MOJOK.CO – Yamaha Aerox itu memang matik yang keren. Tapi, sayangnya, motor ini sobat SPBU banget dan nggak nyaman sama sekali buat penumpang.
Yamaha Aerox 155 itu matik keren. Bertenaga dan desainnya bagus buat kamu yang seleranya gitu amat. Tapi yah, namanya selera. Siapa saja mau menghakimi. Kalau seleranya medioker ya sudah takdirnya begitu.
Buat kamu yang pengin bagasi luas, Yamaha Aerox 155 memang pilihan pas. Tampilan adalah nomor kesekian, yang penting bagasi luas bisa buat bawa pisang satu tandan di dalamnya. Boleh banget misi punya motor kayak gitu.
Pabrika Yamaha sendiri nampaknya menangkap kegelisahan akan kebutuhan bagasi besar. Mereka sungguh kreatif karena berusaha sangat kuat untuk menambah unsur sporty di dalamnya meski agak maksa. Oleh sebab itu, Yamaha Aerox 155 lahir di akhir 2016.
Yamaha Aerox 155 ini terkadang eksis ketika nonton MotoGP. Kita akan sering melihat kru beberapa tim Yamaha wara-wiri naik Aerox menjemput pebalap, membawa logistik, dan lain-lain. Mungkin mereka juga yang disuruh Valentino Rossi pergi ke warung buat jajan boba.
Tahukah kamu, sebenarnya, Yamaha Aerox sudah ada sejak 1997. Namun, terbatas hanya untuk pasar Eropa. Saat itu, pilihan mesinnya masih 50 cc dan 100 cc dua tak yang tentu saja “ngebul”.
Varian 100 cc sendiri, pada 2003, terpaksa dihentikan produksinya. Seiring perkembangan zaman, Yamaha Aerox mengalami perubahan. Misalnya pada 2013, di mana terjadi perubahan pada mesin 50 cc dengan menggunakan 4-tak dan berpendingin cairan.
Pada 2016, Yamaha melakukan penyegaran dengan kemunculan Yamaha Aerox 125 LC dengan mesin 125 cc, SOHC, 4-tak, dan berpendingin cairan. Model Yamaha Aerox 125 ini cenderung seperti saudaranya yaitu Yamaha X-Ride. Sayangnya, motor ini jarang terlihat di jalanan dan seperti tidak laku.
Hingga pada akhirnya, di November 2016, muncul Yamaha Aerox 155 yang lebih bongsor dan bertenaga. Mesin 155 berteknologi VVA. Banyak pilihan tipe, misalnya tipe standar, tipe R yang menggunakan shock tabung, dan tipe S yang keyless.
Berlanjut pada akhir 2020, terjadi penyegaran lagi dengan fitur Yamaha Connected. Gunanya untuk menghubungkan motor dengan ponsel. Jadi, kamu bisa mengecek kondisi oli, jadwal servis, hingga lokasi parkir.
Yah, dari sisi teknologi, Yamaha Aerox ini lumayan oke. Selain itu bagasi yang lapang, tenaga motor ini juga besar. Mampu melibas tanjakan dengan mudah. Tapi ya jangan dipaksa. Mau gimana juga, ini matik dalam kota, bukan motor kerempeng pakai ban tahu tapi dipakai kebut-kebutan dalam kota. Norak.
Nah, sayangnya, meski bagasinya lapang, kapasitas tangki bansinnya termasuk kecil. Bayangkan, motor 150 cc yang perlu banyak konsumsi bensin, tapi tangkinya tidak memadai. Memang, Yamaha Aerox itu sobat SPBU banget.
Lalu, body motor ini bongsor banget. Bikin susah banget manuver di tengah kemacetan atau gang sempit. Sama susahnya sama test drive waktu ujian SIM. Muter-muter jalur sempit, kalau kaki napak ke tanah terus gagal. Kadang saya bingung ini ujian SIM atau uji ketangkasan.
Masalah kedua adalah jok motor. Buat yang lagi megang kemudi, joknya enak banget. Namun, buat pengendara, ketebalannya berbeda. Malah jadi nggak nyaman. Saya nggak tahu alasannya. Mungkin Yamaha pengin motor ini jadi semacam cara untuk bilang, “Maaf, aku mau sendiri dulu,” ketika bikin jok penumpangnya nggak nyaman banget.
Selain joknya nggak enak, posisi pembonceng juga nggak nyaman. Posisi bonceng yang tinggi cukup menyulitkan pembonceng mau naik. Nah, betul, kan. Yamaha tuh pengin motor ini jadi semacam alat untuk “me time”, motoran sendiri keliling jalan lingkar sambil nangis mikirin cicilan KPR yang makin berat.
Udah gitu, shock Yamaha Aerox ini lumayan keras kalau dipakai sendirian. Kalau dipakai boncengan, kok malah jadi enak. Aneh banget. Tadi joknya nggak enak buat pembonceng, menyulitkan kalau mau naik, eh sekarang shock-nya enak kalau berdua. Mungkin ini juga semacam uji mental buat mereka yang bonceng.
Kita geser ke bagian dek yang tidak rata. Nggak cocok sama sekali buat adik-adik mahasiswa yang mencoba mandiri. Nggak bisa buat bawa gas atau galon air minum. Nggak ada ruang buat naruh barang-barang kayak gitu. Jadi, kamu harus bergantung ke mas-mas pengantar galon dan gas yang badannya berotot itu.
Yah, dapat disimpulkan bahwa motor ini memang lebih mengarah ke sporty, alih-alih kenyamanan. Tenaga besar, tapi cocoknya di dalam kota. Nggak bisa manuver di tengah kemacetan. Body bongsor sulit parkir. Apalagi parkir di Indomaret yang biasanya parkirannya nggak karuan.
Bagasi Yamaha Aerox yang besar bikin motor ini cocok buat belanja saja. Lumayan bisa menghemat penggunaan plastik. Yah, kalau mau agak ekstrem, bagasi motor ini bisa buat bawa tanah uruk. Lumayan, ngirit biaya sewa truk atau pick-up.
Betul-betul matik yang keren, tapi nggak nyaman buat penumpang. Masalahnya adalah, saya punya satu Yamaha Aerox. Gimana dong.
BACA JUGA Yamaha Aerox 155 Adalah Versi Sempurna Honda PCX dan Yamaha Nmax dan pengalaman unik bersama kendaraan lainnya di rubrik OTOMOJOK.