasnya pemerintah mengambil langkah antisipatif dan kreatif sejak pertengahan 2018. Tanamkan jiwa sportivitas dan andhap asor lewat olahraga. Tak perlu yang berat-berat, misi kita adalah menyegarkan jiwa-jiwa liar pemburu tubir. Maka, Senam Kesegaran Jasmani (SKJ) adalah jawabannya.
Apakah kamu tahu, pencapaian terbesar Orde Baru itu bukan pembangunan di segala bidang. Prestasi paling gemilang dari Bapak Soeharto adalah slogan, “Mengolahragakan Masyarakat dan Memasyarakatkan Olahraga”. Ada satu lagi pencapaian yang penting, namanya SDSB. Tapi kita bahas lain waktu. Kamu yang t.u.a pasti senyum-senyum waktu baca “SDSB”. Hehe.
Jadi, waktu itu, digalakkan sebuah kegiatan, secara spesifik dilakukan di pagi hari, menjelang jam pelajaran dimulai. Kegiatan yang dimaksud adalah melakukan senam ringan. Tujuannya bukan untuk membentuk otot-otot bergelombang dan perut kotak-kotak seperti roti isi rangkap enam layaknya Ade Rai dan Vladimir Putin.
Tujuan kegiatan ini adalah “kesegaran”, seperti nama senam itu sendiri, yaitu Senam Kesegaran Jasmani (SKJ). Segar, supaya para siswa tidak mengantuk ketika pelajaran Matematika yang sulitnya seperti mengikuti arah perdebatan di acara Indonesia Lawyer Club itu.
Lewat SKJ, para siswa menjadi lebih mudah berkonsentrasi kepada pelajaran, bukan kepada hal-hal lain. Hasilnya, pendidikan Indonesia berkembang pesat dan pembangunan bisa digalakkan di segala bidang. Kenapa semuanya bisa dilakukan? Ya karena SKJ setiap pagi itu.
Fokus siswa tak pecah oleh hingar bingar politik yang terjadi. Pak Harto bisa bekerja dengan riang dan bahagia. Buktinya, beliau selalu tersenyum ketika tampil di layar kaca. Bukannya malah mbesengut dan kelihatan plonga-plongo. #ehh
Senyum manis Pak Harto menjadi bukti kalau beliau bekerja tanpa diganggu perdebatan-perdebatan tak jelas di whatsapp, Facebook, Twitter, dan Instagram.
Solusi mengadakan kembali SKJ pun bukan bermaksud mendukung lahirnya kembali Orde Baru. Seperti yang diajarkan oleh orang bijak dari puncak Gunung Himalaya, bahwa ambil yang paling penting dan berguna, lalu buang yang jahat-jahat. Kita ambil SKJ-nya, tapi buang yang itunya.
Toh SKJ ini sangat mudah dilakukan. Paling banter 5 sampai 7 menit saja. Ya kalau mau diperpanjang dengan acara yoga untuk mengecilkan perut buncit dan panjat tebing juga bisa. Biar lebih jelas, silakan simak video SKJ 88 di bawah ini:
Perhatikan bapak instrukstur, yang begitu bahagia ketika memimpin SKJ. Bahkan senam belum dimulai pun si bapak instrukstur sudah tersenyum. Sebuah olahraga yang menularkan kebahagiaan.
Mungkin bisa dipertimbangkan PSSI tak usah lagi menggelar kompetisi balbalan yang dari pengurus hingga suporter doyan rusuh. PSSI pun sebaiknya berganti kepanjangan menjadi Persatuan Senam Segar Seluruh Indonesia.
Jika diperhatikan, inti gerakan SKJ hanyalah pemanasan, gerakan inti, dan gerakan pelemasan atau pendinginan. Atau bisa juga didahului dengan berdoa terlebih dahulu supaya senam tiap pagi bisa menjadi hidayah bagi banyak orang. Sederhana dan singkat, sesuai namanya, SKJ. kesegaran adalah tujuan utama, bukan justru menguras tenaga.
Jadi, dengan konsep seperti ini, berapa kalori yang akan terbakar? Ini yang paling penting.
Berdasarkan riset sederhana Mojok Institute lewat perwakilannya, calon Duta Kolesterol Indonesia, Dyah Permatasari, diketahui, SKJ belum ampuh untuk membakar kalori karena durasinya yang terlalu pendek.
Jika dirata-rata dan diperlakukan sama dengan senam jenis lainnya, seperti aerobik, maka untuk waktu 5 menit, kamu hanya bisa membakar sekitar 42 kal. Itu pun dengan estimasi intensitas latihan lebih dari 6 km/jam.
Tapi, jangan pernah remehkan “senam ringan” seperti ini. Bukankah konon berdasarkan cerita turun-temurun, melakukan hal-hal sederhana secara terus-menerus (berkelanjutan) itu jauh lebih baik daripada hal besar yang hanya dilakukan sekali saja?
Orang tua zaman dulu sudah memberi bukti. SKJ yang dilakukan secara rutin bakal membawa kesegaran, pikiran yang sehat, dan hati yang cemerlang. Jika pikiran ini sudah fokus untuk belajar (dan bekerja), tentu niat tubir di medsos bisa diredam. Terbukti, SKJ adalah alat pemadam tubir paling ampuh, tentunya selain iman dan ketakwaan kepada Tuhan.
Ingat itu, dasar kamu samsak muaythai!